BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia
pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
Dimulai dengan pendidikan ala jaman penjajahan, hingga pendidikan jaman
sekarang yang terus disesuaikan dengan kondisi dan situasi. Penyesuaian-penyesuaianpun
terus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia
ini. Proses pengajaran di dalam dunia pendidikan pun terus mengalami
penyesuaian yang sangat pesat. Salah satu bentuk penyesuaian dalam proses
pengajaran di antaranya adanya home schooling.
Dari
mulai usia pra-sekolah (pre-school), ketersediaan sarana dan pra-sarana
pendidikan mulai diperhatikan. Jika sebelumnya jenjang/tingkatan pendidikan
termuda ada pada tingkatan Tamana Kanak-Kanak (TK), saat ini jenjang pendidikan
lebih muda terdapat di Play Group (kelompok bermain).
Pesatnya
tuntutan untuk menanamkan pendidikan kepada anak sejak dini, tidak jarang
menimbulkan pergeseran-pergeseran tertentu. Jenjangan Taman Kanak-Kanak (TK)
yang dahulu merupakan masa dimana pembelajaran lebih dirahkan untuk bermain,
kini disuguhkan dengan materi-materi yang lebih berat lagi. Saat ini anak-anak
TK telah diarahkan untuk banyak mempelajari matematika, bahasa inggris, dan
lain sebagainya.
Tuntutan
yang demikian tidak luput akan memberi dampak tersendiri bagi si anak itu
sendiri. Taman Kanak-Kanak, yang sesuai namanya identik dengan tempat untuk
bermain, kni lebih condong diarahkan menjadi tempat belajar hal-hal berbau
akademis. Oleh karena itu, pendidikan yang berbasis DAP (Developmentally
Appropriate Practice) atau pendidikan yang patut dan menyenangkan dan sesuai
dengan tahapan perkembangan anak, perlu kembali digalakkan. Melalui makalah
ini, diharapkan ada titik terang mengenai pembelajaran yang sesuai dengan
tahapan perkembangan anak.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah dam pembahasan makalah ini adalah
sebagai berikut :
·
Membahas Definisi Developmentally
Appropriate Practice dan Konsep-Konsepnya
·
Membahas Filosofi Developmentally
Appropriate Practice
·
Membahas Pembelajaran Berdasarkan
Perkembangan Anak di Taman Kanak- Kanak
1.2
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka rumusan masalah dam pembahasan makalah ini adalah
sebagai berikut :
·
Untuk Mengetahui Definisi
Developmentally Appropriate Practice dan Konsep-Konsepnya
·
Untuk Mengetahui Filosofi
Developmentally Appropriate Practice
·
Untuk Mengetahui Pembelajaran
Berdasarkan Perkembangan Anak di Taman Kanak- Kanak
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Developmentally Appropriate
Practice dan Konsep-Konsepnya
Anak-anak
berada di wilayah yang berbeda. Mereka adalah bagian dari satu generasi dan
punya cara sendiri untuk merasakan sesuatu hal” (George Santayana). Atas
pernyataan filsuf Amerika tersebut, dapat kita simpulkan bahwa dunia anak-anak
memiliki dunia yang berbeda dengan dunia orang dewasa yang mana mereka memiliki
dunia yang penuh dengan imajinasi dan kreasi.
Developmentally
Appropriate Practice (DAP) yang dalam terjemahan bahasa Indonesia berarti
pendidikan yang patut dan menyenangkan dan sesuai dengan tahapan perkembangan
anak. Sedangkan menurut Santrock (2004; hal. 104) DAP merupakan pendidikan yang
didasarkan pada pengetahuan perkembangan khas dari anak-anak dalam rentang usia
(ketepatan usia) dan keunikan anak (ketepatan individual).
Menurut
organisasi yang menjadi pelopor konsep DAP yaitu NAEYC (National Association
for the Education of Young Children) yang dipelopori Sue Bredekamp berpendapat
bahwa Developmentally Appropriate Practice adalah proses pengambilan keputusan
secara profesional tentang keberadaan anak dan pendidikannya yang didasarkan
pada tiga jenis informasi penting yang meliputi:
a. Pengetahuan
tentang perkembangan dan belajar anak
b. Mengetahui
kekuatan, minat, dan kebutuhan setiap anak di dalam kelompok
c. Pengetahuan
mengenai konteks sosial-budaya dimana anak hidup untuk memastikan pengalaman
belajar yang bermakna, relevan dan penuh penghargaan dalam keterlibatan anak
dan keluarganya.
DAP
merupakan lawan kata dari DIP yakni “Developmentally Inappropriate Practice”
yang berpegang pada prinsip pendekatan belajar dan mengabaikan kekonkritan
(McDaniel&Others; Neuman&Roskos 2005). Proses pembelajaran berpegang
pada kegiatan akademik, direct teaching melalui kegiatan paper and pencils
serta latihan secara ektensif. Sedangkan DAP berpegang pada kegiatan
mengintegrasikan kurikulum dengan usia, budaya, dan tipe belajar individual.
DAP
merupakan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan,
memberikan proses belajar yang patut dan menyenangkan, interaktif, aplikatif,
dan konstruktivis. Pendekatan ini berpegang pada salah satu prinsip
konstruktivisme, yang mana anak membangun kemampuan kognitifnya melalui
tindakan yang termotivasi dengan sendirinya secara intrinsik terhadap
lingkungan sosial dan fisik mereka
beserta interaksinya. Proses pembelajaran ini juga dapat membangkitkan
keingintahuan anak melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam pengalaman
nyata.
Tiga dimensi
yang harus dipahami adalah sebagai berikut:
a.
Patut menurut umur (age appropriate)
Perkembangan
anak secara kronologis, menjadikan salah satu acuan penting dalam merancang dan
menerapkan kurikulum, serta menyiapkan lingkungan belajar yang patut dan
menyenangkan.
b.
Patut menurut anak sebagai individu yang
unik (individual appropriate)
Setiap
anak merupakan pribadi yang unik yang memiliki latar belakang keluarga yang
berbeda, kepribadian dan gaya belajar yang berbeda masing-masing anak. Konsep
DAP menawarkan beragam aktivitas dalam proses pembelajaran bagi anak, untuk
memberikan kesempatan bagi anak untuk dapat mengambil bagian sendiri sebagai
aktifitas yang dipilihnya. Interaksi antara pola berpikir dan pengalaman dengan
benda-benda konkret di sekitarnya merupakan belajar bagi anak.
c.
Patut menurut lingkungan sosial dan
budaya
Latar
belakang sosial juga dapat dijadikan acuan bagi para pendidik untuk
memepersiapkan lingkungan pembelajaran yang mengajarkan individu untuk dapat
beradaptasi dengan lingkungan sosial budayanya.
2.2 Filosofi Developmentally
Appropriate Practice
Filosofi
Developmentally Appropriate Practice dalam mendidik anak usia dini memerlukan
penekanan tiga komponen utama, yakni: kesesuaian perkembangan, rasa menghormati
dan kepercayaan pada anak dalam mendidiknya. Tiga komponen utama tersebut yang
menjadi landasan pembuatan kurikulum yang fleksibel, anti bias, dan dapat di
aplikasikan pada semua jenjang usia. Komponen-komponen tersebut juga membuat
anak menjadi percaya diri, kompeten, dan empati yang selanjutnya akan mencapai
tujuan yang sebenarnya yakni self esteem yang tinggi.
2.3 Pembelajaran Berdasarkan
Perkembangan Anak di Taman Kanak- Kanak
Saat
kita membayangkan pengalaman dulu di TK,
pasti yang ada di benak kita adalah bermain dan bertemu dengan teman –
teman. Sebuah pengalaman yang tak akan pernah terlupakan bersama guru dan teman
– teman sekolah kita dulu. Namun jika kita melihat sekolah TK saat ini mungkin kita bisa melihat banyaknya
perbedaan saat kita TK belasan tahun lalu.
Mungkin
dulu waktu kita TK, guru hanya mengajarkan kita beberapa keterampilan seperti
menempel, menggunting menyanyi dan
sisanya kita menghabiskan waktu untuk bermain. Saat ini, sekolah TK banyak mengalami perubahan yang cukup signifikan
dalam program dan pengajarannya. Berbagai hasil observasi telah mununjukan
adanya perubahan yang dapat terlihat di sekolah TK saat ini, antara lain :
·
TK saat ini jelas lebih akademis di
banding TK 20 tahun yang lalu.
·
Program TK menekankan keterampilan dasar
membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan di samping juga memenuhi kebutuhan
anak di semua wilayah perkembangan.
·
Semakin banyak Negara bagian memberikan
dana sehingga wilayah – wilayah dapat menyediakan lebih banyak proram TK.
·
Semakin banyak program TK mengadakan
program sehari penuh.
·
Pendaftaran masuk TK sangat banyak.
·
Program TK lbh menantang, dan anak di
minta untuk mngerjakan tugas dan belajar pada tingkatan yang lebih tinggi.
·
( George S. Morrison, 2012 )
a.
Perkembangan Fisik
Anak
– anak TK pada umumnya berusia 5-7 tahun. Pada usia inilah biasanya mereka
selalu aktif untuk berlari dan melakukan aktivitas yang menghabiskan tenaga
yang cukup banyak. Berbagai aktivitas fisik dapat di lakukan para guru dalam
mengajar anak – anak usia TK. Aktivitas berlari, mengejar, mendaki, dan
melompat dapat di aplikasikan para guru di dalam program pengajaran seperti
pergi ke kantor pos, swalayan, maupun bank.
Dengan begitu,
anak-anak tidak hanya menghabiskan tenaganya untuk bermain, namun juga bisa
belajar dan membangun pengetahuan dengan cara yang memang di sukai oleh anak-
anak.
b.
Perkembangan Sosial dan Emosional
Murid
TK yang berusia 5 – 6 tahun berada pada tahap kerja keras dalam melawan rasa
rendah diri di dalam dirinya. Pada tahap inilah, anak – anak berusia TK harus
di beri pengetahuan agar dapat meningkatkan perkembangan emosi dan interaksi
sosialnya. Jika di TK tidak ada pengembangan akan interaksi sosial dan emosi,
kemungkinan anak akan mudah merasa rendah diri dan susah berinteraksi di masa–masa
ke depannya. Macam–macam hal yang dapat di lakukan guru agar dapat meningkatkan
perkembangan sosial dan emosi, antara lain :
Berikan
kesempatam bagi anak untk ikut secara secara fisik dan mental dalam aktivitas
yang mencakup pemecahan masalah dan aktivitas sosial dengan orang lain.
Ajarkan dan
contohkan cara berteman dan menjaga pertemanan.
Contohkan
respons social dan emosi positif. Bacakan cerita dan bahas perasaan– perasaan
seperti marah, bahagia, bersalah, dan bangga.
Berikan anak kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam
proyek dan aktivitas.
Beritahukan
harapan anda tentang sikap yang baik dan bahas dengan murid– murid anda.
( George
S.Morrison, 2012 )
c.
Perkembangan Kognitif dan Bahasa
Murid
TK berada dalam masa perkembangan kecerdasan dan bahasa yang sangat pesat.
Mereka memiliki kapasitas besar untuk belajar kata–kata dan menyukai tantangan
mempelajari kata–kata baru. Seperti yang kita ketahui, anak- anak TK suka
sekali dengan dinosaurus dan kata–kata seperti bronthosaurus.
Murid
TK sangat senang dan butuh terlibat dalam banyak aktivitas yang menyangkut
bahasa, seperti : bernyanyi, bermain drama, bercerita dan membaca puisi. Keinginan mereka untuk berbicara harus di
dorong dan di dukung sepunuhnya oleh guru agar anak–anak bisa memiliki kemampuan
berbicara yang baik.
d.
Kurikulum di Taman Kanak – Kanak
Semua
kelas di TK harus terpusat pada anak dan mendukung praktik yang sesuai dengan
perkembangan dalam merancang dan menerapkan kurikulun. Seorang guru harus bisa
membuat kurikulum agar dapat membuat muridnya makin berkembang di berbagai
bidang pembelajaran. Kurikulum yang di buatpun harus mengikuti perkembangan
fisik, social, kognitif, dan bahasa anak- anak seusianya. Praktik yang sesuai
dengan perkembangan anak di TK, mencakup :
·
Membuat pembelajaran bermakna bagi anak
dan berkaitan dengan apa yang mereka ketahui. Anak menganggap hal–hal bermakna
jika hal–hal tersebut menarik dan memiliki kaitan dengan mereka.
·
Menyesuaikan kurikulum anda. Anak tidak
belajar dengan cara yang sama, dan mereka juga tidak selalu tertarik
mempelajari seperti orang lain pada waktu yang bersamaan.
·
Membuat pembelajaran akti secara fisik
dan mental. Libatkan anak secara aktif dalam pembelajaran yang mencakup
membangun, membuat, bereksperimen, menyelidiki, dan bekerja sama dengan
teman–temannya.
·
Menyediakan praktik langsung dengan
objek kongkrit dan alat bantu. Tekankan aktivitas hidup yang sebenarnya yang
berbeda dengan aktivitas dalam buku tugas dan lembar kerja.
DAP pada Edukasi
untuk anak-anak pra-sekolah (Amstrong, 2006; hal. 145-146)
·
Permainan tanpa akhir
·
Jam sekolah yang singkat
·
Ada waktu tidur siang
·
Pembelajaran informasi sepanjang waktu
·
Keterlibatan orangtua disekolah
·
Aktif dalam belajar
·
Program yang berpusat pada anak
·
Pendokumentasian pengalaman anak dan apa
yang mereka temukan tentang dunia, jiwa dan alam mereka
·
Waktu bermain yang tidak terstruktur
·
Memberikan kesempatan untuk kegiatan
secara spontan, bermanfaat dan menyenangkan
·
Menghargai integritas, dan kebijakan
anak kecil
·
Membiarkan anak-anak memilih kegiatan
sendiri
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Developmentally
Appropriate Practice (DAP) atau pendidikan yang patut dan menyenangkan dan
sesuai dengan tahapan perkembangan anak sangat perlu diperhatikan dalam dunia
pendidikan. Karena dalam penerapan sistem pendidikan yang berlaku saat ini,
cenderung telah diabaikan. Anak-anak usia TK yang semestinya dalam tahapan
perkembangan masih berada pada tahapan bermain, kini mereka telah diarahkan
kepada pengajaran yang beriklim akademis. Sehingga, akan terjadi proses
berkesinambungan antara perkembangan yang dijalani anak dengan apa yang
diajarkan di sekolah.
3.2
Saran
1. Pihak
pengelola Taman Kanak-Kanak sebaiknya tidak terlalu membebani anak TK dengan
hal-hal yang berbau akademis.
2. Penggalakan
Developmentally Appropriate Practice (DAP) perlu mendapat perhatian dalam dunia
pendidikan, oleh pemerintah khususnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Armstrong, T. (2006) The Best Schools:
How Human Development Research Should Inform Educational Practices. Virginia:
Association for Supervision and Curriculum Development.
Santrock, JW. (2002). Life Span
Development:Perkembangan Masa Hidup Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Santrock., JW (2010). Psikologi
Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group.
Risqi, Agung. (2011, Agustus). Strategi
Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) diakses pada tanggal 3
Maret 2012 dari http://panda.student.umm.ac.id
http://repository.unpad.ac.id diakses pada
tanggal 3 Maret 2012
http://abstrak.digilib.upi.edu diakses
pada tanggal 3 Maret 2012
download file
Tidak ada komentar:
Posting Komentar