BAB I
PENDAHULUAN
Hal
yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting
antara lain karena dengan perantaraan kalimatlah sesorang baru dapat
menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan bahasa yang
sudah kita kenal sebelum sampai ada tataran kalimat adalah
kata (mis. Tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kedua
bentuk itu, kata an frasa, tidak dapat mengugkapkan maksud secara
lengkap dan jelas, kecuali jika keduanya sedang berperan sebgai kalimat
minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita pahami terlebih
dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat
adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur miimal ubjek (S) dan
predikat (P) dan inntonsinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap
engan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan
dengan titik, tanda tanya, atu tand seru. Penetapan struktur minimal S
dan P dalam hal ini menunjukan kalimat bukanlah semata-semata gabungan
atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.. lengkap
dengan makna menunjukan sebuah kalimat harus megandung pokok pikiran
yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah,
jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau
pembicaranya.
B. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
1. Kesatuan
Yang
dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah
kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau pendek,
menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan
satu sama lainnya, asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Penutur
tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan
sama sekali ke dalam suatu kalimat.
a. Contoh kalimat yangtidak jelas kesatuan gagasannya:
1) Pembangunan
gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi
kredit. (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal).
2) Dalam
pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (memakai kata
depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi kacau).
3) Berdasarkan
genda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada
pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi pengarahan).
b. Contoh kaimat yang jelas kesatuan gagasannya:
1) Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung sekolah baru.
2) Embangunan sangat berkaitan dengan politik.
3) Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan memberi pengaran kepada pegawai baru.
2. Kepaduan (koherensi)
Yang
dimaksud koherensi adalah hubungan yan padu antara unsur-unsur
pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata,
frasa, klausa, serta tnda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam
kalimat.
a. Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:
1) Kepada
setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin
mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas).
2) Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu)
3) Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur S- P-O tidak berkaitan erat)
4) Yang
saya sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran
daripada itu proyek. (salah dalam pemakaian kata dan frasa).
b. Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:
1) Setiap penendra mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi.
2) Rumah saya baru saja diperbaiki.
3) Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
4) Yang sudah sya sarankan kepada mereka adaah merevisi anggaran proyek itu.
3. Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya
unsur-unsur yang sam derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa
yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian , unsur
pertama menggunakan verba, unsur kedua dan seterusnyajuga verba. Jika
bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk berikutnya juga harus nomina.
b. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:
1) Kegiatan di perpustaakan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label.
2) Kakakmu menjadi dosen atau pengusaha?
3) Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya aya ucapkan terimma kasih.
4) Dalam
rapt itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu eningkatan mutu produk,
memperbanyak waktu penyiaran ikan dan pemasaran yang lebih gencar.
c. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:
1) Kegiatan diperpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog dan pelabelan buku.
2) Kakakmu sebagai dosen atau sebagai pengusaha?
3) Demikianlag agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu saya ucapkan terima kasih.
4) Dalam
rapat ini diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu produk,
meningkatkan frekuensi iklan dan lebih menggencarkan pemasaran.
4. Penekanan
Yang
dimaksud dengan penekanan adalah suatu perlakuan khusus menonjolkan
bagian kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara
keseluruhan. Cara yang dipakai untuk memberi perlakuan khusus pada
kata-kata tertentu ada beberapa, yaitu:
a. Dengan meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat,
b. Dengan melakukan pengulangan kata ( repetisi),
c. Denga melakukan pengontrasan kata kunci,
d. Dengan menggunakan partikel/penegas.
Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat:
1) Pada bulan Desember kita ujian akhis semester. (bukan akhir noember.
2) Kita akan ujiian akhir semester pada bulan Deember. (bukan merreka)
3) Ujian akhir semester kita tempuh pada bulan Deember. (bukn ujn tengah semester)
Contoh penekanan dengan pengulangan kata:
1) Saya
senng melihat panorama alam yang indah; saya senang melihat lukisan
yang indah; dan saya juga senang, melihat hasil seni ukir yang indah.
2) Sudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi.
Contoh penekanan dengan pengontrasan kata kunci:
1) Penduduk desa itu tidak menghendaki bantuan yang berifat sementara, tetapi bantuan yang bersifat permanen.
Contoh penekna dengn menggunakan partikel penegas:
1) Hendak pulang pun hari sudah gelap dan hujan pula.
2) Adakah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.
5. Kehematan
Yang
dimaksud dengan kehematan ialah menghindari pemakaian kata yang tidak
perlu. Hemat tidak bararti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
memperjelas arti kalimat. Hemat di sini berarti “ekonomis” tidak memakai
kata-kata mubazir, tidak mengulang-ulang subjek, tidak menjamakkan kata
yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata-kata, diharapkan kalimat
menjadi padat berisi.
a. Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
1) Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa itu belajar seharian dari pagi sampai petang.
2) Dalam pertemuan yang mana hadir di sana Wakil Gubernur DKI dilakukan suatu perundingan yang membicarakan perparkiran.
3) Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan direkturnya.
4) Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang memuaskan, Anda harus belajar dengan sebaik-baiknya.
b. Contoh kalimat yang hemat kata:
1) Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
2) Dalam pertemuan yang dihadiri Waki Gubernur DKI dilakukan perundingan tentang perparkiran.
3) Manajer itu dengan segera mengubah rencana setelah bertemu direkturnya.
4) Agar Anda memperoleh nilai ujian yan memuaskan, belajarlah baik-baik.
6. Kelogisan
Yang
dimaksud dengan kelogisan ialah mengupayakan agar ide kalimat masuk
akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola piker yang
sistematis (runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran).
Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian
tanda baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena maknanya tidak
masuk akal atau lemah dari segi logika. Perhatikan contoh kalimat yang
lemah dari segi logika berbahasa berikut ini:
a. Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambin tergolong anti air).
b. Karena
lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa hubungan
tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak lelaki?).
c. Uang
yang bertumpuk itu terdiri atas pecahan ratusan, puluhan, sepuluh
ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci
sehingga lemah dari segi logika).
d. Kepaada Bapak Dekan, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat tidak perlu dipersilahkan)).
e. Dengan
mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada
waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah cukuplah ucapan
syukur kepada Tuhan.
7. Ketegasan
Ketegasan
atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari
kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa
cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat)
Contoh:
1) Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
2) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
3) Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
4) Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
1) Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
2) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
1) Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
2) Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini
C. Syarat-Syarat Kalimat Efektif
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
D. Struktur Kalimat
Struktur
kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan
bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan
arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan
sekaligus kestuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau
kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu
pernyataan yang salah.
Jadi,
kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap
unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata)
harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain.
Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah
dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap
penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun
kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan.
Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat)
tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak
jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah
ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah
biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural
pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan
pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu
berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
E. Unsur-Unsur Kalimat
Unsur
kalimat adalah fungsi sintaksis yang daam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabata kata dan kini disebut peran kata
dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap
(Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku
sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat.
Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat
dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Predikat
Predikat
(P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa
atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam
suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P
dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S.
termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau
frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut
ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau
bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun
contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal,
yaitu diawali dengan huruf kaital da diakhiri dengan tanda titik, namun
di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada
jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu
(pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau
ada apa dwngan antor di Jan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai
kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi
tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh
(a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang
cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat,
melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
2. Subjek
Subjek
(S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa,
atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai
berikut ini:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata
yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi
oleh kata dan frasa benda terdapat ada kalimat (a) dan (b), contoh S
yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang
diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam
bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk
pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun
jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata
benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita
menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang
menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil
membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau
diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal
kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awa kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)…
kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan,
itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis
berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang
tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
3. Objek
Objek
(O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi
oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P
yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O,
seperi pad contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada
contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang
akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika
P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya
sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek
dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan
ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4. Pelengkap
Pelengkap
(P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pel
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga
ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu
dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O
terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika
hendak dipasifkan ternyata yang bias hanya kalimat (a) yang menempatkan
Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah
sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai
Pel pada kalimat (b) tidak bias dipindah ke depan menjadi S dalam
kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal
lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi
oleh nomina dan frasa nominal, Pel dapat juga diisi oleh frasa
adjectival dan frasa preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak
selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak
pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat
menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam
kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan
Keterangan
(Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai
bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P,
O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di
akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional,
adverbia, atau klausa.
Berdasarkan
maknanya, terdapat bermacam-macam Ket daam kalimat. Para ahli membagi
keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti
yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
Jenis Keterangan
|
Posisi/Penghubung
|
Contoh Pemakaian
|
1. Tempat
|
di
ke
dari
(di) dalam
pada
|
di kamar, di kota
ke Medan, ke rumahnya
dari Manado, dari sawah
(di) dalam rumah
pada saya, pada permukaan
|
2. Waktu
|
-
pada
dalam
se-
sebelum
sesdah
selama
sepanjang
|
sekarang, kemarin
pada pukul 5 hari ini
dalam 2 hari ini
sepulang dari kantor
sebelum pukul 12
sesudah makan
selama bekerja
sepanjang hari
|
3. Alat
|
dengan
|
dengan gunting, dengan mobil
|
4. Tujuan
|
supaya
untuk
bagi
demi
|
supaya/agar kamu pintar
untuk kemerdekaan
bagi masa depan
demi kekasihmu
|
5. Cara
|
secara
dengan cara
dengan jalan
|
secara hati-hati
dengan cara damai
dengan jalan berunding
|
6. Kesalingan
|
-
|
satu sama lain
|
7. Similatif
|
seperti
bagaikan
laksana
|
seperti angina
bagakan seorang dewi
laksana bintang di langgit
|
8. Penyebaban
|
karena
sebab
|
karena perempuan itu
sebab kecerobohannya
|
9. Penyerta
|
dengan
bersama
beserta
|
dengan adiknya
bersama orang tuanya
beserta saudaranya
|
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah,
jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau
pembicaranya.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1. Kesatuan
2. Kepaduan
3. Keparalelan
4. Ketepatan
5. Kehematan
6. Kelogisan
7. Ketegasan
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Penyusunan kalimat efektif, meliputi:
1. Subjek
2. Predikat
3. Objek
4. Pelengkap
5. Keterangan
B. Saran
1. Bagi para pendidik
Para
pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena tentang bahasa
indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses
kegiatan belajar mengajar teradi komunikas yang baik dan tepat
penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
2. Bagi calon pendidik
Para
calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara
seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik
terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa
terhadap peserta didik dengan pedidik.
3. Bagi lembaga sekolah
Lembaga
sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap
penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang
selaras.
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para
pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Daftar Pustaka
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar