“Subhanallah, dia (Uje) kekasih Allah, kekasih Rasulullah, didoakannya, langsung muncul awan ini, kekuasaan Allah,” demikian tanggapan Pipik Dian Irawati, istri Uje ketika menanggapi informasi beredarnya foto awan ajaib tersebut seperti dikutip Merdeka.
Ya, kemunculan awan ini sempat menjadi fenomena. Banyak yang berkeyakinan bahwa awan di pemakaman Uje
yang membentuk orang berdoa tersebut sebagai tanda dari Allah tentang
‘diterimanya seorang beriman oleh-Nya’. Namun, usut punya usut, awan
tersebut tidak muncul serta-merta setelah pemakaman Uje.
Seperti dilansir oleh Liputan6.com, Hanindita Setiadji, seseorang
yang mengaku pemilik foto awan tersebut, ia sudah memotret awan ini pada
8 Maret 2013 pukul 18.00 WIB. Foto ini diambil di atas areal kolam
renang di kawasan Citos (Cilandak Town Square), Jakarta Selatan.
Hanindita sendiri kemudian menandaskan, “Jika kemudian foto yang saya posting ini muncul di mana-mana disertai dengan pemberitaan yang tidak benar dan tanpa izin saya selaku pemilik foto ini, tentunya dapat diasumsikan menjadi sebuah kebohongan publik.”
Lalu, bagaimana sebaiknya seorang muslim menanggapi fenomena alam
semacam ini? Menarik untuk disimak bahwa suatu ketika Ibrahim, putra
Rasulullah saw. meninggal. Saat itu, terjadi gerhana matahari.
Orang-orang menyangka bahwa kedua peristiwa ini berkaitan. Namun, Nabi
Muhammad saw. menegaskan, “Gerhana matahari terjadi bukan karena lahir
atau meninggalnya seseorang.”
Pada masa Rasulullah saw. pernah terjadi gerhana matahari pada hari kematian Ibrahim. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya (gerhana)tidak disebabkan kematian atau kelahiran seseorang. Oleh sebab itu, apabila kalian melihatnya (gerhana), maka berdoalah kepada Allah dan tunaikan salat hingga matahari nampak kembali. (Shahih Muslim No.1522)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar