BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pendidikan
merupakan segala sesuatu yang bersamaan dengan pertumbuhan, pendidikan sendiri
tidak mempunyai tujuan akhir di balik dirinya. Definisi singkat ini dapat
dipahami bahwa pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam
kehidupan manusia untuk mengantarkan anak manusia ke dalam peradaban yang
berbudaya dan beretika . Usaha ini dapat dilakukan dengan bimbingan yang
otentik dan eksistensial manusiawi agar anak mengenal jatidirinya, dapat
bertahan hidup, mampu memiliki dan melanjutkan warisan sosial generasi
terdahulu.
Sesuai dengan dinamika sistem perkembangan peradaban, sistem pendidikan pun selalu dikonsepsikan ulang dan diinterpretasikan kembali setiap periode historis dan setiap orde politik tertentu. Hal ini juga berlaku pada anak didik, sehingga gerak, aliran, perubahan dan renovasi yang menjadi dimensi pokok pendidikan juga menuntut agar sistem pendidikan mampu beradaptasi terhadap kondisi zaman dengan keadaan politiknya. Maka menjadi sangat urgen untuk memahami pendidikan sebagai faktor politik untuk menstabilkan dan membangun negara Indonesia secara utuh.
Sesuai dengan dinamika sistem perkembangan peradaban, sistem pendidikan pun selalu dikonsepsikan ulang dan diinterpretasikan kembali setiap periode historis dan setiap orde politik tertentu. Hal ini juga berlaku pada anak didik, sehingga gerak, aliran, perubahan dan renovasi yang menjadi dimensi pokok pendidikan juga menuntut agar sistem pendidikan mampu beradaptasi terhadap kondisi zaman dengan keadaan politiknya. Maka menjadi sangat urgen untuk memahami pendidikan sebagai faktor politik untuk menstabilkan dan membangun negara Indonesia secara utuh.
Indonesia
baru yang dicita-citakan banyak orang adalah masyarakat baru yang disebut civil
society. Hal ini berarti kekuasaan berada di tangan rakyat, ditentukan oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Rakyat tidak lagi menjadi objek, tetapi sebagai
subjek pelaku kekuasaan. Masyarakat madani hanya dapat terwujud jika masyarakat
memperoleh pendidikan yang memadai sehingga masyarakat dapat memahami perannya
dalam proses perubahan sosial secara kreatif-konstruktif untuk mencari bentuk
sintetik baru secara tulus, damai sekaligus mencerahkan. Oleh karena itu,
pemerintah seharusnya dapat meningkatkan komitmennya untuk menciptakan
pemerintahan yang bersih, menegakkan hukum tanpa pandang bulu, dan berpihak
pada proses pemberdayaan rakyat dengan memprioritaskan bidang pendidikan.
Kesejahteraan rakyat seharusnya diartikan dengan semakin meningkatnya kualitas
SDM yang terdidik agar mampu meningkatkan penghasilannya secara benar, mandiri
dan kreatif. Ukuran kesejahteraan rakyat harus menyertakan indikator menguatnya
etika sosial, kualitas partisipasi rakyat dalam politik, kreativitas budaya dan
komitmen moralitas keagamaan dan kemanusiaan universal, tidak semata-mata
menggunakan indikator ekonomi.
Terkait
dengan politik, ada anggapan negatif, skeptik dan sinis warga sehingga ada
kecenderungan menghindari politik. Namun perlu dicatat beberapa hal: pertama,
kita tidak dapat lepas dari politik, semua kegiatan mengandaikan kerangka
negara dan masyarakat merupakan aktivitas politik. Kedua, berbagai kesulitan
yang dihadapi seperti peningkatan kesejahteraan, lingkungan hidup, kesenjangan
sosial-ekonomi, pendidikan dan pengembangan IPTEK tidak dapat dipecahkan tanpa
politik, tetapi dengan transformasi politik sedemikian rupa sehingga
memungkinkan membentuk dan mengorganisir kehidupan secara efektif. Ketiga,
sikap sinis dan skeptik terhadap politik dapat dihindari dengan membangun
kredibilitas, kelayakan model alternatif dan imaginatif institusi politik.
Oleh
karena itu, pendidikan sebagai salah satu faktor penentu dan indikator kemajuan
suatu bangsa hendaknya menjadi tujuan pembangunan. Melalui pendidikan (politik)
diharapkan para pelaku politik bisa lebih memahami posisi sekaligus tugas dan
tanggung jawab yang diemban bagi kesejahteraan rakyat, dalam kondisi politik
yang dinamis dan mendukung. Sehingga setiap orang yang berkecimpung di dunia
politik menyadari hakikat berpolitik, dengan mengembangkan budaya dan etika
politik yang bersih dan profesional. Pendidikan yang dimaksud meliputi segala
aspek yang dapat memberikan pemahaman baru mengenai apa, untuk apa, bagi siapa
sesuatu (kekuasaan) harus dicapai dan di pertahankan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan eksistensi Pendidikan?
2.
Bagaimana Hubungan Antara Pendidikan dan sosial budaya?
3.
Bagaimana Sketsa Politik Pendidikan di Indonesia ?
4.
Peranan Sekolah Dalam Pendidikan Politik ?
5.
Peran Serta Budaya Politik dalam
Lingkungan Sekolah ?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui eksistensi Pendidikan
2.
Untuk mengetahui Hubungan Antara Pendidikan dan sosial
budaya
3.
Untuk mengetahui sketsa Politik Pendidikan di Indonesia
4.
Untuk mengetahui Peranan Sekolah Dalam Pendidikan Politik
5.
Untuk mengetahui Peran Serta Budaya Politik dalam Lingkungan
Sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Eksistensi Pendidikan
Pendidikan
merupakan sarana utama untuk mensukseskan pembangunan nasional, karena dengan
pendidikan diharapkan dapat mencetak sumber daya manusia berkualitas yang
dibutuhkan dalam pembangunan. Titik berat pembangunan pendidikan diletakkan
pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan serta perluasan
kesempatan belajar pada jenjang pendidikan dasar. Pendidikan juga merupakan hal
mutlak yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup suatu bangsa
agar tidak sampai menjadi bangsa yang terbelakang dan tertinggal dengan bangsa
lain.
Menurut Tilaar (2004), Pendidikan saat
ini telah direduksikan sebagai pembentukan intelektual semata, sehingga
menyebabkan terjadinya kedangkalan budaya dan hilangnya identitas
lokal dan nasional. Perubahan yang global dengan liberalisasi pendidikan
sehingga menuntut lembaga pendidikan untuk mampu menghasilkan kualitas peserta
didik yang dapat bersaing secara kompetitif agar dapat diterima pasar. Tuntutan
untuk memenuhi kebutuhan pasar ini pada akhirnya akan mendorong lembaga
pendidikan kita menjadi lebih bercirikan knowledge based economy institution.
Pendidikan yang hanya berorientasi untuk mencetak generasi yang bisa diterima
pasar secara ekonomis hanya akan mampu mencetak peserta didik yang berpikir dan
bertindak global sehingga mereka tidak memiliki kecerdasan emosional yang
akhirnya bermuara pada terjadinya krisis moral dari peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut pendidikan
berfungsi membekali pengalaman dan keterampilan kepada peserta didik untuk
dapat mengembangkan kemampuannya untuk mempertahankan hidupnya. Keadaan
masyarakat yang majemuk akibat perubahan jaman menuntut peserta didik dapat
aktif dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Oliva (1992:6) yang mengemukakan bahwa curriculum can be
conceived in a narrow way (as subjects taught) or in a broad way as all the
experiences of learners, both in school and out, directed by the school.
Disimpulkan bahwa kurikulum dalam artian sempit merupakan sebagai pokok
mengajar dan dalam
arti luas
sebagai semua pengalaman belajar, baik dalam dan keluar sekolah, di bawah
pengawasan sekolah sehingga pelajaran berupaya menciptakan pengalaman belajar
bagi siswa perlu mendapat prioritas yang utama dalam kegiatan pembelajaran.
B.
Hubungan Antara Pendidikan dan sosial budaya
Landasan sosial budaya pendidikan
mencakup kekuatan sosial masyarakat yang selalu berkembang dan berubah sesuai
dengan perkembangan jaman. Kekuatan tersebut dapat berupa kekuatan nyata dan
potensial yang berpengaruh dalam perkembangan pendidikan dan sosial budaya
seiring dengan dinamika masyarakat. Sehingga kondisi sosial budaya diasumsikan
mempengaruhi terhadap program pendidikan yang tercermin dalam kurikulum. Hunt
(1975) mengemukakan:
Study hits base social and culture from education aims to
supply teacher with erudition that deepen about society and where they alive
and to help student teacher to detect that explanation hits society and culture
of vital importance mean to realize about education problem.
Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan
bahwa kajian mengenai dasar sosial dan budaya dari pendidikan bertujuan untuk
membekali guru dengan pengetahuan yang mendalam tentang masyarakat dan
kebudayaan di mana mereka hidup dan untuk membantu calon guru untuk mengetahui
bahwa pengertian mengenai masyarakat dan kebudayaan sangat penting artinya guna
memahami tentang masalah pendidikan.
Krisis multidimensi yang belum mampu
teratasi saat ini merupakan bentuk dari shock culture atau keterkejutan
budaya yang dialami karena selama ini tidak disiapkan untuk menghadapi
perubahan jaman yang merupakan sebuah keniscayaan. Pendidikan selama ini hanya
berorientasi pada usaha untuk mewariskan budaya lokal dan nasional atau hanya
melihat fungsi pendidikan sebagai lembaga pentransmisi kebudayaan, bukan
sebagai lembaga yang berusaha mempersiapkan peserta didik untuk mengkonstruksi
kebudayaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan jaman.
Kebudayaan dan pendidikan memiliki
hubungan timbal balik sebab kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan
dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan
jalan pendidikan, baik secara informal maupun formal. Sebaliknya bentuk,
ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebudayaan
masyarakat di mana proses pendidikan itu berlangsung (Tirtarahardja dan Sulo,
2005). Salah satu fungsi dari sekolah mencakup fungsi sosial. Sekolah dalam
menjalankan fungsi sosial harus mampu mensosialisasikan peserta didik, sehingga
mereka nantinya bisa merubah diri mereka dan merubah masyarakatnya. Masyarakat
merupakan sebuah tempat yang menjadi tempat hidup, tumbuh, berkembang dan
berubah bagi manusia. Sehingga sekolah tidak bisa dipisahkan dengan manusia,
karena manusia merupakan anggota masyarakat dan menjadi pendukung dari
kebudayaan yang ada di dalamnya.
Danim (2003) berpendapat pendidikan
merupakan proses pemanusiaan untuk menjadikan manusia memiliki rasa kemanusiaan,
menjadi manusia dewasa dan manusia seutuhnya agar mampu menjalankan tugas pokok
dan fungsi secara penuh sebagai pemegang mandat Ilahiah dan kultural.
Menetapkan tujuan-tujuan pendidikan, kita bisa mendapatkannya melalui analisis
kebutuhan dari siswa, analisis budaya dan kebutuhan masyarakat.
C.
Sketsa Politik Pendidikan dan Pendidikan politik di
Indonesia
Setiap periode perkembangan pendidikan nasional adalah
persoalan penting bagi suatu bangsa karena perkembangan tersebut menentukan
tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknolgi, karakteristik, dan kesadara
politik yang banyak mempengaruhi masa depan bangsa tersebut. Setiap periode
perkembangan pendidikan adalah faktor politik dan kekuatan politik karena pada
hakikatnya pendidikan adalah cerminan aspirasi, kepentingan, dan tatanan
kekuasaan kekuatan – kekuatan politik yang sedang berkuasa.
Ada
empat strategi pokok pembangunan pendidikan nasional, yaitu :
1. Peningkatan pemerataan kesempatan
pendidikan
2. Peningkatan relevansi pendidikan
dengan pembangunan
3. Peningkatan kualitas pendidikan
4. Peningkatan efisiensi pengelolaan
pendidikan.
Sketsa
penyelenggaraan pendidikan di Negara ini dapat dibagi atas enam periode
perkembangan, yaitu :
1) Periode pertama adalah periode awal
atau periode prasejarah yang berlangsung hingga pertengahan tahun 1800an. Pada
masa ini penyelenggaraan pendidikan di tanah air mengarah pada sosialisasi
nilai-nilai agama dan pembangunan keterampilan hidup. Penyelenggaraan
pendidikan pada periode ini dikelola dan dikontrol oleh tokoh-tokoh agama.
2) Periode kedua adalah periode
kolonial Belanda yang berlangsung dari tahun 1800an hingga tahun 1945. Pada
periode ini penyelenggaraan pendidikan ditanah air diwarnai oleh proses
modernisasi dan pergumulan antara aktivitas pendidikan pemerintahan colonial
dan aktivitas pendidikan kaum pribumi. Disatu pihak, pemerintah colonial
berusaha menempuh segala cara untuk memastikan bahwa berbagai kegiatan
pendidikan tidak bertentangan dengan kepentingan kolonialisme dan mencetak para
pekerja yang dapat diekploitasi untuk mendukung misi sosial, politik, dan
ekonomi pemerintah kolonial.
3) Periode ketiga adalah periode
pendudukan Jepang yang berlangsung dari tahun 1942 hingga tahun 1945. Berbagai
kegiatan pendidikan pada periode ini diarahkan pada upaya mendiseminasi nilai –
nilai dan semangat nasionalisme serta mengobarkan semangat kemerdekaan ke
seluruh lapisan masyarakat. Salah satu aspek perkembangan dunia pendidikan pada
masa periode ini adalah dimulainya penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam lingkungan pendidikan formal.
4) Periode keempat adalah periode Orde
Lama yang berlangsung dari tahun 1945 hungga tahun 1966. Pada periode ini
kegiatan pendidikan di tanah air lebih mengarah pada pemantapan nilai – nilai
nasionalisme, identitas bangsa, dan pembangunan fondasi ideologis kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tujuan utama pendidikan pada periode ini adalah nation
and character building dan kendali utama penyelenggaraan pendidikan nasional
dipengang oleh tokoh – tokoh nasionalis.
5) Periode kelima adalah periode Orde
Baru yang berlangsung dari tahun 1967 hingga tahun 1998. Pada periode ini
pendidikan menjadi instrument pelaksanaan program pembangunan di berbagai
bidang, khususnya bidang pedagogi, kurikulum, organiasi, dan evaluasi
pendidikan diarahkan pada akselerasi pelaksanaan pembangunan. Karena focus
utama pembagunan nasional pada era Orde Baru adalah pada bidang ekonomi.
6) Periode keenam adalah periode
Reformasi yang dimulai pada tahun 1998. Pada periode ini semangat
desentralisasi, demokratisasi, dan globalisasi yang dibawa oleh gerakan
reformasi sehingga penataan system pendidikan nasional menjadi menu utama.
Dengan menelusuri prinsip – prinsip penerapan yang diatur dalam berbagai
peraturan perundang – undangan terkait.
Pendidikan Politik Indonesia Melakukan
pendidikan politik dalam hal ini tentu saja tidak harus melalui sekolah formal
seperti SMP, SMA atau tingkat perguruan tinggi. Masyarakat yang terorganisir
dalam berbagai komunitas berdasarkan kesamaan pekerjaan atau profesi, hobbi,
etnis, asal muasal kampung halaman, agama atau apa saja bisa digunakan untuk
menghimpun warga agar bersama-sama melakukan pendidikan politik. Tentu saja
dengan kesadaran bersama agar bangsa ini maju di bawah kendali pemimpin yang
berintegritas, bermoral baik, tidak cacat hukum dan bersungguh-sungguh hendak
menyejahterakan rakyat.Tak ada resep lain untuk mewujudkan mimpi-mimpi rakyat
selain harus mencerdaskan, membangun sikap mandiri dan independen terlebih
dahulu.
Jalan menuju itu semua adalah dengan
melakukan pendidikan politik. Jika tidak, selamanya rakyat akan dengan mudah
dibeli oleh siapa saja para petualang politik. Seluruh rakyat; supir, buruh,
petani, nelayan, pedagang keliling, pelaku usaha mikro, abang beca, penambal
ban, mahasiswa, pembantu rumah tangga dan bahkan pelajar tingkat sekolah
menengah, tak boleh ada satupun yang tidak mendapatkan pendidikan politik.
Tidak harus menunggu gagasan muncul dari pemerintah atau partai politik, pendidikan poilitik dapat dilakukan siapa saja atau perkumpulan apa saja. Dijalankan tidak untuk kepentingan jangka pendek menggiring warga agar menjatuhkan pilihan pada sosok tertentu di saat event pemilukada berlangsung. Pendidikan politik secara mendasar harus mengarah pada tumbuhnya political awareness sehingga memahami betul setiap suara yang akan digunakan untuk memilih kandidat gubernur, walikota atau bupati, akan sangat menentukan masa depan dirinya dan juga masyarakat banyak untuk jangka panjang.
D.
Peranan Sekolah Dalam Pendidikan
Politik
Sekolah memainkan peran sangat penting
dalam pendidikan politik melalui kurikulum pengajaran formal, beraneka ragam
kegiatan sekolah dan kegiatan-kegiatan guru.
Sekolah melalui kurikulumnya memberikan pandangan-pandangan yang kongkrit tentang pendidikan politik yang meliputi lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik. Ia juga dapat memegang peran penting dalam pembentukan sikap terhadap aturan permainan politik yang tak tertulis. Sekolah pun dapat mempertebal kesetiaan terhadap system politik dan memberikan symbol-simbol umum untuk menunjukkan tanggapan yang ekspresif terhadap system tersebut.Peranan sekolah dalam mewariskan nilai-nilai politik tidak hanya terjadi melalui kurikulum sekolah.
Sekolah melalui kurikulumnya memberikan pandangan-pandangan yang kongkrit tentang pendidikan politik yang meliputi lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik. Ia juga dapat memegang peran penting dalam pembentukan sikap terhadap aturan permainan politik yang tak tertulis. Sekolah pun dapat mempertebal kesetiaan terhadap system politik dan memberikan symbol-simbol umum untuk menunjukkan tanggapan yang ekspresif terhadap system tersebut.Peranan sekolah dalam mewariskan nilai-nilai politik tidak hanya terjadi melalui kurikulum sekolah.
Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam
mempersiapkan generasi masa depan. Tetapi sebagian besar masyarakat, nampaknya
tetap menaruh harapan besar dan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi
terhadap sistem persekolahan sebagai pusat pendidikan. Sikap dan pandangan
seperti itu muncul sebagai konsekuensi dari tuntutan perubahan yang terjadi
pada masyarakat. Sebagai masyarakat yang sedang bergerak ke arah kehidupan
modern dihadapkan pada peningkatan tuntutan kebutuhan dasar manusia. Dalam
kenyataannya "orang-orang sekolahan" lebih banyak memiliki
kesempatan dan kemampuan mencapai kebutuhan-kebutuhan tersebut. Akibatnya,
fenomena itu yang juga merupakan fenomena masyarakat modern telah memusatkan
perhatian masyarakat terhadap peranan sekolah. Bahkan kecenderungan seperti itu
telah menempatkan harapan masyarakat yang terlalu besar terhadap persekolahan,
mereka mengira bahwa sekolah mampu membereskan segala persoalan.
Memperhatikan
kecenderungan.Pendidikan politik dapat dilakukan di keluarga, sekolah,
lembaga-lembaga politik atau pemerintah dan berbagai kelompok dan organisasi
yang tidak terhitung jumlahnya. Pendidikan politik sangat penting bagi
kelestarian suatu system politik. Di satu pihak, warga Negara memerukan
informasi minimaltentang hak-hak dan kewajiban yang mereka mliki untuk dapat
memasuki arena kehidupan politik. Di lain pihak, warga Negara juga harus
memperoleh pengetahuan mengenai seberapa jauh hak-hak mereka telah dipenuhi
oleh pemerintah dan jika hal ini terjadi, stabilitas politik pemerintahan dapat
terpelihara.
E.
Peran Serta Budaya Politik dalam
Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan, di mana para siswa
belajar dan berlatih berbagai macam ilmu, keterampilan, nilai, dan norma yang
akan membekali kehidupan masa depan. Di sekolah, peserta didik akan beradaptasi
dengan lingkungan sekolah, baik dengan guru, kepala sekolah, pegawai tata
usaha, teman sekelas, kakak kelas, maupun adik kelas. Peserta didik akan
menemukan pengalaman-pengalaman baru yang lebih luas untuk mendukung budaya
politik partisipan.(Peran serta politik dalam sekolah dapat diwujudkan dalam
pemilihan pengurus OSIS secara langsung).
Peran serta budaya politik partisipan di lingkungan sekolah
dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata
tertib atau peraturan-peraturan sekolah.
Peran
serta budaya politik partisipan yang lebih nyata, dapat diwujudkan dalam
kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Setiap tahun akan diadakan
pemilihan pengurus OSIS secara langsung dan demokratis. Sebagai warga sekolah
yang baik, semua peserta didik wajib ikut secara aktif mengikuti seluruh
kegiatan ini, mulai dari proses pencalonan, proses seleksi, kampanye,
penyampaian visi dan misi, sampai dengan pemungutan suara dan perhitungan
suara.
Para siswa dapat berperan aktif mengembangkan budaya politik
partisipan dengan cara mencalonkan diri sebagai pengurus OSIS, sebagai tim
seleksi, tim sukses, mempersiapkan dan mengikuti kampanye, mendengarkan dan
menanggapi penyampaian visi dan misi atau mengikuti debat antarkandidat,
memberikan dukungan suara dalam pemungutan suara, serta menyaksikan perhitungan
suara dan pelantikan pengurus OSIS yang terpilih. Para siswa juga dapat
memberikan masukan, usul, saran atau kritik yang membangun untuk kemajuan
kegiatan OSIS dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan program-program OSIS di
sekolah masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Eksistensi pendidikan merupakan
kajian tentang relasi antara proses munculnya berbagai tujuan pendidikan dengan
cara – cara penyampaiannya. Titik berat pembangunan pendidikan
diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan serta
perluasan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan dasar. Pendidikan juga
merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup
suatu bangsa agar tidak sampai menjadi bangsa yang terbelakang dan tertinggal
dengan bangsa lain.
Hubungan pendidikan dan social
budaya tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Krisis
multidimensi yang belum mampu teratasi saat ini merupakan bentuk dari shock
culture atau keterkejutan budaya yang dialami karena selama ini tidak
disiapkan untuk menghadapi perubahan jaman yang merupakan sebuah keniscayaan.
Pendidikan selama ini hanya berorientasi pada usaha untuk mewariskan budaya
lokal dan nasional atau hanya melihat fungsi pendidikan sebagai lembaga
pentransmisi kebudayaan, bukan sebagai lembaga yang berusaha mempersiapkan
peserta didik untuk mengkonstruksi kebudayaan sesuai dengan kebutuhan.
Daftar Pustaka
Kartono, Kartini., 1989. Pendidikan
Politik sebagai Bagian dari Pendidikan Orang Dewasa. Bandung. Mandar Maju.
Kartono, Kartini., 1990. Wawasan
Politik: Mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Bandung.
http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/partai/uu_partai_babIII.htm
KLIK SALAH SATU LINK UNTUK MENGUNDUH FILENYA
I have been reading your slot game online malaysia free credit posts regularly. I need to say that you are doing a fantastic job. Please keep up the great work.
BalasHapusThe blog article very surprised to me! Your writing is good. In this I learned a lot! Thank you!
BalasHapusScr888 Account id And Password
Scr888 Apk Download For Android
119 127 162 8099 apk scr888 casino game 4
168 8099 apk scr888 casino game 4
Scr888 Download Software
103 155 104 8099 apk scr888 casino game 3
Scr888 Cheat Engine Apk
Scr888 Iphone 6 103 155 104 8099
103 155 104 8099 apk scr888 casino game
Scr888 iPhone 6 103 155 104 8099
Go ketogenic For example: the case of abdominal fat. Located in this part of the body, it constitutes an additional health hazard. This is less the case for fat on the buttocks or legs not to mention them.
BalasHapushttps://goketoganic.com/