1. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai
akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Kita tahu
bahwa setiap orang memerlukan sejumlah lemak
tubuh, yang gunanya untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas,
penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh
yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak
tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada
pria.
Obesitas
pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius
di masyarakat kita dewasa ini. Di Amerika, obesitas pada anak
dikatakan telah meningkat sebesar 3 kali lipat selama 30 tahun terakhir.
Sedangkan di Indonesia sendiri masalah ini juga meningkat tajam sebesar 2 kali
lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Sayangnya,
walaupun masalah ini sudah dapat dikatakan berada pada taraf yang
mengkhawatirkan, baik pemerintah, masyarakat maupun para orang tua masih belum
memahami bahaya dari kondisi ini pada si anak. Sebagian besar dari mereka tidak
atau belum mengerti bahwa Obesitas Pada Anak
dapat membawa dampak yang sangat serius bagi si penderitanya.
Pada saat mereka masih bayi, gemuk akan membuatnya tampak
lucu. Akan tetapi, apabila menginjak usia prasekolah (4-6 tahun) status gizi
anak masih obesitas, maka hal ini perlu menjadi perhatian khusus orang tua.
Apabila hal ini tidak teratasi, berat badan berlebih (bahkan obesitas) akan
berlanjut sampai anak beranjak remaja dan dewasa. Konsekuensi kelebihan berat badan pada anak juga menyangkut
kesulitan-kesulitan dalam psikososial, seperti: diskrikminasi dari teman-teman,
self-image negatif, depresi, dan penurunan sosialisasi. Menurut
Freedman et al (1999), bukti-bukti saat ini menunjukkan bahwa banyak
anak-anak overweight memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskuler, seperti:
hyperlipidemia, hipertensi, atau hyperinsulinemia.
kegemukan pada bayi
Karena terlalu gemuk, proses perkembangan bayi bisa
terlambat, misalnya terlambat untuk duduk dan berjalan, dibandingkan dengan
bayi yang beratnya normal. Kaki bayi yang kelewat gemuk tidak mampu menahan
berat badannya. Selain itu, kegemukan diperkirakan dapat menimbulkan penyakit
pernapasan dan umumnya kegemukan ini akan dibawa sampai dewasa jika sejak dini
cara pencegahannya tidak diupayakan.
Ada banyak cara untuk mencegah
kegemukan berlanjut. Salah satunya, aturlah pola makan yang seimbang sejak dia
mengenal aneka ragam makanan. Sebagai contoh, utamakan makanan berbahan segar
yang cukup protein, karbohidrat, sayuran dan buah. Pola makan berlebihan yang
diterapkan sejak bayi tentunya akan meningkat sesuai bertambahnya usia. Oleh
karena itu, sejak dini diterapkan
pola makan seimbang. Jika pola ini dilaksanakan, berat badan bayi
relatif normal dan sehat. Dengan demikian, anak juga akan terhindar dari
berbagai penyakit yang diakibatkan oleh obesitas.
2. Segitiga Epidemiologi Penyakit
Obesitas Pada Balita
1. Host
Host ialah semua faktor yang
terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan
suatu penyakit. Dalam hal ini, yang berperan sebagai faktor pejamu dalam
timbulnya serta perjalanan penyakit obesitas yang timbul dipengaruhi oleh
banyak faktor di dalamnya, antara lain yaitu:
1. Faktor
genetik.
Obesitas
cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota
keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup,
yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan
faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan
seseorang.
2.
Umur
Obesitas
dapat terjadi pada seluruh golongan umur, baik pada anak-anak sampai pada orang
dewasa Obesitas dapat terjadi pada balita ketika dalam tubuhnya terjadi
ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, dimana konsumsi
kalori (energy intake) terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau
pemakaian energi (energy expenditure). Dalam hal ini asupan energi yang
berlebihan tanpa diimbangi aktivitas fisik rata-rata per hari yang seimbang
maka akan mempermudah terjadinya kegemukan atau obesitas pada seorang balita.
3. Kurangnya aktivitas fisik
Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak umumnya adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, komputer, Internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan.
4. Terlalu cepat memberi makanan padat saat bayi (Perlu diperhatikan buat ibu-ibu yang punya balita)
Jika memberi makanan terlalu banyak kepada anak, baik itu ASI atau susu formula ataupun makanan padat, itu akan mengakibatkan terlalu banyak kalori yang diterima anak, dan mereka akan belajar makan terlalu banyak.
Bayi yang minum susu formula, bukan ASI, berisiko mengalami obesitas jika memulai makanan padat terlalu cepat.
5. Kebiasaan Makan yang Buruk
Anak yang tidak atau kurang suka
mengkonsumsi buah, sayur dan biji-bijian (grains) dan lebih memilih fast food,
minuman manis maupun makanan kemasan, memiliki kecenderungan untuk memiliki
berat berlebih karena makanan tersebut merupakan makanan yang tinggi lemak dan
kalori tetapi memiliki nilai gizi yang rendah.
6. Tidak Aktif Secara Fisik
Teknologi modern banyak memaksa
anak-anak untuk lebih banyak duduk diam menghabiskan waktu mereka di depan
layar komputer maupun televisi sehingga mereka tidak banyak bergerak. Jika
konsumsi kalori dan lemak mereka berlebih, padahal tubuh tidak membakarnya,
maka obesitas pada anak akan terjadi pada mereka.
7. Faktor perkembangan.
Penambahan
ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya
jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang
menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali
lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah
sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
lemak di dalam setiap sel.
2. Agent
Agent merupakan suatu substansi atau
elemen tertentu yang kehadiran atau ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau
mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Substansi dan elemen yang terkandung
dalam agent dari penyakit obesitas yang diderita oleh seorang balita merupakan
golongan nutrien.
Faktor
nutrisi yang merupakan penyebab obesitas pada balita dalam hal ini apabila
konsumsi makanan yang diberikan melebihi yang dibutuhkan tubuh, sehingga akan
terjadi kelebihan energi yang kemudian akan disimpan sebagai cadangan energi,
dimana cadangan energi secara berkesinambungan ditimbun setiap hari yang
akhirnya akan menimbulkan kegemukan
Selain faktor keturunan, faktor yang
paling berperan sebagai penyebab obesitas pada anak adalah pola makan,
aktivitas fisik dan pola istirahat yang diterapkan pada si Kecil.
Banyak
anak mengalami obesitas karena pola makan dengan porsi yang berlebihan dan
pilihan makanan yang terlalu banyak karbohidrat serta lemak, seperti:
- Permen dan coklat.
- Minuman yang mengandung banyak gula.
- Makanan cepat saji (junk food).
- Kue-kue yang mengandung banyak gula dan coklat.
- Keju dan kacang-kacangan, dll.
·
Makanan cepat saji (fast food)
1.
Makanan
cepat saji
Sekarang ini
banyak sekali kita jumpai makanan cepat saji dalam kehidupan sehari-hari. Ini
juga dipicu oleh gencarnya iklan mereka yang sangat menarik bagi anak-anak, dan juga ditambah hadiah mainan
yang mereka tawarkan untuk paket anak-anak.
2. Minuman
ringan (soft drink)
Sama seperti
makanan cepat saji, minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan
gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkonsumsi
minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-anak sangat
menggemari minuman ini.
3. pemberian antibiotik.
Tidak
bisa sembarangan memberi antibiotik pada bayi yang ternyata memiliki efek
samping. Sebuah penelitian menemukan, memberi antibiotik pada bayi yang berumur
di bawah 6 bulan dapat membuat membuat mereka menjadi anak gemuk.
Leonardo
Trasande dari New York University School of Medicine mengatakan hal ini terjadi
karena mikroba dalam usus mati karena antibiotik. "Mikroba dalam usus
mungkin berperan dalam penyerapan kalori. Paparan antibiotik, terutama di awal
kehidupan, dapat membunuh bakteri yang mempengaruhi penyerapan nutrisi dalam
tubuh kita," katanya. Jan
Blustein yang juga berasal dari New York University menyebutkan penelitian ini
berangkat dari keingintahuan mereka tentang pengaruh antibiotik terhadap berat
badan manusia, khususnya pada anak-anak. Pasalnya, bagi hewan antibiotik juga
dapat menggemukkan. "Dalam beberapa tahun terakhir, petani tahu bahwa
antibiotik dapat memacu berat sapi untuk dijual ke pasar," ujar dia.
Para peneliti kemudian mengevaluasi penggunaan antibiotik pada 11.532 bayi yang lahir di daerah Avon Inggris pada 1991 dan 1992. Hasilnya, mereka menemukan 22 persen anak-anak yang mengkonsumsi antibiotik lebih gemuk dibandingkan yang lain. Sedangkan anak-anak yang menggunakan antibiotik pada usia enam hingga 14 bulan tak mengalami peningkatan massa tubuh dibanding saat masih kecil.
Para peneliti kemudian mengevaluasi penggunaan antibiotik pada 11.532 bayi yang lahir di daerah Avon Inggris pada 1991 dan 1992. Hasilnya, mereka menemukan 22 persen anak-anak yang mengkonsumsi antibiotik lebih gemuk dibandingkan yang lain. Sedangkan anak-anak yang menggunakan antibiotik pada usia enam hingga 14 bulan tak mengalami peningkatan massa tubuh dibanding saat masih kecil.
Adapun
anak-anak yang mengkonsumsi antibiotik pada usia 15 hingga 23 bulan memiliki
indeks massa tubuh sedikit lebih tinggi pada usia tujuh tahun, namun tak ada
pertumbuhan signifikan yang memungkinkan mereka untuk menjadi gemuk atau
obesitas.
4.
Faktor
kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
o Hipotiroidisme
o Sindroma Cushing
o Sindroma Prader-Willi
o Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
5. Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
o Hipotiroidisme
o Sindroma Cushing
o Sindroma Prader-Willi
o Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
5. Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.
3. Lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting
dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang
peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup
(misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana
aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi
dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
3. Cara Mendeteksi Anak Obesitas
Secara singkat, BB lebih dapat dilihat dengan memperhatikan
KMS anak Anda. Apabila di atas garis hijau, maka kemungkinan anak Anda memiliki
berat badan berlebih. Dari WHO-NCHS, tidak ada klasifikasi overweight atau
obesitas. Sehingga, indikator ini sulit dilihat secara objektif. Cara yang lain adalah dengan melihat
grafik IMT (BMI, Body Mass Index) khusus anak di atas 2 tahun pada
grafik di bawah ini:
Klasifikasinya adalah:
Persentil >95 : obesitas
Persentil 75-95 : overweight
persentil 25 – 75: normal
persentil <25 : kurang
Persentil >95 : obesitas
Persentil 75-95 : overweight
persentil 25 – 75: normal
persentil <25 : kurang
4. Cara Mengatasi Anak Obesitas
Anak yang obesitas, terutama apabila pembentukan jaringan
lemaknya (the adiposity rebound) terjadi sebelum periode usia 5-7 tahun,
memiliki kecenderungan berat badan berlebih saat tumbuh dewasa. Sama seperti
orang dewasa, kelebihan berat badan anak terjadi karena ketidak seimbangan
antara energi yang masuk dan energi yang keluar; terlalu banyak makan, atau
terlalu sedikit beraktivitas, atau pun keduanya. Akan tetapi, berbeda dengan
orang dewasa, berat badan anak pada
kasus obesitas tidak boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan
sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Laju
pertumbuhan berat badan sebaiknya dihentikan atau diperlambat sampai proporsi
berat terhadap tinggi badan mencapai normal. Perlambatan ini dapat dicapai dengan cara mengurangi makan sambil
memperbanyak olahraga.
Kepada
anak yang rakus makan dan terlanjur gemuk, bukan berarti dunia sudah kiamat.
Kuncinya ada pada keluarga. Ada banyak cara untuk mengendalikan kegemukannya.
- Berilah susunan makanan yang sehat secara seimbang, awasi kebiasaan makannya, jangan berikan makanan yang kandungan lemaknya tinggi seperti gorengan. Pilihlah daging yang tidak berlemak, misalnya sebelum dimasak dan disajikan; Buanglah lemak (visible fat) dan kulit pada daging ayam.
- Berikan banyak sayuran dan buah setiap makan. Jangan banyak diberikan masakan yang memakai banyak lemak (misalnya bersantan kental).
- Upayakan banyak kesempatan beraktivitas fisik, terutama kegiatan di luar ruangan (outdoor) seperti lari, berenang, atau bermain bersama teman, bermain bola, dan lain-lain. Kurangi jam untuk menonton TV. Jangan berikan banyak makanan dan minuman manis, karena ini adalah sumber kalori yang dapat meningkatkan berat badan.
- Seandainya upaya di atas tidak berhasil, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi bagaimana solusinya yang terbaik. Hindari pemakaian pil penurun berat badan karena ini berbahaya.
Cara lain mengatasi
obesitas pada anak adalah:
1. Perhatikan makanan yang akan diberikan kepada anak.
Ini sepertinya semua orang tua sudah melaksanakannya. Kalau belum ya, segeralah diperhatikan makanan/asupan yang diberikan kepada anak-anak.
2. Beri bekal ke sekolah dan biasakan sarapan.
3. Perbaiki cara/tehnik mengolah masakan (buat ibu-ibu nih)
4. Buatlah aturan makan
Waktu atau jam-jam makan, buatlah secara teratur.
5. Lakukan kegiatan yang memerlukan gerakan fisik
6. Batasi jumlah jam anak2 saat main game, dll.
7. Untuk batita atau balita, buatlah si kecil tidur dengan lelap.
Penelitian menunjukkan, anak kecil yang tidur dengan lelap dapat mencegah obesitas.
1. Perhatikan makanan yang akan diberikan kepada anak.
Ini sepertinya semua orang tua sudah melaksanakannya. Kalau belum ya, segeralah diperhatikan makanan/asupan yang diberikan kepada anak-anak.
2. Beri bekal ke sekolah dan biasakan sarapan.
3. Perbaiki cara/tehnik mengolah masakan (buat ibu-ibu nih)
4. Buatlah aturan makan
Waktu atau jam-jam makan, buatlah secara teratur.
5. Lakukan kegiatan yang memerlukan gerakan fisik
6. Batasi jumlah jam anak2 saat main game, dll.
7. Untuk batita atau balita, buatlah si kecil tidur dengan lelap.
Penelitian menunjukkan, anak kecil yang tidur dengan lelap dapat mencegah obesitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Arisman.
2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Centers for Disease Control and Prevention. 2000. 2000 CDC growth charts for the United States: methods and development. Washington: Departement of Health and Human Services.
Freedman DS et al. 2001. Relationship of Childhood Obesity to Coronary Heart Disease Risk Factors in Adulthood: The Bogalusa Heart Study. Pediatrics 108:712.
Mahan, Kathleen dan Escott-stump. 2000. Krause’s Food, Nutrition, and Diet Therapy 11th Edition. NY: Saunders.
Soekirman, Susana H., Giarno, M.H., Lestari, Y. 2006. Hidup Sehat, Gizi Seimbang dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Gramedia.
Supariasa, I. N., Bakri, B., Hajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Centers for Disease Control and Prevention. 2000. 2000 CDC growth charts for the United States: methods and development. Washington: Departement of Health and Human Services.
Freedman DS et al. 2001. Relationship of Childhood Obesity to Coronary Heart Disease Risk Factors in Adulthood: The Bogalusa Heart Study. Pediatrics 108:712.
Mahan, Kathleen dan Escott-stump. 2000. Krause’s Food, Nutrition, and Diet Therapy 11th Edition. NY: Saunders.
Soekirman, Susana H., Giarno, M.H., Lestari, Y. 2006. Hidup Sehat, Gizi Seimbang dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Gramedia.
Supariasa, I. N., Bakri, B., Hajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar