BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pusat dari sistem interpersonal dalam tiap kehidupan seseorang adalah
keluarga. Seorang bayi belajar bagaimana hidup dan menerima kehidupan itu
melalui interaksinya dalam keluarga. Interaksi seseorang di masa depan memperlihatkan
intensitas ikatan emosi dan kepercayaan dasar terhadap diri dan dunia luar yang
dihasilkan pada interaksi awal dalam keluarga.
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi
menempati kedudukan yang primer dan fundamental.
Faktor keluarga sangatlah
penting karena merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak, dimana keluarga
memiliki peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak.Di dalam keluarga seringkali terjadi permasalahan yang muncul baik dari luar mapun dari dalam keluarga itu sendiri. Salah satu dari adanya masalah keluarga adalah anak. Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi masalah di dalam sebuah keluarga. Kesalahan pendidikan dari orang tua meupun faktor lingkungan anak yang kurang kondusif dapat mengakibatkan permasalahan di dalam keluarga. Sebuah keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khususpun seringkali menjadi sebuah masalah dalam keluarga. Layanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam keluarga. Dalam bimbingan keluarga mengupayakan pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keliarga, serta berperan atau berpartisipasi aktif dalam mencapai keluarga yang bahagia.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep
dasar mengenai bimbingan dan konseling?
2. Bagaimana konsep dasar mengenai perkembangan
keluarga?
3. Bagaimana konsep dasar dan pendekatan mengenai
konseling keluarga?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Mengetahui
konsep dasar bimbingan dan konseling
2. Mengetahui
konsep dasar tentang konseling keluarga, tujuan serta prinsip konseling
keluarga.
3. Mengetahui
konsep dasar tentang perkembangan keluarga
4. Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konseling Anak Berkebutuhan Khusus
BAB
II
PEMBAHASAN
BIMBINGAN KONSERLING ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS
A. Konsep Dasar
1. Bimbingan
dan Konseling
a. Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Pada dasarnya, bimbingan merupakan pembimbing untuk
membantu mengoptimalkan individu. Bimbingan merupakan suatu alat untuk
mendewasakan anak.
Konseling adalah upaya membantu individu melalui
proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli mampu
memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan
berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif
perilakunya.
Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada seseorang dan atau sekelompok orang yang bertujuan agar
masing-masing individu mampu mengembangkan dirinya secara optimal, sehingga
dapat mandiri dan atau mengambil keputusan secara bertanggungjawab
b. Fungsi dan
Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan bimbingan adalah agar individu dapat :
1. Merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupan pada masa
yang akan datang.
2. Mengembangkan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin.
3. Menyesuaikan
diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan
kerjanya.
4. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi
dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun
lingkungan kerjanya.
Fungsi bimbingan yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi pengembangan,
merupakan fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan
yang dimiliki individu
2. Fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan
dalam membantu individu memilih dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan
yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
3. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para
pelaksana pendidikan khususnya guru atau dosen, wydiaiswara, dan wali kelas
untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan,
minat, kemampuan, dan kebutuhan individu.
4. Fungsi penyesuaian,
yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan penyesuaian diri dari
perkembangannya secara optimal.
Tujuan Konseling pada umumnya dan disekolah khususnya adalah sebagai
berikut:
1. Mengadakan perubahan
perilaku pada diri individu sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan
memuaskan.
2. Memelihara dan
mencapai kesehatan mental yang positif
3. Penyelesaian
masalah
4. Mencapai keefektifan
pribadi
5. Mendorong individu
mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya
c. Jenis-Jenis
Bimbingan
Jenis bimbingan dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Bimbingan akademik,
yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi
dan menyelesaikan masalah-masalah akademik.
2. Bimbingan sosial
pribadi, merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah
sosial pribadi.
3. Bimbingan karier,
yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, mengembangkan, dan
menyelesaikan masalah-masalah karier, seperti pemahaman terhadap tugas-tugas
kerja.
4. Bimbingan keluarga,
merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau
anggota keluarga agar mereka mapu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis,
memberdaya diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri
dengan norma keluarga, serta berperan serta berpartisipasi aktif dalam mencapai
kehidupan keluarga yang bahagia.
2. Perspektif
Perkembangan Keluarga
a. Pengertian
Keluarga
Pengertian Psikologis, keluarga
adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan
masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling
mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri Sedangkan dalam
pengertian Pedadogis keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang dijalin oleh
kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang kukuhkan dengan pernikahan,
yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian
peran dan fungsi sebagai orang tua.
b. Kerangka
Berfikir Tentang Keluarga
Keluarga merupakan sistem sosial yang alamiah,
berfungsi membentuk aturan-aturan, komunikasi, dan negosiasi diantara para
anggotanya. Keluarga melakukan suatu pola interaksi yang diulang-ulang melalui
partisipasi seluruh anggotanya. Strategi-strategi konseling keluarga terutama
membantu terpeliharanya hubungan-hubungan keluarga, juga dituntut untuk
memodifikasi pola-pola transaksi dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang
mengalami perubahan. Dalam perspektif hubungan, konselor keluarga tidak
menghilangkan signifikansi proses intrapsikis yang sifatnya individual, tetapi
menempatkan perilaku individu dalam pandangan yang lebih luas. Dengan demikian,
ada perubahan paradigma dari cara-cara tradisional dalam memahami perilaku
manusia kedalam epistimologi cybernetic. Paradigma ini menekankan mekanisme
umpan balik beroperasi dalam menghasilkan stabilitas serta perubahan.
Kausalitas sirkuler terjadi didalam keluarga. Konselor keluarga lebih
memfokuskan pemahaman proses keluarga daripada mencari penjelasan-penjelasan
yang sifatnya linier. Dalam kerangka kerja seperti ini, simptom yang ditunjukan
pasien dipandang sebagai cerminan dari sistem keluarga yang tidak seimbang
c. Perkembangan
Keluarga
Satu cara untuk memahami individu-individu dan
keluarga mereka, yaitu dengan cara meneliti perkembangan mereka lewat siklus
kehidupan keluarga. Berkesinambungan dan berubah merupakan ciri dari kehidupan
keluarga. Sistem keluarga itu mengalami perkembangan setiap waktu. Perkembangan
keluarga pada umumnya terjadi secara teratur dan bertahap. Apabila terjadi
kemandegan dalam keluarga, hal itu akan mengganggu sistem keluarga. Kemunculan
perilaku simptomatik pada anggota keluarga pada saat transisi dalam siklus
kehidupan keluarga menandakan keluarga itu mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan dengan perubahan. Siklus kehidupan keluarga mengarah pada suatu
pengaturan tema mengenai pandangan bahwa keluarga itu sebagai sistem yang
mengalami perubahan. Ada
tugas-tugas perkembangan khusus yang harus dipenuhi untuk setiap
perkembangannya. Dalam keluarga, laki-laki dan perempuan dibesarkan dengan
perbedaan harapan peranan, pengalaman, tujuan, dan kesempatan. Perbedaan jenis
kelamin ini, kelak mempengaruhi interaksi suami istri. Banyaknya perempuan yang
memasuki dunia kerja akhir-akhir ini mempengaruhi juga tradisi peran laki-laki
dan perempuan mengenai tanggung jawab rumah tangga dan kerja di luar rumah. Kesukuan
dan pertimbangan sosio-ekonomi juga mempengaruhi gaya hidup keluarga. Terlebih
dahulu, hal yang harus diperhatikan adalah membantu menentukan bagaimana
keluarga itu membentuk nila-nilai, menentukan pola-pola perilaku, dan
menentukan cara-cara mengekspresikan emosi, serta menentukan bagaimana mereka
berkembang melalui siklus kehidupan keluarga. Hidup dalam kemiskinan dapat
mengikis struktur keluarga dan menciptakan keluarga yang tidak terorganisasi.
Dalam keluarga miskin, perkembangan siklus kehidupan sering dipercepat oleh kehamilan
dini dan banyaknya ibu-ibu yang tidak menikah. Tidak adanya ayah dirumah
memungkinkan nenek, ibu dan anak perempuan itu lebih saling berhubungan.
d. Keluarga
Sebagai Sisten Psikososial
Teori sistem umum memberikan dasar teoritis pada teori
dan praktik konseling keluarga. Konsep-konsep menegnai organisasi dan keutuhan
menekankan secara khusus, bahwa sistem itu beroperasi secara utuh
terorganisasi. Sistem tidak dapat dipahami secara tepat jika dibagi kedalam
beberapa komponen. Keluarga mencerminkan sistem hubungan yang komplit, terjadi
kausalitas sikuler dan multidimensi. Peran-peran keluarga sebagian besar tidak
statis, perlu dipahami oleh anggota keluarga untuk membantu memantapkan dan
mengatur fungsi keluarga. Keseimbangan dicapai dalam keluarga melalui proses
interaksi yang dinamis. Hal ini membantu memulihkan stabilitas yang
sewaktu-waktu terancam, yaitu dengan pengaktifan aturan yang menjelaskan
hubungan-hubungan. Pada saat perubahan keluarga terjadi, siklus umpan balik
positif dan negatif membantu memulihkan keseimbangan. Subsistem-subsistem dalam
keluarga melakukan fungsi-fungsi keluarga secara khusus. Hal terpenting dan
berarti adalah subsistem suami istri, orang tua, dan saudara kandung.
Batas-batas sistem membantu memisahkan sitem-sistem, sebaik memisahkan
subsistem-subsitem di dalam sistim secara keseluruhan. Sistem-sistem keluarga
berinteraksi dengan sistem-sistem yang lebih besar lagi di luar rumah, seperti
sistem tempat peribadatan, sekolah dan tempat perawatan. Dalam beberapa kasus,
terjadi pengaburan masalah-masalah keluarga dan pertentangan penyelesaian dari
para pemberi bantuan dalam sistem makro. Dalam konteks yang lebih luas,
batas-batas diantara para pemberi bantuan sama baiknya dengan batas-batas
diantara keluarga klien. Batas-batas itu mungkin perlu dijelaskan dalam sistem
makro agar beroperasi secara efektif.
B. Konseling keluarga (Family
Counseling)
1. Pengertian
Konseling Keluarga
Family Counseling (konseling keluarga) didefinisikan
sebagai suatu proses interaktif yang berupaya membantu keluarga memperoleh
keseimbangan homeostasis, sehingga setiap anggota keluarga dapat merasa nyaman
(comfortable).
2. Tujuan dan
Prinsip Konseling Keluarga
Prinsip-prinsip konseling keluarga
1. Bukan
metode baru untuk mengatasi human problem.
2. Setiap
anggota adalah sejajar, tidak ada satu yang lebih penting dari yang lain.
3. Situasi
saat ini merupakan penyebab dari masalah keluarga dan prosesnyalah yang harus
diubah.
4. Tidak perlu
memperhatikan diagnostik dari permasalahan keluarga, karena hal ini hanya
membuang waktu saja untuk ditelusuri.
5. Selama
intervensi berlangsung, konselor/terapist merupakan bagian penting dalam
dinamika keluarga, jadi melibatkan dirinya sendiri.
6. Konselor/terapist
memberanikan anggota keluarga untuk mengutarakan dan berinteraksi dengan setiap
anggota keluarga dan menjadi “intra family involved”.
7. Relasi
antara konselor/terapist merupakan hal yang sementara. Relasi yang permanen merupakan
penyelesaian yang buruk.
8. Supervisi
dilakukan secara riil/nyata (conselor/therapist center).
Tujuan Konseling Keluarga
1. Membantu
anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika
kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
2. Membantu
anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami
problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi,
harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
3. Bertindak
terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis
dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
4. Mengembangkan
apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga.
3. Landasan-landasan
Sejarah dan Praktik Kontemporer Konseling keluarga
a. Sejarah dan
Perkembangan Konseling Keluarga
Konseling keluarga ini distimuli oleh penelitian
mengenai keluarga yang anggotanya mengalami schizophrenia. Konseling keluarga
berkembang mencapai kemajuan pada tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an, para
pelopor konseling keluarga memutuskan untuk bekerja sama dengan para konselor
yang berorientasi individual. Teknik-teknik dalam konseling keluarga berkembang
dengan pesat memasuki tahun 1970-an. Inovasi teknik terapeutik diperkenalkan
termasuk pendekatan behavioral yang dikaitkan dengan masalah-masalah keluarga.
Pada tahu 1980-an, konseling perkawinan dan konseling keluarga menjadi satu. Para praktisi dari berbagai disiplin keahlian menjadikan
konseling keluarga sebagai ciri propesional mereka. Pada saat sekarang,
konseling keluarga lebih menekankan penanganan masalah-masalah secara
kontekstual daripada secara terpisah dengan individu-individu. Tantangan yang
dihadapi oleh konseling keluarga pada tahun 1980-an adalah mengintegrasikan
berbagai pendekatan konseling keluarga dan menggunakan kombinasi-kombinasi dari
teknik-teknik yang dibutuhkan untuk populasi-populasi yang berbeda.
b. Pendekatan
dalam Konseling keluarga
Pendekatan Psikodinamik Sebagian besar, pandangan
psikodinamik berdasar pada model psikoanalisis, memberikan perhatian terhadap
latar belakang dan pengalaman setiap anggota keluarga sebanyak pada unit
keluarga itu sendiri. Para konselor
psikodinamik menaruh perhatian yang tinggi terhadap masa lalu yang melekat pada
individu-individu, dalam model psikodinamik, pasangan suami istri yang
menderita dikaitkan dengan introjeksi pathogenic setiap pasangan yang
membawanya pada hubungan. pendiri konseling keluarga mendasarkan pendekatannya
pada teori-teori psikologis sosial tentang perilaku kelompok kecil. Pendekatan
konseling kelompok keluarga mempromosikan interaksi; memfasilitasi komunikasi,
menjelaskan, dan menafsirkan. Pada tahun-tahun sekarang ini, mengarahkan
perhatiannya untuk membantu menciptakan lingkungan-lingkungan keluarga
meningkat dengan menggunakan teknik-teknik intervensi yang ia sebut dengan
konseling kontekstual. Pendekatan ini menggunakan cara dan strategi psikoterapi
individual dalam situasi Keluarga dengan:
- mendorong munculnya insight tentang diri sendiri dan anggota keluarga.
- untuk membantu keluarga dalam pertukaran emosi
Kontak konselor hanya sementara dan konselor akan menarik diri jika
keluarga telah mampu mengatasi problemnya secara konstruktif.
Dasar Pemikiran
Proses unconsciousness (bawah sadar) mempengaruhi
hubungan kebersamaan antaranggota keluarga dan mempengaruhi individu dalam
membuat keputusan tentang siapa yang dia nikahi. Objects ( orang-orang yang
penting / signifikan dalam kehidupan) diidentifikasi atau ditolak. Kekuatan
unconsciousness benar-benar dianggap sangat berpengaruh. Peranan Konselor : Seorang guru dan interpreter pengalaman
(analisis).
Konsentrasi pada potensi
unconsciousness (bawah sadar) dalam perilaku individu,mengukur defence
mechanism (mekanisme pertahanan diri) yang dasar dalam hubungan keluarga,
menyarankan treatment mendalam pada disfungsionalitas (ketidakmampuan
berfungsi).
Pendekatan Eksperensial atau Humanistik
Para konselor keluarga eksperensial atau humanistik
menggunakan ”immediacy” terapeutik dalam menghadapi anggota-anggota keluarga
untuk membantu memudahkan keluarga itu berkembang dan memenuhi potensi-potensi
individunya. Pada dasarnya, pendekatan ini tidak menekankan pada teoritis dan
latar belakang sejarah. Pendekatan ini lebih menekankan pada tindakan daripada
wawasan dan interpretasi. Pendekatan ini memberikan pengalaman-pengalaman dalam
meningkatkan perkembangan, yaitu melalui interaksi antara konselor dan
keluarga. Praktisi utama pendekatan eksperensial adalah Carl Whitaker dan
Walter Kempler. Dalam kerjanya, Whitaker menekankan perlunya memperhatikan
hambatan-hambatan intrapsikis dan hubungan antarpribadi dalam mengembankan dan
mematangkan keluarga. Pendekatan konseling keluarga sering melibatkan
ko-konselor, pendekatanya dirancang untuk menggunakan pengalaman-pengalaman
nyata dan simbolis yang muncul pada saat proses terapeutik. Dia mengakui, bahwa
intervensinya sebagian besar dikendalikan oleh ketidaksadarannya. Whitaker
memperkenalkan ” konseling yang tidak masuk akal ” dirancang untuk mengejutkan,
membingungkan, dan akhirnya menggerakkan sistem keluarga yang terganggu. Kempler,
seorang praktisi dari konseling keluarga Gestalt membimbing
individu-individuuntuk mengatasi hal-hal yang akan memperdayakan dirinya di
luar kebiasaanya, serta mempertahankan dirinya. Dia mengkonfrontasikan dan
menantang seluruh anggota keluarga untuk mengeksplorasi sebagaimana kesadaran
diri mereka sendiri terhambat dan bagaimana menyalyrkan kesadaran mereka ke
dalam hubungan yang lebih produktif dan terpenuhi dengan anggota lainnya.
Konselor keluarga terkenal yang berorientasi pada humanistik adalah Virginia Satir. Dalam pendekatannya, dia memadukan kesenjangan komunikasi antara anggota keluarga dan orientasi humanistik dalam upaya membangun harga diri dan penilaian diri seluruh anggota keluarga. Dia meyakini, bahwa dalam diri manusia terdapat sumber-sumber yang diperlukan manusia untuk berkembang. Dia memandang tugasnya sebagai orang yang membantu manusia memperoleh jalan untuk memelihara potensi-potensinya mengajarkan manusia menggunakan potensinya secara efektif.
Konselor keluarga terkenal yang berorientasi pada humanistik adalah Virginia Satir. Dalam pendekatannya, dia memadukan kesenjangan komunikasi antara anggota keluarga dan orientasi humanistik dalam upaya membangun harga diri dan penilaian diri seluruh anggota keluarga. Dia meyakini, bahwa dalam diri manusia terdapat sumber-sumber yang diperlukan manusia untuk berkembang. Dia memandang tugasnya sebagai orang yang membantu manusia memperoleh jalan untuk memelihara potensi-potensinya mengajarkan manusia menggunakan potensinya secara efektif.
Dasar pemikiran
Masalah-masalah keluarga berakar dari
perasaan-perasaan yang di tekan, kekakuan, penolakan / pengabaian
impuls-impuls, kekurangwaspadaan, dan kematian emosional.
Peran konselor
Konselor menggunakan pribadinya sendiri. Mereka harus
terbuka, spontan, empatic, sensitive dan harus mendemonstrasikan perhatian dan
penerimaan. Mereka harus memperlakukan dengan terapi regresi dan mengajari
anggota keluarga keterampilan-keterampilan baru dalam mengkomunikasikan perasaan-perasaan
secara gamblang.
Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural dalam konseling keluarga
terutama dikaitka dengan Salvador Minuchin dan koleganya di pusat Bimbingan
Anak Philadelphia. Pendekatan ini dilandasi sistem. Teori konseling keluarga
memfokuskan pada kegiatan, keseluruhan yang terorganisasi dari unit keluarga,
dan cara-cara di mana keluarga mengatur dirinya sendiri melalui pola-pola
transaksional diantara mereka. Secara khusus, sistem-sistem keluarga,
batas-batas, blok-blok, dan koalisi-koalisi ditelaah dalam upaya memahami
struktur keluarga. Tidak berfungsinya struktur menunjukkan, bahwa aturan-aturan
yang tidak tampak yang membangun transaksi keluarga tidak berjalan atau
mebutuhkan negosiasi kembali aturan-aturan.
Konseling keluarga struktural dilengkapi untuk transaksi sehari-hari dan memberikan prioritas tinggi terhadap tindakan daripada wawasan atau pemahaman. Seluruh perilaku termasuk simptom-simptom yang ditunjukkan pasien dipandang dalam konteks struktur keluarga. Permulaan keluarga memberikan teknik pengamatan sederhana terhadap peta pola-pola transaksi keluarga. Intervensi- intervensi Minuchin tersebut adalah aktif, penuh perhitungan, berupaya untuk mengubah kekakuan, kuno, atau tidak melaksanakan struktur. Dengan kerja sama keluarga dan keamahan, dia memperoleh pemahaman tentang masalah-masalah keluarga, membantu mereka mengubah susunan keluarga yang tidak berfungsi dan menata kembali organisasi keluarga. Enactments (menyuruh keluarga menunjukkan situasi-situasi konflik khusus dalam sesi konseling) dan reframing (menjelaskan kembali suatu masalah sebagai suatu masalah sebagai suatu fungsi dari struktur keluarga) adalah teknik-teknik terapeutik yang sering digunakan. Teknik-teknik tersebut membawa perubahan struktur keluarga. Tujuan akhir konseling adalah menyusun kembali aturan-aturan transaksi keluarga dengan mengembangkan lebih tepat lagi batas-batas diantara sub-sub sistem dan memperkuat aturan hierarki keluarga.
Konseling keluarga struktural dilengkapi untuk transaksi sehari-hari dan memberikan prioritas tinggi terhadap tindakan daripada wawasan atau pemahaman. Seluruh perilaku termasuk simptom-simptom yang ditunjukkan pasien dipandang dalam konteks struktur keluarga. Permulaan keluarga memberikan teknik pengamatan sederhana terhadap peta pola-pola transaksi keluarga. Intervensi- intervensi Minuchin tersebut adalah aktif, penuh perhitungan, berupaya untuk mengubah kekakuan, kuno, atau tidak melaksanakan struktur. Dengan kerja sama keluarga dan keamahan, dia memperoleh pemahaman tentang masalah-masalah keluarga, membantu mereka mengubah susunan keluarga yang tidak berfungsi dan menata kembali organisasi keluarga. Enactments (menyuruh keluarga menunjukkan situasi-situasi konflik khusus dalam sesi konseling) dan reframing (menjelaskan kembali suatu masalah sebagai suatu masalah sebagai suatu fungsi dari struktur keluarga) adalah teknik-teknik terapeutik yang sering digunakan. Teknik-teknik tersebut membawa perubahan struktur keluarga. Tujuan akhir konseling adalah menyusun kembali aturan-aturan transaksi keluarga dengan mengembangkan lebih tepat lagi batas-batas diantara sub-sub sistem dan memperkuat aturan hierarki keluarga.
Dasar pemikiran
Suatu patologi keluarga muncul akibat dari
perkembangan rekasi yang disfungsional. Fungsi-fungsi keluarga meliputi struktur
keluarga, sub-systems dan keterikatannya. Peraturan-peraturan tertutup dan
terbuka dan hirarki-nya harus dimengerti dan dirubah untuk membantu penyesuaian
keluarga pada situasi yang baru.
Peran Konselor
Konselor memetakan aktivitas mental dan kerja keluarga
dalam sesi konseling Seperti sutradara teater, mereka memberi instruksi pada
keduanya untuk berinteraksi melalui ajakan-ajakan dan rangkaian aktivitas
spontan.
Pendekatan Behavioral
Konseling keluarga behavioral, terakhir masuk dalam
bidang konseling keluarga, berupaya membawa metode ilmiah dalam proses-proses
terapeutik mengembangkan monitoring secara tetap dan mengembangnkan
prosedur-prosedur intervensi berdasarkan data. Pendekatan ini mengambil
prinsip-prinsip belajar manusia, seperi classical dan operant conditioning,
penguatan positif dan negatif, pembentukan, extinction, dan belajar sosial.
Pendekatan behavioral menekankan lingkungan, situasional, dan faktor-faktor
sosial dari perilaku. Dalam
tahu-tahun terakhir ini, pengaruh dari faktor-faktor
kognitif, seperti peristiwa-peristiwa yang memediasi interaksi-interaksi
keluarga juga diperkenalkan oleh sebagian besar penganut behavioral. Konselor
yang berorientasi behavioral berupaya untuk meningkatkan inteaksi yang positif
diantara anggota-anggota keluarga, mengubah kondisi-kondisi lingkungan yang
menentang atau menghambat interaksi-interaksi, dan melatih orang untuk
memelihara perubahan-perubahan perilaku positif yang diperlukan. Pendekatan
behavioral memberikan pengaruh yang signifikan terhadap empat bidang yang
berbeda, yaitu konseling pekawinan behavioral, pendidikan dan latihan
keterampilan orangtua behavioral, konseling keluarga fungsional, serta
penanganan tidak berfungsinya seksual.
Pendidikan dan latihan keterampilan-keterampilan orangtua behavioral, sebagian besar didasarkan pada teori belajar sosial, berupaya untuk melatih orang tua dengan prinsip-prinsip behavioral dalam pengelolaan anak. Secara khusus, Patterson memfokuskan terhadap hubungan dua orang (dyad), biasanya antara ibu dan anak, serta menekankan bahwa perilaku anak itu kemungkinan dikembangkan dan dipelihara melalui hubungan timbal balik mereka. Secara khusus, intervensinya berupaya membentu keluarga mengembangkan sejumlah kontingensi penguatan baru dengan maksud memulai belajar perilaku-perilau baru. Konseling keluarga fungsional berupaya menginyegrasikan teori sistem, behavioral, dan kognitif dalam bekarja dengan keluarga. Konseling keluarga fungsional berpandangan, bahwa semua perilaku sebagai fungsi antarpribadi mengenai hasil khusus dari konsekuensi-konsekuensi perilaku. Konselor keluarga fungsional tidak mencoba mengubah perilaku-perilaku yang berguna untuk memelihara fungsi-fungsi.
Pendidikan dan latihan keterampilan-keterampilan orangtua behavioral, sebagian besar didasarkan pada teori belajar sosial, berupaya untuk melatih orang tua dengan prinsip-prinsip behavioral dalam pengelolaan anak. Secara khusus, Patterson memfokuskan terhadap hubungan dua orang (dyad), biasanya antara ibu dan anak, serta menekankan bahwa perilaku anak itu kemungkinan dikembangkan dan dipelihara melalui hubungan timbal balik mereka. Secara khusus, intervensinya berupaya membentu keluarga mengembangkan sejumlah kontingensi penguatan baru dengan maksud memulai belajar perilaku-perilau baru. Konseling keluarga fungsional berupaya menginyegrasikan teori sistem, behavioral, dan kognitif dalam bekarja dengan keluarga. Konseling keluarga fungsional berpandangan, bahwa semua perilaku sebagai fungsi antarpribadi mengenai hasil khusus dari konsekuensi-konsekuensi perilaku. Konselor keluarga fungsional tidak mencoba mengubah perilaku-perilaku yang berguna untuk memelihara fungsi-fungsi.
Dasar pemikiran
Perilaku dipertahankan atau dikurangi melalui
konsekuensi-konsekuensi, perilaku maladaptive dapat diubah (dihapus) atau
dimodifikasi. Perilaku adaptive dapat dipelajari, melalui kognisi, rational
maupun irational. Perilaku dapat dimodifikasi dan hasilnya akan membawa
perubahan-perubahan.
Peran konselor
Directiv, melakukan pengukuran dan intervensi dengan
hati-hati, konselor tampak seperti guru, ahli dan pemberi penguat, dan focus
pada problem masa sekarang. Untuk menimbulkan perubahan melalui modifikasi pada
antecedent-antecedent atau konsekuen-konsekuen dari perbuatan, memberikan
perhatian spesial untuk memodifikasi konsekuensi-konsekuensi, menekankan pada
pengurangan perilaku yang tidak diharapkan dan menerima perilaku positif, untuk
mengajarkan keterampilan sosial dan mencegah problem-problem melalui
mengingatkan kembali, untuk meningkatkan kompetensi individu dan
pasangan-pasangan serta memberikan pengertian tentang dinamika perilaku. Pendekatan-pendekatannya secara langsung
melalui observasi, pengukuran, dan penggunaan teori ilmiah. Menekankan pada
treatment terhadap problem masa sekarang. Memberikan waktu khusus untuk
mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial khusus dan mengurangi keterampilan
yang tak berguna. Hubungan dibangun diatas kontrol positif dan lebih pada
penerangan prosedur-prosedur pendidikan dibanding hukuman. Behaviorisme adalah
intervensi yang simple dan pragmatis dengan teknik-teknik yang bermacam-macam.
Data riset yang bagus membantu pendekatan-pendekatan ini dan keefektifannya
dapat diukur. Perlakuannya pada umumnya dalam waktu yang singkat.
4. Peran Intervensi
pada Konseling Keluarga
1. Sebagai
penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan strategi keluarga,
kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi emosi keluarga terhadap
trauma dan transisi, komposisi, kekuatan dan kelemahan, informasi yang
dimiliki, kebutuhan-kebutuhan keluarga, kesiapan untuk intervensi dan dirujuk
pada ahli lain.
2. Pendidik/pemberi
Informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
3. Pengembang
sistem support, mengajarkan support dan selalu siap dihubungi.
4. Pemberi
tantangan
5. Pemberi fasilitas prevensi (pencegahan) dengan
mempersiapkan keluarga dalam menghadapi stress.
5. Proses Konseling keluarga
1. Melibatkan
keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga konselor mendapat informasi
nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi yang cocok untuk
membantu pemecahan problem keluarga.
2. Penilaian Problem/masalah yang mencakup pemahaman
tentang kebutuhan, harapan, kekuatan keluarga dan riwayatnya.
3. Strategi-strategi
khusus untuk pemberian bantuan dengan menentukan macam intervensi yang sesuai
dengan tujuan.
4. Follow up,
dengan memberi kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan konselor
secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan memberikan support.
C. Penelitian, Latihan, dan
Praktik Profesional
Penelitian dalam konseling keluarga didahului oleh
perkembangan teknik-teknik intervensi terapeutik. Penelitian tentang hubungan
pola-pola interaksi keluarga dan gangguan psikologis, sebelumnya didasarkan
pada pendekatan penelitian cross sectional yang kemudian disusul dengan pendekatan
penelitian longitudinal. Akhir-akhir ini berkembang penelitian tentang bproses
dan hasil dari intervensi konseling keluarga. Selanjutnya, penelitian tertarik
pada keuntungan dan kerugian relatif dari alternatif pendekatan-pendekatan
untuk individu-individu dan keluarga-keluarga yang kesulitannya berbeda. Pada
saat sekarang ini, latihan-latihan klinis terjadi dalam tiga setting yang
berbeda, yaitu dalam program-program bantuan konseling keluarga,
lembaga-lembaga latihan sebelum menduduki konseling keluarga, dan dalam
program-program universitas. Sebagian besar program-program latihan itu
langsung berupaya untuk membantu traine mengembangkan persepsi, konsep, dan keterampilan-keterampilan
dalam kerja dengan keluarga. Alat bantu latihan ini meliputi:
1. Kursus kerja
didaktik
2. Menggunakan
master videotape terapis dan traine
3. Melakukan supervisi
melalui bimbingan aktif dengan supervisor yang melihat pertemuan tersebut di
belakang cermin yang satu arah dan melakukan umpan balik korektif
melaluitelepon, earphone, memanggil traine dari pertemuan konseling untuk
konsultasi.
4. ko-konseling
di mana traine mempunyai kesempatan untuk bekerja di di samping mentor dalam keluarga.
Praktik propesional dalam konseling perkawinan atau
keluarga diatur oleh status hukum dan pengaturan diri dengan kode etik, review
sebaya, melanjutkan pendidikan, dan konsultasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Keluarga merupakan bagian terkecil dari susunan masyarakat yang akan
menjadi dasar dalam mewujudkan suatu negara (Emil Salim 1983). Begitu besarnya
tugas keluarga didalam perkembangan seorang anak, sehingga lingkungan keluarga
harus dibina dan dijaga sedemikian rupa agar permasalahan-permasalahan yang
muncul dalam keluarga tidak mengakibatkan terhambatnya segala aktivitas para
anggota keluarga lainnya. Didalam keluarga yang terdiri dari beberapa anggota
didalamnya tidak akan terlepas dari permasalahan-permasalahan yang terjadi baik
dari luar lingkungan keluarga ataupun dalam lingkungan keluarga itu sendiri.
Bimbingan konseling keluarga merupakan salah satu upaya membantu keluarga dalam
menangani permasalahan-permasalahannya. Setiap keluarga memiliki perkembangan
yang berbeda-beda baik faktor sosial, ekonomi, budaya, dan agama yang
membedakan permasalahan-permasalahan yang akan muncul. Akan tetapi,
permasalahan-permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan
pendekatan-pendekatan yang ada dalam bimbingan konseling keluarga. Diantara
pendekatan-pendekatan tersebut yaitu pendekatan psikodinamik, eksperimental /
humanistik, bowen, bihavioral, dan struktural. Bila dikaitkan dengan
permasalahan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus misalnya dengan
kasus orangtua yang menolak kehadiran Anak Berkebutuhan Khusus dalam
keluarganya dapat juga dibantu dengan bimbingan konseling keluarga dengan
pendekatan-pendekatan konseling yang ada. Sehingga, permasalahan-pesrmasalahan
yang ada dapat terselesaikan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Purwanto, Puji. S.Psi. 2007. Psikologi dalam Keluarga.
Jakarta : Pustaka Jaya Utama
Lestari, Indah. 2005. Mengapa Kekerasan dalam Keluarga
selalu Ada? Bandung : Angkasa
Purnama, Jaya. Dr. S.Psi. 2007. Tingkah
Laku dan Perkembangan Anak Autisme dalam Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta
: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar