Yang menjadi sumber masalah Kebijakan Konversi Minyak Tanah Ke Gas adalah sudah hampir setahun minyak tanah menjadi barang langka yang selalu diperebutkan. Kelangkaan ini diakibatkan adanya kebijakan pemerintahyang akan mengganti minyak tanah dengan gas elpiji yang lebih ekonomis yangdapat menghemat pengeluaran negara sampai Rp. 30 triliun. Dalam jangka panjang, program ini lebih menjamin pasokan kebutuhan energi rumah tangga, jauh lebih terjamin menggunakan gas elpiji daripada menggantungkan pada BBM, khususnya minyak tanah.Kebijakan yang diambil pemerintah salah satunya dengan konversi minyak tanah ke gas elpiji. Hal ini erat kaitannya dengan naiknya harga minyak dunia yang mencapai semakin hari semakin mahal. Oleh karena itu pemerintah ingin menghemat anggaran pemerintah melalui subsidi minyak tanah yang dikonversikan ke gas elpiji.
Terjadi permasalahan ketika kebijakan ini diterapkan dimasyarakat,
yaitu adanya kecelakaan-kecelakaan disebabkan meledaknya tabung gas baik itu
yang ukuran 3 kg, 12 kg, dan 50 kg. Tidak lain disebabkan kecerobohan pengguna
maupun akibat kebocoran tabung gas. Permasalahan lebih serius terjadi. Dengan
adanya konversi minyak tanah ke penggunaan elpiji, ternyata hal ini bukan
solusi bijak dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap energi alam yang
sulit untuk diperbaharui .Kemungkinan besar pemerintah suatu saat akan mencari
lagi pengganti LPG ketika harga gas bumi ini naik melebihi harga minyak tanah.
Apalagi kebijakan konversi ini berlangsung singkat, banyak masyarakat terutama
masyarakat miskin yang tidak terbiasa menggunakan bahan bakar gas dipaksa untuk
menggunakannya. Terutama bagi mereka yang bermukim di wilayah pedesaan dan masyarakat
perkotaan berusia lanjut. Sejak adanya kebijakan konversi itu, minyak tanah menghilang
dari pasar. Kalaupun ada, harganya sangat tinggi, sehingga mereka tak sanggup
membelinya. Sementara itu, kalau mau beli gas, mereka harus membeli 3 kg atau
satu tabung yang harganya berkisar Rp 15 ribu. Kondisi ini tampaknya belum
diperhatikan pemerintah. Bagi rakyat kecil, membeli bahan bakar Rp 15 ribu
sangat memberatkan, karena penghasilan mereka tiap hari hanya cukup untuk makan
sehari, bahkan terkadang
kurang.
Penyusunan tujuan
dan nilai sesuai prioritas
Masyarakat
Indonesia merupakan salah satu masyarakat dunia yang memiliki ketergantungan
terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat tinggi. Baik itu untuk keperluan rumah
tangga, transportasi maupun industri. Sehingga wajar bila negara berusaha keras
untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya yang bersifat primer ini dengan
memberikan subsidi terhadap pembelian BBM. Tahun 2007
hingga 2010 merupakan tahun dimana pemerintah gencar-gencarnya melakukan
sosialisasi penggunanan gas Liquefied Petroleum Gas (LPG/elpiji) bagi konsumsi
rumah tangga dan industri kecil sekaligus membagikan kompor gas beserta tabung
gas elpiji yang berisi 3 kg secara gratis kepada masyarakat. Penyusunan tujuan dan nilai sesuai prioritas yang dapat diambil pemerintah dari konversi minyak
tanah ke elpiji adalah
:
1.
Mengurangi kerawanan penyalahgunaan minyak tanah (minyak tanah oplosan)
2. Mengurangi polusi udara di rumah/dapur.
3. Menghemat waktu memasak dan perawatan alat memasak.
4. Dapat mengalokasikan minyak tanah untuk bahan bakar yang lebih komersil (misalnya bahan bakar pesawat/avtur).
5. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Mengurangi polusi udara di rumah/dapur.
3. Menghemat waktu memasak dan perawatan alat memasak.
4. Dapat mengalokasikan minyak tanah untuk bahan bakar yang lebih komersil (misalnya bahan bakar pesawat/avtur).
5. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Penyusunan
tujuan alternatif dan Pengembangan
dan penilaian alternatif
kebijakan menyangkut proses pembuatan keputusan untuk
penentuan tujuan dan cara atau alternatif terbaik untuk mencapai tujuan
tersebut. Jadi menurut pendapat saya, kebijakan konversi minyak ke gas bukanlah
hal yang buruk, tetapi malah merupakan cara agar lebih baik lagi. Karena
konversi ini juga merupakan penghematan subsidi BBM dan semua kalangan
masyarakat dari yang kelas menengah sampai bawah dapat menikmati konversi gas
ini dan tujuan dan target dari program ini sudahlah tepat sasaran, yaitu
masyarakat kelas menengah ke bawah dan bertujuan untuk menghemat pamakaian BBM.
Konversi penggunaan minyak tanah memang harus dilaksanakan secara
berkesinambungan mengingat masih tingginya permintaan dan ketergantungan
nasional terhadap BBM.
Cara alternatif lainnya dengan
1.
Menghemat pemakaian BBM terutama
minyak tanah.
2.
Mengawasi pendistribusian minyak
tanah ke daerah – daerah agar tidak terjadi penimbunan dan kelangkaan minyak
tanah.
3.
Mengalokasikan subsidi yang besar
untuk penghematan BBM.
Pengembangan dan penilaian alternatifnya adalah semua hal yang sudah dijelaskan diatas bisa
dilakukan dan dilaksanakan dengan cara ada partisipasi yang baik antara
pemerintah dan masyarakat untuk menghemat BBM. Karena BBM itu termasuk sumber
daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbaharui maka dalam pemaikaian dan
penggunaanya harus digunakan dengan baik. Agar tidak terjadi kelangkaan BBM dan
pemerintah bisa menghemat BBM dengan baik.
Membandingkan konsekuensi alternatif
1.
Konversi minyak tanah ke LPG.
Konsekuensinya dari konversi minyak
tanah ke LPG adalah sebagai berikut ini :
a. Terjadinya ledakan tabung gas karena banyak faktor bisa faktor alat dan
faktor manusiawi.
b. Terjadi penyelewengan dan penimbunan LPG.
2.
Menghemat pemakaian BBM terutama
minyak tanah.
Konsekuensinya
dari menghemat pemakaian BBM adalah sebagai berikut ini :
a. Terjadi banyak penimbunan BBM terutama minyak tanah.
b. Terjadi kelangkaan BBM terutama minyak tanah.
3.
Mengalokasikan subsidi yang besar untuk
penghematan BBM
Konsekuensinya dari menghemat
pemakaian BBM adalah sebagai berikut ini :
a. Terjadinya korupsi subsidi anggaran untuk penghematan BBM.
b. Butuh dana besar untuk alokasi penghematan BBM.
Memilih alternatif kebijakan rasional
1.
Konversi minyak tanah ke LPG.
2.
Menghemat pemakaian BBM terutama
minyak tanah.
3.
Mengalokasikan subsidi yang besar
untuk penghematan BBM
diantara ketiga alternatif yang sudah disebutkan diatas
yang bisa dipilih semua tetapi alternatif yang bisa dipilih dan sangat rasional
adalah konversi minyak tanah ke gas karena Program konversi
minyak tanah dengan elpiji tabung 3 kilogram yang dimulai pelaksanaannya pada
tahun 2007, dapat dikatakan telah berjalan sukses dan berhasil mendapat respons
positif dari masyarakat. Respon positif masyarakat terhadap program tersebut
dapat dibuktikan dengan telah “dipergunakannya” sebanyak 44.149.757* tabung
elpiji 3kg (*sumber data dari Pertamina) yang dipakai oleh sekitar 44,149 juta
kepala keluarga atau rumah tangga yang telah mendapatkan paket gratis berupa
kompor dan tabung elpiji 3 kg dari pemerintah, dan hal ini juga berarti bahwa
telah terjadi peralihan penggunaan bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas
elpiji. Dengan peralihan penggunaan minyak tanah ke elpiji, setidaknya tercapai
penghematan pengeluaran bagi seluruh masyarakat yang telah menggunakan elpiji
tabung 3 kg. Keberhasilan program konversi minyak tanah dengan elpiji 3 kg
dapat pula di tenggarai antara lain dengan belum pernah terjadinya kasus adanya
masyarakat yang ramai-ramai mengembalikan paket kompor dan tabung elpiji 3 kg yang
telah mereka terima ke Pemerintah atau Pertamina. Sampai saat ini kebijakan
konversi minyak tanah ke gas sudah terealisasi.
KLIK
SALAH SATU LINK UNTUK MENGUNDUH FILENYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar