BAB 1
PENTINGNYA MANAJEMEN
SUMBER DAYA MANUSIA
A. Pendekatan
Multidimensional
Usaha mencari dan menemukan jawaban yang
logis dan rasional terhadap pertanyaan di atas tidak bisa tidak harus
menggunakan pendekatan yang multidimensional dan instrumen analisis yang
multidisipliner. Berbagai pendekatan yang logis untuk digunakan antara lain:
1. Pendekatan
Politik
Pendekatan
politik dalam memahami gejala semakin besarnya perhatian pada manajemen sumber
daya manusia antara lain berarti mengkaitkannya dengan rasion d’etre suatu negara bangsa. Berarti pendekatan politik
melihat manajemen sumber daya manusia secara makro yang dapat dipastikan
mempunyai dampak terhadap manajemen sumber daya manusia secara mikro.
Pendekatan
politik terhadap pemahaman pentingnya manajemen sumber daya manusia berangkat
pula dari keyakinan yang semakin mendalam di kalanagan para politisi bahwa
asset terpenting yang dimiliki oleh suatu negara bangsa adalah sumber daya
manusianya.
Logikanya
ialah bahwa negara-negara yang sekaligus memiliki sumber daya, kekayaan alam
dan sumber daya manusia lebih mudah lagi mencapai kemajuan yang didambakan oleh
masyarakatnya.
Tanpa
manajemen sumber daya manusia yang handal, pengelolaan, penggunaan dan
pemanfaatan sumber-sumber lainnya menjadi tidak berdaya guna dan berhasil guna.
Dalam situasi demikian tidak mustahil gambaran tentang usaha pencapaian tujuan
nasional menjadi kabur yang pada gilirannya dapat berakibat pada kegelisahan
atau keresahan di kalangan masyarakat.
2. Pendekatan
Ekonomi
Pendekatan
ekonomi merupakan pendekatan yang paling erat hubungannya dengan pemahaman meningkatnya
perhatian semakin banyak orang pada manajemen sumber daya manusia.
Dikatakan
demikian karena sumber daya manusia sering di pandang sebagai salah satu faktor
produksi dalam usaha menghasilkan barang atau jasa oleh satuan-satuan ekonomi.
Alasan lain ialah bahwa salah satu kriteria utama yang digunakan mengukur
tingkat kesejahteraan ialah takaran ekonomi.
Apabila
dilakukan penelusuran sejarah akan terlihat bahwa memandang dan memperlakukan
manusia semata-mata sebagai salah satu faktor produksi bukanlah hal yang baru.
Sejarah menunjukkan bahwa penemuan ilmiah di bidang teknologi, seperti mesin
uap oleh James Watt, yang antara lain melahirkan Revolusi Industri pertama di
Inggris, telah mengubah secara drastik metode produksi barang oleh berbagai
organisasi niaga.
Pada
dasarnya argumentasi yang berlandaskan persepsi yang tidak tepat itu adalah
sebagai berikut, para pemilik modal menyisihkan sebagian kekayaannya untuk
digunakan sebagai modal dalam menghasilkan barang atau jasa tertentu. Jadi
jelas bahwa uang memang merupakan salah satu alat produksi.
Jika
ada pemilik modal yang memberikan “status” yang lebih tinggi kepada uang
ketimbang kepada manusia, sangat mungkin alasan utamanya ialah karena jauh
lebih sulit memperoleh pinjaman dan menjual saham untuk dijadikan modal
daripada pengadaan tenaga kerja.
Pada
hal betapa pun besarnya kemampuan seseorang untuk mengumpulkan dana untuk
dijadikan modal, tidak akan terjadi “nilai tambah“ modal tersebut apabila tidak
digunakan oleh manusia untuk menghasilkan barang atau jasa untuk dijual kepada
pihak konsumen yang membutuhkannya.
Akan
tetapi menggembirakan untuik mencatat bahwa sebagai mana halnya dengan modal,
kini semakin disadari bahwa mesin yang paling canggih dan mahal sekalipun pada
dirinya tidak berarti apa-apa bagi perusahaan apabila tidak digunakan oleh
manusia.
Metode
kerja yang sesuai dengan kebutuhan suatu organisasi tidak tumbuh dengan
sendirinya. Adakalanya diperlukan waktu yang cukup lama- biasanya melalui
proses “trial and error”- untuk menemukian berbagai teknik, metode dan
mekanisme kerja yang betul-betul mendukung dan memperlancar jalannya roda
organisasi.
Karena
itu para manajer sering menuntut ketaatan pada teknik, metode dan mekanisme
kerja sedemikian rupa sehingga ruang gerak bagi para pekerja untuk menggunakan
imajinasi, inovasi dan kreativitasnya menjadi sangat sempit. Berarti tidak
menempatkan sumber daya manusia sebagai unsur yang terpenting.
Untuk
menghasilkan barang atau jasa tertentu diperlukan bahan mentah dan atau bahan
baku. Dapat dipahami bila pimpinan perusahaan mengambil berbagai langkah guna
menjamin bahwa:
a. Bahan
mentah atau bahan baku dibeli dengan harga yang serendah mungkin
b. Pengangkutan
yang paling murah tetapi paling aman
c. Waktu
penyimpanan yang sesingkat mungkin dengan menempuh cara yang paling aman
d. Pemrosesan
yang berlangsung sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemborosan
Perlu
ditekankan bahwa wajar dan bahkan tepat apabila para manajer memberikan
perhatian besar terhadap faktor-faktor produksi dalam perusahaan. Perhatian
besar itu menjadi tidak wajar dan tidak pula tepat hanya apabila melupakan
apalagi mengabaikan faktor manusianya. Modal, mesin, metode kerja dan bahan
pada dirinya merupakan benda mati. Modal yang besar tidak dengan sendirinya
menjadika suatu perusahaan menjadi bonafid. Modal yang dimiliki oleh
organisasi/ perusahaan hanya akan semakin besar dan berkembang apabila dikelola
secara tepat.
Mesin
yang paling canggih sekalipun hanya merupakan tumpukan benda mati apabila tidak
digerakkan atau dijalankan oleh manusia. Suatu mesin yang “otomatik” hanya
berfungsi setelah pada mulanya “dihidupkan” oleh manusia dan hanya bekerja
berdasarkan “instruksi” yang diberikan oleh manusia.
Demikian
halnya dengan metode kerja. Menciptakan teknik, metode, mekanisme dan prosedur
kerja memang merupakan hal yang mutlak perlu karena manfaatnya yang sangat
besar. Sebagaimana diketahui, setiap organisasi perlu melakukan kegiatan
pengembangan sistem (system building). Meskipun gaya merumuskannya dapat
beraneka ragam, biasanya prosedur kerja mengatur berbagai hal, seperti:
a. Pola
pengambilan keputusan
b. Pola
koordinasi
c. Pola
pendelegasian wewenang
d. Jalur
dan saluran pertanggungan jawab
e. Pola
hubungan kerja, baik secara vertikal maupun horizontal
f. Pola,
format, frekuensi dan “alamat” laporan
g. Mekanisme
pemecahan masalah
h. Langkah
yang harus ditempuh dalam penyelesaian tugas
i.
Interaksi dengan
pihak-pihak eksternal
j.
Dan hal-hal lain yang
dipandang perlu.
Akan
tetapi harus segera ditekankan bahwa terciptanya prosedur kerja yang tersusun
rapi dan dinyatakan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh yang berkepentingan
bukan lah tujuan, melainkan hanya sebagai alat, meskipun alat yang sangat
penting. Sebagai alat, prosedur kerja apabila ditaati oleh semua orang dalam
organisasi akan membawa berbagai akibat positif. Wujud berbagai akibat positif
itu, antara lain adalah:
a. Lancarnya
koordinasi
b. Tidak
terjadi tumpang tindih atau duplikasi
c. Terbinanya
hubungan kerja yang serasi
d. Kejelasan
wewenang dan tanggung jawab setiap orang
e. Terhindarnya
organisasi dari berbagia jenis pemborosan
f. Lancarnya
proses pengambilan keputusan
g. Terjaminnya
keseimbangan antara hak dan kewajiban para anggota organisasi.
Meskipun
benar bahwa bahan mentah atau bahan baku mutlak harus ada dalam proses produksi
bagi administrasi niaga, misalnya, kembali lagi terlihat bahwa pada dirinya
bahan-bahan tersebut tidak mendorong keberhasilan usaha apabila tidak diolah
oleh manusia sehingga menjadi produk yang dibutuhkan oleh sekelompok orang yang
menjadi konsumen untuk mana mereka bersedia membelanjakan uangnya.
3.
Pendekatan Hukum
Indikator
kehidupan masyarakat modern ialah
semakin tingginya kesadaran para warga masyarakat akan pentingnya keseimbangan
antara hak dan kewajiban. Instrumen utama untuk menjamin keseimbangan tersebut
adalah ketentuan-ketentuan hukum. Artinya, hak para warga negara dijamin dalam
berbagai peraturan perundang-undangan. Begitu pentingnya perolehan hak tersebut
sehingga hak yang bersifat asasi biasanya tercantum dalam konstitusi negara
seperti hak menyatakan pendapat, hak berserikat, hak menganut agama tertentu
dan menunaikan ibadah agama sesuai dengan doktrin agama yang bersangkutan, hak
memperoleh pendidikan dan hak memperoleh perjuangan yang layak.
Sebagai
makhluk sosial pun seseorang tidak akan bebas dari keharusan menunaikan
berbagai kewajibannya. Kerukunan bertetangga, pemeliharaan lingkungan yang
bersih, ketaatan kepada berbagai nilai sosial budaya yang dianut oleh
masyarakat adalah beberapa contoh kongkret. Akan tetapi, seperti telah
dikatakan di muka, kecenderungan manusia adalah mendahulukan perolehan dan
penggunaan haknya dan dengan sengaja atau tidak mungkin saja alpa menunaikan
berbagai kewajibannya.
Dalam
kehidupan organisasional, keseimbangan antara hak dan kewajiban pun harus
diusahakan agar terus-menerus terpelihara dengan baik sebab apabila
keseimbangan tersebut terganggu, kedua belah pihak, yaitu organisasi dan para
anggotanyalah yang dirugikan.
Pemeliharaan
keseimbangan itu menuntut kejelasan hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal yang merupakan hak organisasi
merupakan kewajiban bagi para anggotanya dan sebaliknya hak para anggota
organisasi merupakan kewajiban bagi organisasi untuk menunaikannya.
4. Pendekatan
Sosio-kultural
Pemahaman
tentang semakin besarnya perhatian makin banyak pihak terhadap manajemen sumber
daya manusia juga memerlukan pendekatan sosio-kultural. Pendekatan ini sangat
penting karena berkaitan langsung dengan harkat dan martabat manusia. Dewasa
ini semakin disadari bahwa harkat dan martabat manusia harus diakui, dihormati
dan nahkan dijunjung tinggi.
Nilai-nilai
sosial budaya menentukan yang baik, tidak baik, benar, salah, wajar, tidak
wajar dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut digunakan untuk menilai perilaku
seseorang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok, termasuk
kelompok kerja dimana seseorang berkarya.
Meskipun
demikian suatu hal yang kiranya tidak boleh dilupakan ialah bahwa sistem nilai
yang berlaku dalam suatu organisasi merupakan bagian dari kultur yang dianut
oleh masyarakat luas. Biasanya perbedaan-perbedaan tersebut, yang bersifat
idiosinkronatik sekalipun, tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai sosial yang
berlaku. Berbagai perbedaan dapat timbul sebagai akibat berbagai faktor
seperti:
a. Sejarah
organisasi
b. Dasar
filsafati pembentukan organisasi
c. Filsafat
hidup pendiri organisasi
d. Jenis
kegiatan organisasi
e. Konfigurasi
para anggotanya
f. Para
“stakeholders” yang harus dihadapi dan dipuaskan oleh organisasi
g. Barang
atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi
5. Pendekatan
Administratif
Salah
satu ciri yang menonjol dari abat sekarang ini ialah terciptanya berbagai jenis
organisasi. Dengan perkataan lain,apakah orang berbicara tentang politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, ilmu pengetahuan, teknologi
dan berbagai segi kehidupan dan penghidupan lainnya, kesemuanya tidak mungkin
bisa dilepaskan kaitannya dengan organi sasi .
Secara
makro , tujuan cita- cita dan harapan suatu bangsa diusahakan pencapaiannya dan
perwujudannya melalui organisasi yang disebut negara. Secara mikro.tujuan,
cita-cita dan harapan sekelompok orang yang merasa memiliki kesamaan
kepentingan juga diusahakan pencapaiannya melalui organisasi, seperti
organisasi politik , organisasi niaga , organisasi olah raga dan berbagai jenis
organisasi lainnya termasuk organisasi yang sifatnya nirlaba.
Karena
itulah manusia modern sering disebut sebagai manusia organisasional.dan
sebagaimana diketahui manusia organisasionallah yang menjadi fokus analisis
pendekatan administratif. Dengan perkataan lain , terdapat hubungan
ketergantungan antara manusia dengan organisasi dalam arti bahwa manusia tidak
lagi mungkin mencapai berbagai tujuannya tanpa menggunakan jalur organisasional
dan sebaliknya setiap organisasi akan mencapai tujuan dan sasarannya melalui
usaha kooperatif sekelompok orang di dalamnya.
Secara
filsafati, terdapat paling sedikit tiga titik tolak pemikiran utama mengapa
efisiensi, efektivitas dan produktivitas mutlak perlu ditingkatkan. Pertama,
sumberdaya bukan manusia yang tersedia atau dapat disediakan oleh organisasi
selalu terbatas vis a vis tujuan individual dan organisasional yang tidak
terbatas. Kedua, meskipun sumberdaya , dana dan sarana serta prasarana kerja
mutlak diperlukan , hal- hal tersebut pada dirinya tidak meningkatkan
efisiensi, efektivitas dan produktivitas organisasi. Ketiga, manusia merupakan
unsur terpenting dalam organisasi , sekaligus merupakan “ miliknya” yang paling
berharga dengan pengertian bahwa manusia diperlakukan sesuai dengan harkat dan
martabatnya sehingga berperilaku positif dalam kehidupan organisasionalnya.
Efisiensi
adalah pemanfaatan sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang minimum untuk
menghasilkan barang atau jasa tertentu, baik dalam arti jumlah maupun mutunya.
Jumlah dan mutunya barang atau jasa yang akan dihasilkan telah ditetapkan
sebelumnya. Untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut diusahakan pemanfaatan
sumber daya, dana, sarana dan prasarana
yang sedikit mungkin.
Efektivitas
adalah pemanfaatan sumber daya dana sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu
yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau
jasa dengan mutu tertentu tepat pada waktunya. Berarti efektifitas sebagai
orientasi kerja menyoroti empat hal, yaitu:
a. Sumber
daya, dana , sarana dan prasarana yang dapat digunakan sudah ditentukan dan
dibatasi
b. Jumlah
dan mutu barang atau jasa yang harus dihasilkan telah ditentukan
c. Batas
waktu untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut sudah ditetapkan
d. Tata
cara yang harus ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah dirumuskan.
Suatu
perusahaan angkutan, yang telah dijadikan contoh dalam membahas efisiensi dan
efektivitas, dapat dikatakan sebagai suatu perusahaan yang produktif apabila
dengan sejumlah armada dan personel tertentu mampu mengangkut lebih banyak
penumpang dan barang ke tempat tujuan masing- masing.
Kenyataan
bahwa ketiga orientesi di atas digunakan “senafas” sesungguhnya berarti bahwa
suatu organisasi harus berusaha mewujudkannya secara simultan.
6. Pendekatan
Teknologikal
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyi dampak yang sangat kuat terhadap
manajemen sumber daya manusia. Dampak tersebut dapat dikatakan bersifat negatif
karena kesan yang segera timbul ialah bahwa pemanfaatan berbagai hasil temuan
dibidang teknologi berakibat pada berkurangnya kesempatan kerja karena semakin
banyak kegiatan yang tadinya dilakukan oleh manusia kini “diambil alih” oleh
berbagai jenis mesin.
Di
lain pihak, demi peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, sebanyak mungkin
lapangan kerja harus diciptakan agar tingkat pengangguran dapat ditekan hingga
serendah mungkin, bahkan diusahakan agar terdapat situasi ”full employment”.
Semua negara , baik yang sudah mencapai tahap industrialisasi yang sangat maju
maupun negara- negara yang sedang berkembang, yang banyak diantaranya yang
masih berada pada tahap agraris, mendambakan tingkat pengangguran yang serendah
mungkin
Semua
orang sepakat bahwa harus dicari jalan keluar dari situasi dilematik demikian.
Yang belum disepakati benar ialah caranya. Titik tolaknya ialah dengan cara
menemukan titik- titik persamaan pandangan. Misalnya, baik yang menganut
pandangan pemanfaatan teknologi secara maksimal maupun yang lebih menonjolkan
pemanfaatan sumber daya manusia sama- sama sependapat bahwa:
a. Pertumbuhan
ekonomi yang wajar mutlak perlu diusahakan bersama
b. Para
pemilik modal wajar mengharapkan modalnya kembali dengan cara- cara yang wajar
puka
c. Tingkat
pengangguran harur ditekan hingga serendah mungkin
d. Kemajuan
dibidang teknologi harus dimanfaatkan
e. Kemajuan
dibidang teknologi harus diabdikan kepada kepentingan manusia dan bukan
sebaliknya.
Keberhasilan pendekatan
teknologikal terletak pada kearifan manusia menggabungkan kemajuan dibidang
teknologi dengan manajemen sumber daya manusia yang berangkat dari harkat dan
martabat manusia. Dari pembahasan di muka kiranya jelas bahwa tantangan utama yang
harus dijawab oleh umat manusia di masa depan adalah peningkatan kemampuan
untuk menciptakan organisasi yang lebih baik dan mengelolanya dengan tingkat
efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang semakin tinggi sebagai wahana
untuk mencapai berbagai tujuan yang ingin dicapai. Kesemuanya itu bermuara pada
satu hal, yaitu tuntutan yang semakin kuat terhadap peningkatan kemampuan
mengelola sumber daya manusia.
B. Berbagai
Tantangan Bagi Manajemen Sumber Daya Manusia
Salah satu tantangan yang akan dihadapi
oleh umat manusia di masa depan adalah untuk menciptakan organisasi yang
semakin beraneka ragam tetapi sekaligus menuntut pegelola yang semakin efisien,
efektif dan produktif, harus pula diterima pendapat bahwa ketergantungan
organisasi pada manajemen sumber daya manusia yang semakin bermutu tinggi akan
semakin besar pula.
Kesemuanya harus berkaitan dengan
pencapaian berbagai jenis tujuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Pada
dasarnya berbagai tujuan tersebut dapat dikategorikan pada empat jenis, yaitu:
1. Pencapaian
Tujuan Masyarakat
Dalam
bidang apapun suatu organisasi bergerak, dalam arti yang sebenar- benarnya ia
menghasilkan sesuatu “produk” atau “jasa” bagi kelompok- kelompok tertentu di
masyarakat.
Dengan
interpretasi yang demikian jelas terlihat bahwa tidak ada satu pun organisasi
yang dapat mempertahankan eksistensinya dan melestarikan keberadaannya tanpa
mengkaitkan tujuan organisasi dengan tujuan masyarakat luas.
Bentuk
nyata dari kegagalan suatu organisasi mengkaitkan pencapaian tujuannya dengan
pencapaian tujuan masyarakat luas terlihat dalam dua wujud. Jika suatu
organisasi sudah kehilangan kepercayaan dan dukungan masyarakat, jelas bahwa
cepat atau lambat, kehancuranlah yang merupakan akibatnya.
2. Pencapaian
Tujuan Organisasi
Manajemen
sumber daya manusia yang baik ditujukan kepada peningkatan kontribusi yang
dapat diberikan oleh para pekerja dalam organisasi ke arah tercapainya tujuan
organisasi. Artinya , bahwa satuan kerja tersebut, dengan nomenklatur apapun ia
dikenal –seperti bagian kepegawaian atau istilah lain yang sejenis—juga
mempunyi tujuan- tujuan tertentu yang diusahakan terwujud melalui berbagai
langkah yang ditempuh dalam menyelenggarakan fungsinya. Akan tetapi tujuan-
tujuan departmental atau inkremental tersebut harus dalam kerangka pemikiran
utama.
3. Pencapaian
Tujuan Fungsional
Telah
diketahui bahwa struktur suatu organisasi menggambarkan dua jenis kegiatan,
yaitu kegiatan pokok dan kegiatan penunjang. Berarti yang dimaksud dengan
pencapaian tujuan fungsional dalam bidang manajemen sumber daya manusia ialah
keseluruhan langkah dan prosedur yang harus ditempuh oleh satuan kerja yang
mengelola sumber daya manusia dalam organisasi sedemikian rupa sehingga sumber
daya manusia yang terdapat dalam organisasi mampu memberikan kontribusinya yang
maksimal.
Singkatnya
tujuan fungsional yang ingin dicapai adalah tersedianya sumber daya manusia
yang tidak saja ahli, terampil dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik,
akan tetapi juga yang memiliki berbagai atribut yang tercermin pada berbagai
hal seperti kesetiaan kepada organisasi, dedikasi kepada tugas, kesediaan
membawahkan kepentingan pribadi kepada kepentingan bersama, kesediaan bekerja
sama, penumbuhan, pengembangan dan pemeliharaan perilaku positif dalam
interaksinya dengan orang lain serta kesediaan menghindari berbagai jenis
perilaku negatif yang dapat berakibat pada tidak hanya rusaknya citra
organisasi, akan tetapi juga merugikan diri sendiri, suatu hal yang tentunya
tidak diinginkan.
4. Pencapaian
Tujuan Prbadi
Tujuan
pribadi tersebut berangkat dari hakikat manusia sebagai makhluk yang multi
faset, antara lain sebagai makhluk politik, insan ekonomi dan mahkluk sosial di
samping sebagai individu dengan jati diri yang khas. Bekerja bagi suatu
organisasi dengan memperoleh imbalan juga biasanya didasarkan keyakinan bahwa
dengan bekerja pada organisasi atau perusahaan itu seseorang akan dapat
memuaskan berbagai kebutuhannya, tidak hanya dibidang, materiil, seperti
sandang, pangan, papan dan kebutuhan kebendaan lainnya, akan tetapi juga
berbagai kebutuhan lainnya yang bersifat sosial, prestise kebutuhan psikologis
dan intelektual.
Jelaslah
bahwa pada mulanya motif seseorang memasuki berbagai organisasi adalah pencapaian
tujuan dan pemenuhan kepentingan pribadinya. Hal demikian adalah wajar dan
merupakan gejala yang universal. Akan tetapi dalam meniti kariernya, seseorang
harus mau dan rela melakukan berbagai jenis penyesuaian yang diperlukan akan
seseorang diterima sebagai anggota organisasi yang dihormati.
Artinya yang kemudian
harus terjadi ialah kesediaan semua anggota organisasi sebagai individu untuk
membawahkan tujuan dan kepentingan pribadinya kepada tujuan dan kepentingan
yang lebih luas, yaitu kepentingan bersama dan kepentingan organisasi sebagai
keseluruhan, bahkan juga kepentingan masyarakat luas.
C. Peranan
Pengelola Sumber Daya Manusia
Dalam suatu organisasi dibentuk satuan kerja yang
melakukan kegiatan pegalolaan sumber daya manusia dan satuan kerja tersebutlah
yanh secara fungsional bertanggung jawab dalam melakukan berbagai kegiatan dan
mengambil berbagai langkah dalam manajemen sumber daya manusia. Terdapat dua
alasan kuat mengapa satuan kerja fungsional demikian perlu dibentuk. Pertama,
meskipun benar bahwa setiap manajer adalah juga manajer sumber daya manusia,
secara operasional manajer yang bersangkutan diserahi tugas dan tanggung jawab
melaksanakan kegiatan- kegiatan lain. Kedua , dewasa ini manajemen sumber daya
manusia mutlak perlu ditangani secara profesional oleh tenaga- tenaga spesialis
karena hanya dengan demikianlah manajemen sumber daya manusia yang sangat
kompleks itu dapat ditangani dengan baik.
Satuan kerja yang mengelola sumber daya
manusia merupakan satuan kerja penunjang terhadap semua satuan kerja lain dalam
organisasi. Besar kecilnya satuan kerja pengelola sumber daya manusia tentunya
tergantung antara lain pada besar kecilnya organisasi yang harus dilayaninya.
Di samping itu, demikian pendapat
sementara manajer lini, kewenangan menentukan jenis, jumlah dan mutu produk,
standar prestasi kerja, wajar tidaknya seseorang pekerja dipromosikan dan
penugasan pekerja merupakan wewenang para manajer lini, bukan bukan manajer
pelaksana kegiatan penunjang.
Para manajer limi harus menyadari bahwa
kewenangan staf yang dimiliki oleh manajer sumber daya manusia sesungguhnya
tidak kecil, baik dalam arti penyusunan dan penerapan kebijaksanaan dalam
mengelola sumber daya manusia maupun dalam hal memberikan nasihat kepada
manajer lini. Untuk mengatasi gejala yang tidak sehat seperti yang telah
dikemukakan di atas, yaitu jika para manajer lini menganggap remeh pandangan
dan nasihat yang diberikan oleh manajer sumber daya manusia yang dapat
merugikan oeganisasi sebagai keseluruhan, manajer puncak ada kalanya harus
melakukan intervensi tertentu. Salah satu bentuk intervensi tersebut adalah
pemberian wewenang memutuskan sesuatu kepada manajer sumber daya manusia
sehingga wewenangnya berubah dari wewenang staf semata menjadi wewenang
fungsional. Wewenang fungsional itu sifatnya mengikat sehingga harus diterima
dan dilaksanakan oleh semua manajer lini dalam organisasi, terlepas apakah ia
memimpin satuan kerja yang menyelenggarakan tugas pokok atau tugas penunjang.
Konflik demikian memang akan mudah
timbul apabila masih terdapat persepsi bahwa satuan kerja yang dipimpinnya oleh
manajer yang bersangkutan dipandang sebagai satuan kerja yang terpenting.
D. SEKILAS
TENTANG PERKEMBANGAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Salah satu konsekuensi logis dari
kenyataan demikian ialah bahwa manajemen sumber daya manusia pun harus sangat
peka terhadap berbagai perubahan yang terjadi sekitar organisasi karena
perubahan yang terjadi itu akan menimbulkan berbagai jenis tantangan yang harus
dihadapi dan diatasi dengan baik. Penelusuran kasual menunjukan bahwa selama
ribuan tahun jarang ditemukan organisasi di muka bumi ini, kecuali organisasi
keagamaan dan pemerintahan. Dalam keadaan demikiantentunya tidak terasa
kebutuhan untuk membentuk satuan kerja yang secara khusus mengelola sumber daya
manusia. Seperti telah disinggung di muka, para pemilik modal yang harus
membeli peralatan yang mahal disatu pihak, di pihak lain memerlukan tenaga
kerja yang tidak sedikit. Mahalnya mesin dan mudahnya memperoleh tenaga kerja
ketika itu cenderung berakibat pada perlakuan manusia yang tidak sesuai dengan
harkat dan martabatnya. Dengan lahirnya banyak organisasi yang berskala besar ,
para manajer puncak merasa bahwa mereka tidak lagi mampu dan tidak punya waktu
untuk menangani sendiri masalah- masalah kesejahteraan para pekerja dan untuk
itulah sekretaris kesejahteraan diangkat. Jadi dapat dikatakan bahwa para
sekretaris kesejahteraan itulah yang menjadi “ pelopor” keberadaan
tenaga-tenaga spesialis dalam manajemen sumber daya manusia.
1. Lahirnya
“Gerakan Manajemen Ilmiah”
Diketahui
bahwa Revolusi Industri yang lahir di Inggris telah ‘ menjalar” ke berbagai
bagian dunia pada permulaan abad ke dua puluh ini, terutama ke Eropa daratan
dan ke Amerika Utara. Salah satu manifestasinya ialah didirikannya makin banyak
perusahaan besar yang bergerak dalam berbagai kegiatan perekonomian, termasuk
industri, pertambangan dan perdagangan. Dua pelopor utama yang selalu disebut
dalam semua literatur tentang manajemen adalah Frederick W. Taylor di Amerika
Serikat dan Henri Fayol di Perancis. Kedua pelopor tersebut adalah sarjana
teknik. Taylor bekerja di pabrik baja dan Fayol di tambang batu bara.
Tanpa
mengetahui apa yang dikerjakan oleh yang lain, ternyata karya kedua pelopor
tersebut saling isi mengisi. Taylor melihat gerakan manajemen ilmiah sebagai
usaha meningkat efisiensi dan produktivitas para buruh. Intinya terletak pada
analisis yang menunjukkan bahwa pemborosan sering terjadi dalam kegiatan
berproduksi karena para pekerja membuang waktu yang tidak sedikit karena gerakannya
yang tidak efisien. Di lain pihak, Fayol melihat bahwa perusahaan tambang
tempatnya berkarya nyaris mengalami kehancuran karena kekurang mampuan para
manajer,termasuk manajer puncak dalam melaksanakan tugas masing- masing.
2. Perkembangan
Gerakan “Human Relations”
Sejarah
telah mencatat pula bahwa seiring dengan bertumbuhnya berbagai bentuk
organisasi, makin banyak ilmuwan yang menaruh minat pada penggalian dan
penumbuhan teori manajemen yang, digabung dengan pengalaman makin banyak orang,
semakin menimbulkan kesadaran bahwa manusia dalam organisasi apapun tidak dapat
dan tidak boleh diperlakukan sebagai mesin.
Akumulasi
teori manajemen kemudian melahirkan apa yang sekarang dikenal sebagai “ Gerakan
Human Rerations” . Telah umum diakui bahwa pelopor utamanya adalah Elton Mayo,
seorang ahli psikologi dari Universitas Harvard. Penelitian mereka dikenal
dengan istilah” Hawthorne Experimen”. Temuan mereka menunjukkan bahwa sikap dan
perilaku positif serta produktivitas para karyawan tidak terlalu dipengaruhi
oleh fasilitas dan kondisi kerja, melainkan oleh perhatian yang diberikan oleh
manajemen pada mereka. Temuan kedua ialah bahwa perilaku seorang pekerja sangat
ditentukan oleh dan terikat pada norma- norma kelompok kerja di mana seseorang
menjadi anggota.
3. Teori
Manajemen Sumber Daya Manusia Kontemporer
Semua
perkembangan yang terjadi dapat disimpulkan bermuara pada suatu prinsip yang
sangat fundamental, yaitu bahwa manusia tidak mungkin diperlakukan sama dengan
alat produksi lainnya, melainkan harus diperlakukan sesuai dengan harkat dan
martabatnya. Teori motivasi pada tahun empat puluhan dengan Abraham H. Maslow
sebagai pelopornya, merupakan bukti kongkret. Semua teori motivasi menekankan
bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang sangat kompleks, tidak hanya menyangkut
peningkatan taraf hidup dalam arti kebendaan akan tetapi ada bagai kebutuhan
lain seperti keamanan, sosial, prestise, pengembangan diri, yang harus dipenuhi
dan diputuskan.
Jelaslah
bahwa “benang merah” yang selalu tampak dalam pembahasan mengenai manajemen
sumber daya manusia ialah bahwa karena manusia merupakan unsur terpenting dalam
setiap dan semua organisasi, keberhasilan oreganisasi mencapai tujuan dan
berbagai sasarannya serta kemampuannya menghadapi berbagai tantangan, baik yang
sifatnya eksternal maupun internal, sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola
sumber daya manusia dengan setepat-tepatnya.
BAB II
PERENCANAAN SUMBER DAYA
MANUSIA
Salah satu definisi klasik tentang perencanaan
mengatakan bahwa perencanaan pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan
sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan. Berarti bahwa
apabila berbicara tentang perencanaan perencanaan sumber daya manusia yang
menjadi fokus perhatian ialah langkah-langkah tertentu yang diambil oleh
menejemen guna lebih menjamin bahwa bagi organisasi tersedia tenaga kerja yang
tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaanyang tepet pada
waktu yang tepat, kesemuanya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai
sasaran yang telah dan akan tetap dilaksanakan. Kata kunci dalam pengertian di
atas adalah “tepat”. Tepat dalam hubungan ini harus dilihat secara konekstual
dalam arti dikaitkan dengan tiga hal, yaitu:
a. Penunaian
kewajiban sosial organisasi,
b. Pencapaian
tujuan organisasi, dan
c. Pencapaian
tujan-tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.
Tuntutan menyelenggarakan fungsi perencanaan
sumber daya manusia dengan baik terlihat lebih jelas lagi apabila diingat bahwa
dalam usaha mencapai tiga hal tersebut diatas, setiap organisasi dihadapkan
kepada berbagai faktor yang berada di luar kemampuan organisasi untuk
mengendalikannya.
Suatu perusahaan pelayaran samudra, misalnya,
tidak dapat mengendalikan harga bahan bakar yang diperlukan dan digunakannya,
mungkin dalam jumlah yang besar apabila armada kapal yang dimiliki dan
dioprasikan besar pula. Pengusaha yang bersangkutan juga tidak dapat berbuat
banyak mengenai fluktuasi harga berbagai suku cadang yang diperlukannya.
Disamping faktor-faktor yang bersifat ekonomi tersebut, masih banyak lagi
faktor lain, seperti misalnya tinggi rendahnya tarif yang boleh dikenakan,
treyek yang diperuntukan baginya dan lain sebagainya yang tidak boleh, tidak
harus diperhitungkan karena akan mempunyai dampak tertentu pada perencanaan
sumber daya manusia.
Dari contoh diatas terlihat dengan jelas bahwa
dalam bidang apapun suatu organisasi bergerak, ia harus selalu bersikap
proaktif. Artinya, memiliki daya atau kemampuan antisipatif yang tinggi
menghadapi masa depan yang selalu mengandung ketidakpastian. Sikap proaktif dan
antisipatif demikian dituntut bukan hanya dan bahkan tidak terutama menyangkut
perencanaan kegiatan-kegiatan fungsional, yang bagi organisasi niaga antara
lain berarti perencanaan produksi, strategi pemasaran atau perencanaan kegiatan
penjualan, akan tetapi juga yang menyangkut perencanaan sumber daya manusia.
Berarti bahwa perencanaan sumber daya manusia
tidak bisa dipercayakan hanya kepada tenaga-tenaga profesional yang menangani
masalah-masalah kepegawaian saja, melainkan harus melibatkan para menejer yang
memimpin satuan-satuan kerja yang menyelenggarakan fungsi utama. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa karena salah satu fngsi organik yang mutlak
diselenggarakan oleh setiap menejer adalah perencanaan, fungsi tersebut harus pula
mencakup perencanaan sumber daya manusia untuk satuan kerja yang dipimpinya
bekerja sama dengan para tenaga spesialis yang terdapat dalam satuan kerja yang
mengelola sumber daya manusia dalam organisasi sebagai keseluruhan.
MANFAAT PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Terdapat enam manfaat yang
dapat dipetik melalui suatu perencanaan sumber daya manusia secara mantap.
Pertama: organisasi dapat memanfaatkan sumber daya
manusia yang sudah ada dalam organisasi secara lebih baik. Merupakan hal yang
wajar bahwa apabila seseorang mengambil keputusan tentang masa depan yang
diinginkannya, ia berangkat dari sekuatan dan kemampuan yng sudah dimilikinya
sekarang.
Berarti perencanaan sumber daya manusia pun
perlu diawali dengan kegiatan inventaris tentang sumber daya manusia yang sudah
terdapat dalam organisasi. Inventaris tersebut antara lain menyangkut:
a. Jumlah
tenaga kerja yang ada,
b. Berbagai
kualifikasinya,
c. Masa
kerja masing-masing,
d. Pengetahuan
dan ketrampilan yang dimiliki, baik karena pendidikan formal maupun karena
program pelatihan yang pernah diikuti,
e. Bakat
yang masih perlu dikembangkan,
f. Minat
pekerja yang bersangkutan, terutama yang berkaitan dengan kegiatan di luar
tugas pekerjaannya sekarang.
Kedua:
Melalui perencanaan sumber daya manusia yang matang, produktivitasnya karena
dari tenaga yang sudah ada dapat ditingkatkan. Hal ini dapat terwujud melalui
adanya penyesuaian-penyesuaian tertentu, seperti peningkatan disiplin kerja dan
peningkatan ketrampilan sehingga setiap orang menghasilkan sesuatu yang berkaitan
langsung dengan kepentingan organisasi. Peningkatan produktivitas kerja seluruh
tenaga kerja dalam organisasi mutlak perlu dijadikan saranan perhatian
perhatian manajemen. Perhatian dan usaha demikian penting antara lain karena:
1. Penelitian
dan pengalaman banyak orang menunjukan bahwa potensi para karyawan belum selalu
sepenuhnya digali dan dimanfaatkan. Artinya, biasanya terdapat kesenjangan
antara kemampuan efektif dan riil dengan kemampuan potensial.
2. Selalu
terjadi perubahan dalam proses produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
organisasi, baik karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun
karena perubahan tuntutan para konsumen dalam arti mutu, kualitas dan bentuk
sesuai dengan perkembangan zaman.
3. Bentuk,
jenis dan intensitas persaingan antar berbagai perusahaan yang mungkin saja
meningkat dan ada kalanya berkembang tidak sehat terutama apabila makin banyak
perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sejenis.
Ketiga:
Perencanaan sumber daya manusia berkaitan dengan penentuan kebutuhan akan
tenaga kerja di masa depan, baik dalam arti jumlah dan kualifikasinya untuk
mengisi berbagai jabatan dan menyelenggarakan berbagai aktifitas baru kelak.
Agar organisasi memperoleh tenaga-tenaga yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan, titik tolak yang tidak boleh dilupakan ialah:
1. Tujuan
dan sarana strategi yang ingin dicapai dalam satu kurun waktu tertentu di masa
depan;
2. Tenaga
kerja yang sudah berkarya dalam organisasi dilihat bukan hanya dari segi jumlah
dan tugasnya sekarang, akan tetapi juga yang dimilikinya yang perlu dan dapat
dikembangkan sehingga mampu melaksanakan tugas baru nanti;
3. Kebijaksanaan
yang dianut oleh organisasi tentang “lateral entry points”. Artinya, perlu
kejelasan apakah dalam hal terjadi lowongan, pengisiannya diutamakan oleh
tenaga kerja yang sudah ada dalam organisasi – yang dikenal dengan istilah
“promosi dari dalam” ataukah mengisi lowongan yang terjadi, terutama jabatan
manajeral, terbuka pula kesempatan bagi tenaga-tenaga baru yang sengaja
direkrut untuk itu diluar organisasi.
Keempat: Salah satu segi menejemen sumber daya manusia
yang dewasa ini dirasakan semakin penting ialah penanganan informasi
ketenagakerjaan. Informasi demikian mencakup banyak hal, seperti:
a. Jumlah
tenaga kerja yang dimiliki,
b. Masa
kerja setiap pekerja,
c. Setatus
perkawinan dan jumlah tanggungan,
d. Jabatan
yang pernah dipangku,
e. Tangga
karier yang telah dinaiki,
f. Jumlah
penghasilan,
g. Pendidikan
dan pelatihan yang pernah ditempuh,
h. Keahlian
dan ketrampilan khosos yang dimililiki oleh para pegawai,
i.
Informasi lainnya mengenai
kekaryawanan setiap pegawai.
Informasi
koprehensif demikian diperlukan tidak hanya oleh satuan kerja yang mengelola
sumber daya manusia dalam organisasi, akan tetapi juga oleh setiap satuan
kerja.
Kelima:
Seperti telah dimaklumi salah satu kegiatan pendahuluan dalam melakukan
perencanaan – termasuk perencanaan sumber daya manusia – adalah penelitian.
Akan timbul pemahaman yang tepat tentang situasi pasar kerja dalam arti:
1. Permintaan
pemakai tenaga atas tenaga kerja dilihat dari segi jumlah, jenis, kualifikasi
dan lokasinya;
2. Jumlah
pencari pekerjaan beserta bidang keahlian, ketrampilan, latar belakang profesi,
tingkat upah atau gaji dan sebagainya.
Pemahaman
demikian penting karena bentuk rencana yang disusun dapat disesuaikan dengan
situasi pasaran kerja tersebut.
Keenam:
Rencana sumber daya manusia merupakan dasar dari penyusunan program kerja bagi
satuan kerja yang menangani sumber daya manusia dalam organisasi.tanpa
perencanaan sumber daya manusia, sukar menyusun program kerja yang relistik.
BERBAGAI TANTANGAN DI BIDANG
SUMBER DAYA MANUSIA
Setiap organisasi pasti menghadapi berbagai
tantangan yang menyangkut banyak segi kiehidupan organisasioanal, termasuk
tantangan di bidang sumber daya manusia. Pada dasarnya tantangan bagi sumber
daya manusia, yang pada gilirannya tercermin pada pentingnya perencanaan, dapat
dikategorikan pada tiga jenis utama yaitu: tantangan yang bersifat eksternal
yang meskipun tidak langsung menyangkut sumber daya manusia tetapi mempunyai
dampak yang kuat; tantangan yang bersifat internal; dan situasi ketenagakerjaan
dalam organisasi yang bersangkutan sendiri.
Tantangan Eksternal
Yang dimaksud dengan tantangan eksternal adalah
berbagai hal yang pertumbuhan dan perkembangannya berada di luar kemampuan
organisasi untuk mengendalikanny, pertumbuhan dan perkembangan tersebut pasti
berpengaruh, baik secara positif maupun negatif terhadap organisasi. Berbagai
tantangan tersebut diidentifikasikan dan dibahas secara singkat berikut ini.
Bidang
Ekonomi tidak dapat disangkal bahwa situasi
perekonomian secara makro tidak bisa tidak harus diperhitungkan meskipun suatu
organisasi mungkin tidak dapat berbuat banyak dalam hal mengambil
langkah-langkah tertentu untuk mempengaruhi situasi nyata yang dihadapinya.
Fluktuasi
yang terjadi seperti inflansi, stagflasi, resesi, depresi, tingkat
pengangguran, tingkat suku bunga dan lain sebagainya merupakan aspek-aspek
perekonomian yang harus selalu diperhitungkan. Berarti bahwa resonansi suatu
gejala ekonomi disuatu negara atau wilayah terasa dengan segera di negara atau
wilayah lain, apalagi kalau negara-negara kuat atau yang industrinya sudah
sangat maju turut terlibat.
Bidang
Sosial. Merupakan kenyataan bahwa selalu terjadi
pergeseran nilai-nilai sosial yang dianut oleh suatu masyarakat. Ada kalanya
pergeseran itu mempunyai dampak langsung terhadap manajemen sumber daya manusia
dan ada pula saatnya dampak tersebut tidak bersifat langsung. Yang jelas ialah
bahwa perubahan-perubahan tersebut berakibat pada manajemen sumber daya manusia,
termasuk perencanaannya, baik secara makro, yaitu pada tingkat nasional. Maupun
tingakat mikro, yaitu pada tingkat organisasional.
Bidang
Politik. Resonansi perubahan yang terjadi di bidang
politik terasa pula pada semua bidang segi kehidupan, pada tingkat individual,
tingkat organisasional, tingkat masyarakat dan bahkan juga pada tingkat negara.
Akibat perubahan yang terjadi pada bidang politik terjadi pula perubahan
dibidang militer, ekonomi, sosial budaya
dan pendidikan., tentunya implikasinya terhadap ketenagakerjaan akan menjadi
sangat luas, suatu hal yang perlu diperhitungkan secara matang.
Bidang
Perundang-undangan. Telah umum diketahui bahwa eksistensi dan
kelangsungan hidup suatu organisasi ditentukan pula oleh ketaatannya kepada
berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, di bidang
ketenagakerjaan berbagai ketentuan hukum diberlakukan seperti ketentuan upah
minimum, hubungan industrial, keharusan memperkerjakan orang yang cacat tubuh
tanpa diskriminasi, keharusan orang memperkerjakan kaum wanita dan lain
sebagainya. Semua itu harus diperhatikan, diperhitungkan, ditaati yang
kesemuanya harus tercermin dalam perencanaan sumber daya manusia.
Bidang
Teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan
teknologi secara tepat akan meningkatkan efisiensi atau produktifitas kerja
suatu organisasi.godaan besar yang akan dihadapi oleh para manajer berkisar
pada berubahnya orientasai manajeral dari manusia sentris menjadi “teknologi
sentris”. Godaan ini akan semakin besar apabila efisiensi dan produktifitas
digunakan sebagai kriteria utama dalam mengukur keberhasilan manajeral. Godaan
demikian akan mudah timbul karena mesin-mesin canggih yang dihasilkan teknologi
mutakhir dapat dipandang mempunyai “keunggulan” tertentu, seperti:
a. Kemampuan
bekerja dengan cepat,
b. Kemampuan
bekerja dengan akurat,
c. Tidak
mengenal lelah,
d. Tidak
mengajukan berbagai tuntutan,
e. Tidak
terlibat dalam konflik,
f. Tidak
melancarkan pemogokan.
Terdapat tiga kecenderungan dalam bidang
teknologi yang merupakan tantangan. Pertama
dalam kegiatan-kegiatan perkantoran, orang sudah semakin santer berbicara
mengenai kantor tanpa kertas karena kegiatan-kegiatan perkantoran yang sekarang
digunakan alat-alat tulis kantor diperkirakan di masa depan akan digantikan
oleh berbagai alat non kertas seperti floppy disk, hard disk, mokrofilm,
facsimile dan lain sebagainya, kedua:
berkat kemajuan teknologi informasi yang digabung dan teknologi komunikasi
diperkirakan akan semakin banyak pekerjaan yang diselesaikan oleh para pegawai
di rumah sendiri. Ketiga: akan
semakin banyak kegiatan rutin yang repetitifdan mekanistik dilakukan oleh robot
yang dewasa ini populasinya semakin meningkat. Jika semua “ramalan” tersebut
menjadi kenyataan, berarti bahwa pekerjaan yang dapat diserahkan kepada mesin
akan bertumbuh dengan deret ukur, sedangkan pekerjaan yang akan dilakukan oleh
manusia hanya akan berkembang dengan deret hitung.
Pesaing. Di
negara atau masyarakat yang menganut paham ekonomi pasar bebas, persaingan di
kalangan dunia usaha merupakan kenyataan hidup. Idealnya persaingan yang
terjadi berlangsung secara “fair” antara lain melalui peningkatan mutu produk,
harga yang wajar, dan usaha-usaha lain sejenis sedemikian rupa sehingga para
konsumen atau pelanggan tidak merasa diperlakukan hanya sebagai “pion” dalam
permainan para pengusaha yang dengan segala cara ingin meraih keuntungan yang
sebesar-besarnya. Seorang pengusaha yang jujur akan mampu menghadapi tantangan
demikian antara lain melalui ketaatan kepada etika bisnis yang disepakati
bersama, peningkatan mutu produk kesadaran akan tanggung jawab sosial serta
kepatuhan kepada berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tantangan Internal
Bahwa
setiap organisasi ingin melestarikan keberadaannya, logis untuk mengasumsikan
bahwa organisasi akan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya menyelenggarakan
semua fungsi organisasi dengan tingkat efisiensi, efektifitas dan produktifitas
yang tinggi. Untuk mewujudkan situasi demikian setiap organisasi menghadapi
berbagai tantangan internal yang tidak kalah pentingnya dengan berbagai
tantangan yang sifatnya eksternal.
Dengan mengambil organisasi niaga sebagai
contoh, beberapa faktor yang merupakan tantangan internal, antara lain, ialah:
a. Rencana
strategik,
b. Anggaran,
c. Estimasi
produk dan penjualan,
d. Usaha
atau kegiatan baru,
e. Rancang
bangun organisasi dan tugas pekerjaan.
Masing-masing
faktor tersebut dibahas di bawah ini.
Rencana
Strategik. Suatu rencana strategik, misalnya, menentukan
arah yang hendak ditempuh di masa depan dikaitkan dengan berbagai hal seperti
tingkat pertumbuhan yang ingin dicapai, barang atau jasa baru yang ingin
dihasilkan, pangsa pasar yang hendak dikuasai. Dapat dipastikan bahwa hal-hal
tersebut turut menentukan jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan
di masa yang akan datang. Agar sasaran-sasaran jangka panjang tercapai,
pelaksanaannya menurut adanya perencanaan jangka panjang di bidang sumber daya
manusia yang disusun oleh tenaga-tenaga spesialis yang tidak hanya mahir dalam
teknik-teknik perencanaan, akan tetapi sekaligus mampu mengkaitkan kebutuhan
akan sumber daya manusia dengan berbagai sasaran strategik yang ingin dicapai.
Anggaran.
Anggaran merupakan program kerja suatu organisasi untuk kurun waktu tertentu
yang dinyatakan dalam jumlah uang. Anggaran merupakan cermin dari komitmen
manajemen terhadap usaha pencapaian sasaran yang telah ditentukan. Memang dalam
hal penentuan anggaran harus ditekankan bahwa alokasi anggaran yang berkurang
tidak harus selalu diartikan sebagai berkurangnya tingkat komitmen manajemen terhadap
pencapaian berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Mudah
membayangkan bahwa bertambahnya anggaran berdampak positif terhadap pengadaan
dan pemanfaatan sumber daya manusia. Sebaliknyalah yang terjadi apabila
anggaran harus dikurangi.
Estimasi
Produk dan Penjualan. Dalam menentukan rencana
produksi dan volume penjualan, banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh
pimpinan suatu organisasi niaga. Prospek yang cerah untuk peningkatan produksi
dan volume penjualan dapat berakbat pada rencana baru di bidang sumber daya
manusia. Sebaliknya jika prospek tersebut tidak cerah, tentunya tidak akan
direncanakan menambah tenaga baru dan usaha akan diarahkan pada peningkatan
kemampuan tenaga kerja yang sudah ada.
Rancang
Bangun Organisasi dan Tugas Pekerjaan. Restukturisasi organisasi
dapat menyangkut berbagai hal, seperti perubahan tipe organisasi yang
digunakan, misalnya, dari tipe lini menjadi tipe lini dan staf atau tipe
lainnya yang dipandang cocok; perubahan dalam jumlah jenjang jabatan, baik struktural
maupun fungsional, yang dapat berarti penambahan, akan tetapi mungkin pula
berarti pengurangan.
Usaha
Baru. Jika manajemen memutuskan untuk berkecimpung
dalam bidang usaha yang sama sekali baru, pengaruhnya terhadap perencanaan
sumber daya manusia menjadi terelakan. Akibat tersebut dapat mengambil dua
bentuk, yaitu dapat berlangsung dengan bertahap, akan tetapi mungkin pula
menuntut penanganan secara cepat. Akan tetapi jika usaha baru itu terjadi
karena pergantian pemilik, misalnya melalui penggabungan (merger), mungkin
sekali harus segera dilakukan usaha mengatasi tuntutan terhadap sumber daya
manusia dalam organisasi tersebut.
Situasi Ketenagakerjaan
Internal
Berbagai faktor penyebab antar lain ialan
pensiunan, adanya pegawai yang berhenti bukan karena pemensiunan, karena
terjadi pemutusan hubungan kerja, ada pegawai yang meninggal dan ada karyawan
yang mengambil cuti panjang di luar tanggungan organisasi.
Pemensiunan. Dalam teori manajemen
sumber daya manusia pada dasarnya dikenal dua jenis pemensiunan, yaitu
pemensiunan suka rela dan pemensiunan yang diharuskan.
Pemensiunan suka rela diberlakukan karena satu
dari dua kemungkinan. Pertama,
apabila ada organisasi yang minta berhenti dari organisasi dengan hak pensiun
terlepas dari alasan yang diberikan untuk mengajukan permintaan tersebut.
Keinginan seperti itu biasanya dikabulkan apabila berbagai syarat kepegawaian
telah terpenuhi, seperti penggabungan masa kerja dengan usia seseorang. Kedua,
karena berbagai pertimbangan organisasi mendorong karyawan untuk segera
memasuki masa pensiun dengan memperoleh hak-hak pensiun tertentu pula.
Bentuk pemensiunan yang lain
ialah pemensiunan yang diharuskan. Artinya, dalam berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku umum atau berbagai ketentuan yang hanya berlaku
umum atau berbagai ketentuan yang hanya berlaku bagi para pekerja dalam suatu
organisasi tertentu saja ditetapkan batas umur masa aktif para pekerja.
Banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan menjadi penyebab belum dicapainya
kesepakatan tersebut. Berbagai faktor tersebut antara lain:
a. Kemampuan
ekonomi seseorang,
b. Mutu
gizi yang semakin meningkat,
c. Kondisi
kesehatan yang semakin membaik,
d. Harapan
hidup yang semakin panjang,
e. Sifat
tugas pekerjaan seseorang.
Implikasi kenyataan itu terhadap perencanaan
sumber daya manusia antara lain ialah bahwa perencanaan itu harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga:
1. Para
pekerja yang segera memasuki masa pensiun benar-benar siap untuk itu, terutama
dalam hal mental dan finansia;
2. Dalam
pada hal itu tidak terjadi kekosongan jabatan dalam arti siapnya tenaga-tenaga
yang lebih mudah untik mengisi lowongan yang terjadi.
Pemberhentian. Satu
hal yang tidak mungkin dicegah dan pasti terjadi dalam kehidupan organisasi
ialah adanya pekerja yang mengajukan permohonan berhenti. Tentunya dengan
berbagai alasan digunakan untuk pengajuan permohonan tersebut seperti, alasan
pribadi, pertimbangan keluarga atau karena pindah bekerja ketempat atau
organisasi lain.
Guna memenuhi tuntutan
dinamika organisasi selalu diperlukan tenaga baru yang mampu membawa “darah”
baru, perspektif baru, keahlian dan ketrampilan baru, teknik baru dan metode
baru. Kewaspadaan sangat penting guna menjamin bahwa “turn-over” tidak terjadi
karena ketidak puasan orang dalam pekerjaanny. Beberapa contoh sumber
ketidakpuasan adalah:
a. Imbalan
yang mungkin dirasakan tidak memadai,
b. Perlakuan
yang menurut persepsi yang bersangkutan tidak adil,
c. Kondisi
kerja yang dipandang tidak atau kurang memuaskan,
d. Situasi
lingkungan kerja yang tidak mendukung,
e. Terjadi
konflik yang berlarut-larut tanpa penyelesaian yang memuaskan.
Meskipun benar bahwa daalam
setiap organisasi selalu ada pekerja yang “susah diurus,” tetapi tidak jarang
bahwa persepsi para pekerja itu mendukung kebenaran pula. Dari sudut pandangan
inilah permintaan berhenti para karyawan menjadi tantangan, bukan hanya dalam
arti mencari pengganti bagi mereka yang minta berhenti, akan tetapi juga dan
terutama dalam menghilangkan sumber-sumber penyebab ketidakpuasan tersebut.
Pemutusan Hubungan Kerja. Pemutusan hubungan kerja
merupakan tidakan yang sejauh mungkin harus diusahakan jangan sampai terjadi.
Akan tetapi pengalaman menunjukan bahwa pemutusan hubungan kerja sering tidak
terlaksakan, bahkan sering terjadi. Di antara sekian banyak alasannya, beberapa
yang menonjol, adalah:
1. Dalam
hal terjadinya kemunduran dalam kehidupan organisasi. Misalnya perusahaan yang
menderita kerugian terus-menerus, sehingga organisasi tidak mampu lagi memenuhi
semua kewajibannya, bukan hanya kepada para pekerja, pihak lain juga seperti
para pemilik modal, pembayaran bahan dari pemasok, kewajiban kepada pemerintah
seperti membayar pajak dan lain sebagainya.
2. Terjadinya
penciutan organisasi yang tentunta berakibat pada terlalu banyak tenaga kerja
dalam organisasi yang mengadakan restrukturisasi.
3. Pengenaan
sanksi berat terhadap para pekerja yang berbuat tindakan atau berperilaku
negatifnya sehingga kelanjutan keberadaannya dalam organisasi tidak dapat
dipertanggungjawabkan lagi.
Cuti Panjang. Dikenal dua bentuk cuti
panjang. Bentuk pertama ialah dikenal dengan “sabbatical”, yaitu suatu bentuk
cuti panjangyang biasanya diberikan oleh organisasi kepada para pegawainya yang
telah bekerja terus-menerus untuk satu kurun waktu yang panjang dengan prestasi
yang memuaskan. Selama yang bersangkutan mengambil cuti panjang itu, gajinya
tetap dibayarkan secara penuh dan waktu cuti itu diperhitungkan pula untuk masa
kerja yang bersangkutan.
Bentuk kedua dari cuti
panjang adalah cuti diluar tanggungan organisasi yang memperkerjakannya. Dalam
hal ini demikian biasanya tiga hal terjadi, yaitu:
a. Semua
penghasilan yang bersangkutan dihentikan,
b. Masa
cuti panjang tidak diperhitungkan dalam masa kerja,
c. Tidak
ada jaminan bahwa akan ada jabatan bagi yang bersangkutan apabila kembali dari
cuti panjangnya itu.
Situasi demikian menjadi
tantangan bagi perencanaan sumber daya manusia karena di satu pihak harus
terjamin bahwa penyelenggaraan tugas pegawai yang cuti itu tidak terganggu
dalam arti ada pegawai lain yang segera dapat mengisinya, sedangkan di pihak
lain rekutmen tenaga baru belum tentu perlu dilakukan karena ketidak hadiran
mereka yang cuti itu tidak bersifat permanen.
TEKNIK -
TEKNIK PENGALAMAN SEBAGAI INSTRUMEN
PERECANAAN
Per definisi perencanaan
mengandung arti sifat peramalan. Dikatakan demikian karena secermat-cermatnya
perencanaan dilakukan, ia tetap tidak bebas dari ketidakpastian sebab
faktor-faktor yang berpengaruh pada dan turut menetunkan wujud masa depan yang
diinginkan itu sulit diidentifikasikan secara pasti. Minimalisasi
ketadaktepatan itu dapat diusahakan dengan menggunakan enam teknik peramalan
sebagai instrumen perencanaan. Keenam teknik itu ialah:
a. Ekstrapolasi,
b. Indeksasi,
c. Analisis
statistikal,
d. Analisis
anggaran,
e. Analisis
kegiatan baru, dan
f. Penciptaan
modal dengan bantuan komputer.
Ekstrapolasi
Ekstrapolasi merupakan suatu
teknik peramalan dengan memproyeksikan kecenderungan-kecenderungan masa lalu ke
masa depan. Artinya tingkat dan jenis perubahan yang terjadi dimasa lalu
digunakan sebagai bahan untuk meramalkan perubahan-perubahan yang diperkirakan
akan terjadi di masa yang akan datang. Hanya saja perlu ditekankan bahwa agar
ekstrapolasi memiliki validitas yang tinggi, princip citerus paribus harus
berlaku. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu kelemahan penggunaan
ekstrapolasi justru terletak pada kenyataan bahwa kondisi citerus paribus itu
jarang ditemukan dalam dunia kenyataan.
Indeksasi
Indeksasi sebagai instrumen
peramalan adalah suatu metode memperkirakan kebutuhan ketenagakerjaan di masa
depan dengan menyesuaikan dengan suatu indeks tertentu. Perlu disadari bahwa
ekstrapolisasi dan indeksasi hanya bermanfaat sebagai instrumen peramalan
jangka pendek. Dikatakan demikian karena kedua teknik tersebut berangkat dari
asumsi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan atas tenaga kerja,
bersifat eksternal maupun internal, berada pada kondisi konstan, padahal telah
umum dimaklumi bahwa kondisi demikian jarang ditemukan dalam kenyataan. Karena
itu perlu penggunaan instrumen peramalan lain.
Analisis
Statistikal
Salah satu instrumen peramalan
dimaksud adalah analisis statistikal. Terutama untuk kepentingan perencanaan
jangka panjang, analisis statistikal sangat bermanfaat karena analisis demikian
digunakan dengan memperhitungkan perubahan yang mungkin terjadi sebagai
penyebab bergesernya tuntutan terhadap kebutuhan akan sumber daya manusia.
Analisis
Anggaran
Rencana anggaran belanja
tersebut terdiri dari berbagai “mata anggaran”, baik dilihat dari segi
penerimaan atau pengeluaran., salah satu mata anggaran yang ada ialah belanja
pegawai yang mencakup berbagai komponen pembayaran seperti tunjangan keluarga,
tunjangan hari tua, tunjangan hari raya, tunjangan jabatan, tunjangan
trasportasi, tunjangan kemahalan dan lain sebagainya, semuanya diperuntukan
bagi para pekerja yang sudah bekerja bagi organisasi.
Apabila rencana alokasi
anggaran tersebut telah didasarkan pada berbagai teknik peramalan seperti
ekstrapolasi, indeksasi, dan lain-lainnya, diharapkan jumlah dan kualifikasi
tenaga yang diperlukan sudah mendekati kebenaran.
Usaha
Baru
Usaha baru membuat
perencanaan sumber daya manusia semakin rumit, para perencanaan dapat
menggunakan instrumen yang dikenal
dengan istilah analisis data. Penggunaan instrumen ini biasanya berarti bahwa
perencana memperhitungkan kebutuhan akan sumber daya manusia dengan
memperhitungkan perkiraan organisasi yang bersangkutan sendiri dengan situasi
yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan lain yang sudah berpengalaman dalam
menyelenggarakan kegiatan sejenis.
Penciptaan
Model dengan Bantuan Komputer
Salah satu pendekatan yang
dianggap paling cangih dalam perencanaan sumber daya manusia adalah penciptaan
berbagai model peramalan dengan bantuan komputer. Model-model yang diciptakan
biasanya berupa serangkaian rumus-rumus matematikal yang secara simultan
menggunakan berbagai teknik peramalan untuk menghitung kebutuhan
ketenagakerjaan di masa depan. Salah satu keuntungan yang dapat dipetik dari
pemanfaatan teknologi komputer dalam perencanaan sumber daya manusia ialah
bahwa jika terjadi perubahan dalam penawaran atau permintaan ketenagakerjaan,
perubahan tersebut dengan segera di masukan ke dalam komputer untuk
menyempurnakan rumusan peramalan sehingga aktualitasnya lebih terjamin.
SUPLAI
SUMBER DAYA MANUSIA
Guna dapat
mengidentifikasikan suplai sumber daya manusia itu secara tepat, dan pengisian
lowongan yang tersedia berlangsung dengan baik, terdapat sejumlah langkah yang
perlu diambil, seperti audit sumber daya manusia, pembuata bagan pergantian
tenaga kerja, identifikasi kebutuhan yang hanya dapat terpenuhi melalui jalur
eksternal yang pada gilirannya menurut analisis pasaran kerja.
Perkiraan
Suplai Internal
Dalam melakukan perkiraan
tentang suplai sumber daya manusia secara internal, menyelenggarakan audit
sumber daya manusia dipandang sebagai suatu keharusan. Jika kelompok pekerja
yang menjadi sasaran, audit dikenal dengan istilah “invemtarisasi ketrampilan.”
Jenis lain ialah audit yang diperuntukan bagi mereka yang jabatan manajeral
yang juga dikenal dengan istilah dengan istilah “inventarisasi manajeral.” Kedua-keduanya
diperlukan karena lowongan yang mungkin terjadi pun dapat saja menyangkut kedua
kelompok tersebut.
Khusus mengenai audit
manajeral, tambahan informasi yang biasanya digali meliputi antara lain:
a. Jumlah
bawahanya,
b. Jumlah
anggaran yang dikelola,
c. Tugas-tugas
para bawahannya,
d. Tipe-tipe
para bawahan,
e. Pendidikan
dan pelatihan yang pernah diikuti,
f. Jabatan-jabatan
manajeral yang pernah dipangku.
Informasi yang dikumpulkan
melalui dua jenis inventarisasi yang telah disinggung di muka memungkinkan para
perencana sumber daya manusia menciptakan bagan pergantian tenaga kerja.
Artinya, suatu bagan
pergantian pegawai menggambarkan dua hal, yaitu:
a. Berbagai
tugas pekerjaan, baik yang bersifat teknis oprasional maupun manajerial dalam
organisasi,
b. Status
para calon yang layak dipertimbangkan dalam hal terjadinya lowongan.
Status para calon yang layak dipertimbangkan
juga menyangkut dua hal, yaitu prestasinya sekarang dan potensinya untuk
dipromosikan.
Sumber-sumber informasi
tentang prestasi kerja seseorang antara lain menyangkut:
a. Atasan
langsung bertanggung jawab mengisi formulir “daftar penilaian pelaksanaan
pekerjaan” yang bersangkutan;
b. Pendapat
para manajer lain, terutama merekia yang memimpin satuan kerja yang erat
kaitannya dengan satuan kerja di mana pekerja yang prestasinya sangat dinilai;
c. Rekan
setingkat dengan siapa pekerja yang bersangkutan berinteraksi;
d. Para
bawahan yang sehari-hari dipimpin oleh yang bersangkutan.
Adanya audit sumber daya
manusia yang handal dan terciptanya bagan pergantian tenaga kerja yang mutakhir
memberikan paling sedikit tiga manfaat bagi organisasi dalam usaha memanfaatkan
suplai sumber daya manusia secara internal, yaitu:
1. Dimungkinkannya
para pengambil keputusan tingkat puncak menjatuhkan pilihannya secara tepat
dengan tidak makan waktu, tenaga dan pikiran terlalu banyak;
2. Timbulnya
kegairahan para pekerja untuk terus meningkatkan keahlian, ketrampilan dan
kemampuannya karena mengetahui bahwa dengan kebijaksanaan promosi dari dalam,
pimpinan organisasi akan memberikan kesempatan pertama kepada para anggotanya
untuk mengisi lowongan yang terjadi;
3. Mereka
yang tidak dipertimbangkan untu dipromosikan pun tetap memiliki semangat kerja
yang tinggi karena mereka mengetahui bahwa pertimbangan pimpinan didasarkan
pada kriteria yang obyektif dan rasional.
BAB III
ANALISIS DAN RANCANG
BANGUN PEKERJAAN
Dewasa
ini semakin dipahami bahwa memiliki informasi dan memahami pentingnya informasi
tentang sumbe daya manusia yang terdapat dalam suatu organisasi merupakan salah
satu tantangan yang harus dihadapi dalam kehidupan organisasional. Tantangan
demikian menjadi lenih jelas lagi terlihat apabila diingat bahwa hanya
berdasarkan informasi yang mutakhir, lengkap dan dapat dipercayalah analisis
dan rancang bangun pekerjaan dapat dilakukan secara tepat.
PENTINGNYA
INFORMASI ANALISIS PEKERJAAN
Analisis
pekerjaan adalah usaha yang sistematik dalam mengumpulkan, menilai dan
mengorganisasikan semua jenis pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi.
Kegiatan analisis pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu
organisasi. Dikatakan demikian karena berbagai tindakan dalam pengelolaan
sumber daya manusia tergantung pada informasi tentang analisis pekerjaan yang
telah dilakukan. Teori manajemen sumber daya manusia member petunjuk bahwa ada
paling sedikit sepuluh kegiatan pengelolaan sumber daya manusia yang
penyelenggaraannya dengan baik didasarkan pada informasi yang berhasil
dikumpulkan dan diolah.
Pertama:
Informasi analisis pekerjaan memberikan gambaran tentang tantangan yang
bersumber dari lingkungan yang mempengaruhi pekerjaan para pekerja dalam
organisasi. Misalnya, jika timbul tekanan kuat bagi penggunaan teknologi
canggih dalam pencapaian tujuan, seperti komputerisasi, otomasi atau robotisasi,
para analis pekerjaan dapat segera mengkaitkan tantangan tersebut dengan
berbagai pekerjaan dalam organisasi yang segera terpengaruh oleh tuntutan itu.
Kedua:
Menghilangkan persyaratan pekerjaan yang sebenarnya tidak diperlukan karena
didasarkan pada pemikiran yang diskriminatif. Tidak dapat disangkal bahwa sadar
atau tidak, disengaja atau tidak dan dinyatakan secara eksplisit atau tidak,
terdapat organisasi yang menentukan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi
pada hal sesungguhnya tidak diperlukan. Artinya secara artificial ditentukan
berbagai persyaratan tertentu karena adanya hasrat “menyingkirkan”
kelompok-kelompok tertentu.
Ketiga: Analisis
pekerjaan harus juga mampu menemukan unsure-unsur pekerjaan yang mendorong atau
menghambat mutu kekaryaan para anggota organisasi. Memperoleh pekerjaan yang
layak sekaligus berarti hak memperoleh imbalan yang wajar dan perlakuan yang
manusiawi di tempat pekerjan. Perwujudan paling nyata dari perlakuan yang
manusiawi adalah apabila harkat dan martabat manusia pekerja itu dihormati dan
dijunjung tinggi.
Keempat:
Merencanakan ketenagakerjaan untuk masa depan. Dapat dipastikan bahwa setiap
organisasi ingin bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan di sini
tidak perlu diartikan hanya dalam arti kuantitatif. Bahkan sering terjadi bahwa
pertumbuhan dan perkembangan yang didambakan adalah yang sifatnya kualitatif.
Berarti melalui analisis pekerjaan harus dapat diperoleh gambaran tentang
kemampuan para pekerja yang ada sekarang, arah dan kecenderungan perubahan di
masa depan yang dikaitkan dengan dampaknya terhadap ketenagakerjaan di masa
yang akan datang.
Kelima:
Analisis pekerjaan harus mampu mencocokan lamaran yang masuk dengan lowongan
yang tersedia. Kiranya bukanlah merupakan hal yang baru apabila dikemukakan
apabila bahwa berbagai lowongan dalam suatu organisasi bisa terjadi karena
berbagai sebab. Adanya pekerja yang meninggal, memasuki masa pension, berhenti
atas permintaan sendiri, diberhentikan tidak dengan hormat adalah beberapa
diantaranya.
Keenam:
Analisis pekerjaan sangat membantu dalam menentukan kebijaksanaan dan program
pelatihan. Pelatihan bagi tenaga kerj yang sudah berpengalaman biasanya
mengambil dua bentuk, yaitu:
a. Meningkatkan
kemampuan melakukan pekerjaan sekarang.
b. Sebagai
persiapan melakukan tugas baru, baik sebagai akibat promosi, alih tugas maupun
alih wilayah kerja.
Teknik
pelatihan yang bagaimana dianggap paling paling tepat sangat tergantung pada
berbagai factor, seperti populasi pelatihan, tujuan pelatihan, lamanya
pelatihan dan hasil yang diharapkan.
Ketujuh:
Menyusun rencana pengembangan potensi para pekerja. Berbagai penelitian
menunjukan bahwa potensi para pekerja belum selalu dikembangkan sepenuhnya.
Artinya, pengalaman banyak orang menunjukan bahwa terdapat kesenjangan antara
kemampuan efektif para pegawai dengan potensi yang dimilikinya.
Kedelapan:
Untuk kepentingan penentuan standar prestasi kerja yang realistik. Realism
menjadi lebih tepat ditonjolkan ketimbang standar yang idealistic karena
berbagai pertimbangan, antara lain:
a. Prestasi
kerja berkaitan langsung dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai yang
harus bersifat realistik pula.
b. Keterbatasan
kemampuan organisasi memberikan imbalan dan balas jasa.
c. Kemampuan
para anggota organisasi menjalankan fungsi dan melaksanakan pekerjaannya.
d. Memperhitungkan
jenis pekerjaan yang dilakukan.
e. Kriteria
pengukuran prestasi kerja mengingat ada jenis pekerjaan tertentu yang hasilnya
mudah diukur, sukar diukur dan bahkan ada pula yang tidak mungkin diukur.
Kesembilan:
Informasi analisis pekerjaan sangat penting pula arti dan peranannya dalam
penempatan para pegawai agar benar-benar sesuai dengan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang dimilikinya.
Kesepuluh:
Informasi tentang analisis pekerjaan juga sangat penting artinya dalam
merumuskan dan menentukan system serta tingkat imbalan yang adil dan tepat.
Prinsip keadilan dan ketepatan merupakan hal yang teramat penting dalam
menerapkan suatu system imbalan. Dalam hubungan ini kiranya wajar untuk
mendapat perhatian manajemen bahwa dalam menggunakan persepsinya tentang
keadilan dalam system imbal, para pekerja pada umumnya meggunakan tiga “alat’
pembanding, yaitu:
1. Diri
sendiri berdasarkan harapan-harapannya,
2. Diri
sendiri dengan orang lain dalam organisasi,
3. Diri
sendiri dengan orang lain di luar organisasi.
Mengenai
“alat” pembandig yang pertama, kiranya tidak akan jauh dari kebenaran apabila
dikatakan bahwa setiap orang yang berkarya dalam suatu organisasi membawa
besertanya berbagai harapan yang meskipun didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan pribadi seperti tingkat pendidikan, pelatihan yang
pernah diikuti, usia, pengalaman, jumlah tanggungan dan sifat pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya, wajar untuk dipertimbangkan.
Mengenai
“alat” pembanding yang kedua, yaitu diri sendiri dibandingkan dngan orang lain
dalam organisasi, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain ialah:
a. Tingkat
pendidikan formal yang telah ditempuh,
b. Jenis
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki,
c. Pengalaman,
d. Jenis
pekerjaan yang dilakukan,
e. Beban
tugas yang dipikul, dan
f. Besar
kecilnya tanggung jawab.
Mengenai
“alat” pembanding yang ketiga dapat dikatakan bahwa seseorang akan
membandingkan imbalan yang diperolehnya dengan imbalan yang diterima oleh
pegawai yang diterima oleh pegawai yang melakukan tugas sejenis di organisasi
lain di kawasan yang sama. Faktor-faktor pembanding yang digunakan biasanya
sama dengan faktor-faktor yang telah dikemukakan dalam pembahasan “alat”
pembanding” yang kedua.
Jelaslah
bahwa informasi tentang anlisis semua pekerjaan dalam suatu organisasi mutlak
perlu dimiliki dan digunakan secara tepat dalam pengelolaan manajemen sumber
daya manusia.
TEKNIK
PENGUMPULAN INFORMASI TENTANG ANALISIS PEKERJA
Identifikasi Pekerjaan
Langkah
pertama dalam analisis pekerjaan adalah mengidentifikasikan berbagai ragam
pekerjaan yang hendak dianalisis. Jika yang hendak dianalisis adalah semua
pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi berskala besar. Oleh karena itu
penting untuk mengetahui sumber informasi tentang berbagai pekerjaan itu
seperti daftar gaji dan bagan organisasi, yang mungkin perlu dilengkapi dengan
diskusi dengan para pekerja dan para penyelia dalam organisasi yang
bersangkutan.
Penyusunan
Kuesioner
Biasanya
suatu kuesioner yang disusun untuk kepentingan pengumpulan informasi tentang
pekerjaan, mengandung paling sedikit lima hal, yaitu:
1.
Status Informasi yang
dimiliki sekarang dikaitkan dengan pekerjaan yang diidentifikasikan.
2.
Tugas dan Tanggung
Jawab. Salah satu maksud penyusunan kuesioner tentang pekerjaan adalah agar
diperoleh informasi yang setepat mungkin tentang tugas yang harus ditunaikan
dan tanggung jawab yang harus dipikul baik oleh mereka yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pekerjaan yang sifatnya teknikal dan operasional maupun oleh
mereka yang mendapat kepercayaan menduduki berbagai jabatan manajerial.
3.
Karakteristik Insani.
Data tentang orang-orang yang berkarya dalam organisasi yang bersangkutan.
4.
Kondisi Kerja. Kondisi
kerja itu sering menuntut persyaratan tertentu, baik dalam arti pengetahuan,
keterampilan, pelatihan dan bahkan juga mungkin menyangkut rancang bangun
pekerjaan.
5.
Standar Prestasi Kerja.
Sepanjang sufat oekerjaan yang dilakukan memungkinkan, standar prestasi kerja
pula diketahui. Dengan demikian penilaian dapat dilakukan secara obyektif.
Pengumpulan
Informasi
Para
analis dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan informasi yang telah
terbukti tepat digunakan seperti wawancara, pandangan para pejabat senior,
kuesioner, buku catatan pegawai dan absensi atau gabungan beberapa teknik
tersebut.
a. Wawancara.
Merupakan salah satu diantara sekian banyak teknik pengumpulan informasi yang
paling sering digunakan. Salah satu alasannya ialah bahwa informasi yang dapat
digali melalui teknik ini dipandang cukup akurat.
b. Pandangan Pejabat
Senior. Dalam organisasi yang sudah mapan,
salah satu teknik pengumpulan informasi yang lumrah digunakan adalah dengan
memperoleh pandangan dari dua kelompok orang dalam organisasi.
c. Kuesioner Melalui Pos.
Pengumpulan informasi dengan mengirimkan kuesioner melalui pos. keuntungan
penggunaan teknik antara lain ialah:
1)
Biaya yang relatif
murah,
2)
Jumlah responden dapat
besar,
3)
Proses pengumpulan
informasi dapat berlangsung cepat.
Sebaliknya terdapat
berbagai kelemahan dalam penggunaan teknik ini, seperti:
1)
Jawaban yang tidak
lengkap,
2)
Jawaban yang tidak
akurat,
3)
Jumlah responden yang
mengembalikan kuesioner yang tidak memungkinkan analisis yang sahih.
Guna
menjamin manfaat yang semaksimal mungkin dari penggunaan teknik ini, berbagai
kelemahan diatas perlu ditanggulangi.
d. Catatan
Harian Pegawai. Teknik ini memang dapat memberikan informasi yang akurat
apabila:
1)
Para pegawai diharuskan
membuat catatan harian tentang apa yang mereka kerjakan,
2)
Catatan harian tersebut
mencakup kurun waktu yang relative panjang.
Yang
sering dipandang sebagai kelemahan teknik ini ialah bahwa dikalangan para pegawai
mungkin terdapat keengganan untuk mengisi buku catatan harian masing-masing
karena tugas tersebut sering dipandang sebagai beban tambahan yang tidak
berkaitan langsung dengan produktivitas kerja seseorang.
e. Observasi.
Pengamatan langsung oleh para analis atas pelaksanaan pekerjaan oleh para
karyawan yang tugas pekerjaannya sedang dianalisis, perlu disadari bahwa teknik
ini mengandung kelemahan, antara lain:
1)
Diperlukan biaya yang
tidak sedikit,
2)
Proses pelaksanaanna
memakan waktu,
3)
Kemungkinan informasi yang
dikumpulkan tidak terlalu akurat karena para karyawan berusaha bekerja lebih
keras, lebih baek dan lebih produktif sebab mereka menyadari bahwa cara kerja
mereka sedang diamati oleh orang lain.
f. Penggabungan
Berbagai Teknik. Mengingat pentingnya
informasi tentang berbagai jenis pekerjaan yang diselenggarakan dalam suatu
organisasi yang telah melalui proses analisis, sangat diperlukan dalam rangka
manajemen sumber daya manusia, para analis biasanya menggunakan gabungan dari
beberapa teknik pengumpulan informasi. Penggunaan gabungan beberapa teknik itu
dimaksudkan untuk meningkatkan mutu informasi yang terkumpul, sekaligus
mengurangi bahan pembiayaan.
APLIKASI
INFORMASI ANALISIS PEKERJAAN
Paling
sedikit berbagai teknik harus mampu memberikan sumbangan nyata dalam menentukan
empat hal, yaitu:
a. Penyusunan
uraian pekerjaan,
b. Merumuskan
spesifikasi pekerjaan,
c. Menetapkan
standar prestasi kerja, dan
d. Menciptakan
sistem informasi sumber daya manusia.
Sistem Informasi Sumber
Daya Manusia.
Jelaslah
bahwa informasi analisis pekerjaan sangat bermanfaat dan dapat diaplikasikan
untuk berbagai keperluan dan kepentingan dalam rangka manajemen sumber daya
manusia secara lebih efektif.
RANCANGAN
BANGUN PEKERJAAN
Dalam
melakukan rancang bangun pekerjaan ada tiga hal yang peting mendapat perhatian.
Pertama, rancang bangun pekerjaan
harus mencerminkan usaha pemenuhan tuntutan lingkungan, organisasional dan
keperilakuan terhadap pekerjaan yang dirancang bangun itu. Kedua, mempertimbangkan ketiga jenis tuntutan tersebut berarti upaya
diarahkan pada pelakunya, meskipun dapat dipastikan bahwa tingkat produktifitas
dan kepuasan itu tidak akan sama bagi setiap orang. Ketiga, tingkat produktivitas dan kepuasan para pelaksana harus
mampu berperan sebagai umpan balik. Artinya, secara umum dapat dikatakan bahwa
rancang bangun pekerjaan yang baik dan tepat akan berakibat pada tingkat
produktivitas dan kepuasan yang tinggi. Sebaliknya, rancang bangun yang kurang
baik atau tidak tepat dapat menimbulkan berbagai masalah tidak hanya dalam bentuk
produktivitas yang rendah, akan tetapi juga dalam berbagai perilaku negative
yang lain, seperti adanya pekerja yang berhenti, tingkat kemangkiran yang
tinggi, keluhan, sabotase, memperlambat proses produksi atau bahkan pemogokan.
Unsur-unsur Rancang Bangun
Pekerjaan.
Unsur
Organisasional. Sesungguhnya seluruh unsur
organisasional dari rancang bangun pekerjaan berangkat dari dan bermuara pada
efisiensi kerja. Wahana utamanya adalah pendekatan yang mekanistik. Dikatakan
demikian karena peningkatan efisiensi kerjalah yang dijadikan tonggak sejarah
dalam memahami manajemen sebagai salah satu disiplin ilmu-ilmu sosial.
Unsur
Lingkungan. Suatu kenyataan yang
tidak dapat disangkal ialah bahwa apa yang mungkin dan tidak mungkin dilakukan
oleh suatu organisasi ditentukan pula oleh kondisi lingkungan dengan mana
setiap organisasi pasti berinteraksi.
Unsur
Keperilakuan. Berarti bahwa rancang
bangun pekerjaan bukanlah suatu hal yang dapat dilakukan hanya dengan
pendekatam teknikal semata-mata. Unsur keperilakuan mutlak perlu
diperhitungkan. Mempertimbangkan unsur keperilakuan berarti memperhitungkan
paling sedikit lima hal.
1.
Otonomi dalam
pelaksanaan pekerjaan.
2.
Variasi tugas.
3.
Identitas tugas.
4.
Pentingnya pekerjaan
seseorang.
5.
Umpan balik.
TEKNIK
RANCANG BANGUN KEMBALI PEKERJAAN
Rancang
bangun kembali berbagai pekerjaan dimaksudkan agar para pekrja pelaksananya
tidak mengalami kebosanan yang apabila berlangsung lama , dapat berakibat
negatif terhadap kehidupan kekaryaan seseorang seperti apatisme,
ketidakpedulian, motivasi yang rendah, keluhan, kesalahan dalam pelaksanaan
pekerjan dan bahkan juga timbulnya keinginan berhenti sebagai pekerja di
organisasi yang bersangkutan. Untuk mengatasi situasi demikian, tiga teknik
dapat digunakan, pertama: dengan rotasi tugas, kedua: perluasan tugas, ketiga:
memperkaya pekerjaan.
Rancang
bangun pekerjaan merupakan salah satu komponen penting dalam manajemen sumber
daya manusia dan oleh karenanya harus dilakukan dengan bermodalkan pengetahuan
spesialistik yang tinggi di kalangan para pejabat dan petugas di bidang
pengelolaan sumber daya manusia dalam setiap organisasi.
BAB IV
REKRUTMEN TENAGA KERJA
Berbagai
langkah yang diambil dalam proses rekrutmen
pada dasarnya merupakan salah satu tugas pokok para tenaga spesialis
yang berkarya dalam satuan organisasi yang mengelola sumber daya manusia.
BERBAGAI KENDALA
DALAM REKRUTMEN
Kendala
yang dihadapi ada tiga bentuk, yaitu kendala yang bersumber dari organisasi
yang bersangkutan sendiri, kebiasaan para pencari tenaga kerja sendiri dan
faktor-faktor eksternal yang bersumber dari lingkungan dimana organisasi
bergerak.
Faktor-faktor
Organisasi.
Beberapa
kebijaksanaan yang mungkin menjadi kendala dalam proses rekrutmen:
a. Kebijaksanaan
promosi dari dalam.
b. Kebijaksanaan
tentang imbalan.
c. Kebijaksanaan
tentang status kepegawaian.
d. Rencana
sumber daya manusia.
Kebiasaan Pencari
Tenaga Kerja
Pada
satuan kerja yang mengelola sumber daya manusia biasanya terdapat sekelompok
pegawai yang tugas utamanya adalah melakukan rekrutmen yang mampu bertindak dan
berpikir rasional. Akan tetapi karena berbagai faktor, seperti latar elakang
pendidikan dan pengalaman, para pencari tenaga kerja tersebut mungkin saja
sudah mempunyai kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Kondisi Eksternal
(Lingkungan)
Beberapa contoh dari faktor-faktor yang perlu
diperhitungkan dalam proses rekrutmen adalah sebagai berikut:
1.
Tingkat pengangguran
2.
Kedudukan organisasi
pencari tenaga kerja baru vis a vis organisasi lain yang bergerak dibidang
kegiatan yang sama atau menghasilkan barang dan jasa sejenis.
3.
Langka tidaknya
keahlian atau keterampilan tertentu.
4.
Proyeksi angkatan kerja
pada umumnya
5.
Peraturan
perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
6.
Praktek rekrutmen oleh
organisasi-organisasi lain.
7.
Tuntutan tugas yang
kelak akan dikerjakan oleh para pekerja baru.
BERBAGAI
SUMBER REKRUTMEN
Pelamar Langsung
Pengalaman
menunjukan bahwa salah satu sumber rekrutmen yang selalu dapat dimanfaatkan
adalah datangnya para pelamar pekerjaan ke organisasi.
Lamaran Tertulis
Biasanya
para pelamar yang mengajukan lamaran tertulis melengkapi surat lamarannya
dengan berbagai bahan tertulis melengkapi surat lamarannya dengan berbagai
bahan tertulis mengenai dirinya, seperti surat keterangan berbadan sehat dari
dokter, surat berkeakuan baik dari instansi pemerintah yang berwenang, salinan
atau fotocopi ijazah dan pagam yang dimiliki dan dokumen lainnya yang
dianggapnya perlu diketahui oleh perekrut tenaga kerja baru yang akan menerima
dan meneliti surat lamaran tersebut.
Lamaran berdasarkan
Informasi Orang Lain
Biasanya
para anggota suatu organisasi mengetahui ada tidaknya lowongan di berbagai
satuan kerja dalam organisasi di mana mereka berkarya. Karena mereka adalah
“orang dalam”.
Iklan
Iklan dapat dipasang di berbagai tempat dan
menggunakan berbagai media, baik yang visual seperti dimedia cetak – surat
kabar, majalah, selebaran yang ditempelkan di berbagai tempat yang ramai
dikunjungi orang – atau yang bersifat audio seperti di radio maupun yang
bersifat audio-visual seperti televise dan lain sebagainya.
Instansi Pemerintah
Di
setiap pemerintahan Negara dapat dipastikan adanya instansi yang tugas
fungsionalnya adalah mengurus ketenagakerjaan secara nasional dengan nama
apapun instansi tersebut dikenal, seperti Departemen Tenaga Kerja, Departemen
perburuhan, Departemen Sumber Daya Manusia atau nomenklatur lain denga cakupan
tugas yang sejenis.
Perusahaan Penempatan
Tenaga Kerja
Salah
satu perkembangan baru dalamdunia ketenagakerjaan ialah tumbuh dan
beroperasinya perusahaan-perusahaan swasta yang kegiatan utamanya adalah
mencari dan menyalurkan tenaga kerja. Pada mulanya, perusahaan-perusahaan yang
bergerak di bidang ketenagakerjaan tersebut lahir sebagai pelengkap kantor
tenaga kerja milik pemerintah. Dalam perkembangan selanjutnyapun
perusahaan-perusahaan swasta tersebut bekerja sama dengan instansi pemeritah.
Perusahaan Pencari Tenaga Kerja Professional
Salah satu bentuk perusahaan swasta
yang bererak dibidang pencarian dan penempatan tenaga kerja ialah perusahaan
yang mengkhususkan diri pada pencarian tenaga kerja professional. Berbeda
dengan perusahaan penempatan tenaga kerja yang telah dibahas diatas, perusahaan
pencaharian tenaga kerja professional. Berbeda dengan perusahaan penempatan
tenaga kerja professional mengkhususkan diri pada tenaga kerja tertentu saja,
misalnya tenaga eksekutif atau tenaga professional lainnya yang memiliki
pengetahuan atau keahlian khusus.
Lembaga Pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan jelas
merupakan salah satu sumber utama rekrutmen tenaga kerja baru, baik yang
menyelenggarakan pendidikan umum maupun pendidikan kejuruan. Perlu ditekankan
bahwa yang dimaksud dengan lembaga pendidikan sebagai sumber rekturmen tenaga
kerja baru adalah yang menyelenggarakanpendidikan tingkat seekolah menengah
tingkat atas dan pendidikan tinggi. Pembatasan ini didasarkan kepada pemikiran
bahwa lembaga-lembaga pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar pada
tingkat sekolah dasar meluluskan anak-anak yang belum layak diperlakukan
sebagai pencari lapangan kerja.
Organisasi Profesi
Makin
maju suatu masyarakat makin banyak pula organisasi profesi yang dibentuk
seperti dibidang kedokteran, teknik, ahli ekonomi, ahli administrasi, ahli
hokum, ahli pekerja social, ahli statistic, ahli matematika, ahli komunikasi,
ahli pertanian, dan lain sebagainya. Tidak jarang berbagai organisasi profesi
berusaha memberikan bantuan kepada anggotanya, baik yang lama maupun yang baru,
untuk memperoleh pekerjaan barunya.
Serifikat Kerja
Dibanyak Negara serikat pekerja
tidak hanya terbentuk diorganisasi atau perusahaan dimana semua pekerja,
terlepas dari jenis pekerjaan dan jenjang pangkatnya, menjadi anggota. Tetapi
ada juga serikat pekerjaan yang keanggotaannya didasrkan pada profesi atau
bidang keterampilan, seperti misalnya serikat pekerja bangunan, serikat pekerja
instalasi listrik, serikat perawat dan lain-lain. Biasanya serikat pekerja
seperti itu memiliki daftar pencari pekerjaan yang selalu dapat dimanfaatkan
oleh organisasi pemakai tenaga kerja.
Balai Latihan Kerja Milik Pemerintah
Sebagai bagian dari usaha meningkatkan
kesejahteraan social rakyatnya, pemerintah suatu negar menempuh berbagai cara dan menetapkan berbagai kebijaksanaan di
bidang ketenagakerjaan. Salah satu bentuknya ialah menyelenggarakan pelatihan
di berbagai balai latihan kerja. Balai latihan kerja tersebut pada umumnya
mempunyai tugas pokok melatih sejumlah warga sehingga memiliki keterampilan
teknis yang benar-benar siap pakai.
Jelaslah bahwa jalur ini merupakan
salah satu jalur yang layak untuk dipertimbangkan oleh para pencari tenaga
kerja baru, terutama apabila yang dicari adalah tenaga kerja yang mahir
menyelenggarakan berbagai kegiatan teknis operasional.
FORMULIR LAMARAN
Setiap perusahaan atau organisasi
memiliki formulir lamaran yang biasanya dirancang sendiri sehingga sesuai
dengan kebutuhan organisasi/perusahaan tersebut. Formulir lamaran itu dirancang
sedemikian rupa sehingga:
a. Berbagai
informasi tentang pelamar terdapat di dalamnya,
b. Format
informasi yang diperoleh seragam yang pada gilirannya mudahkan pemrosesan
selanjutnya.
Pada umumya
suatu formulir lamaran menggali informasi tentang delapan hal, yaitu:
a.
Data pribadi,
b. Status
pelamar,
c. Keahlian
dan keterampilan,
d. Riwayat
pengalaman,
e. Latar
belakang kemiliteran,
f. Piagam
penghargaan,
g. Kegemaran
atau hobi,
h.
Referensi,
Data Pribadi
Permintaan kepada pelamar untuk
memberikan data selengkap mungkin mengenai dirinya dapat dikatakan merupakan
hal yang rumlah dilakukan. Data pribadi itu biasanya mencangkup berbagai hal
seperti nama lengkap, alamat tempat tinggal, tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, status pekawinan, jumlah
tanggungan, suku, daerah asal, kondisi fisik, penyakit yang pernah diderita,
siapa yang dapat dihubungi dala,m hal keadaan darurat.
Perlu ditekankan bahwa permintaan tentang dat
pribadi itu di maksutkan untuk mempermudah pengenalan diri pelamar dan ada
kaitannya dengan pekerjaan yang akan dipertanggung jawabkan kepadanya apabila
lamaran diterima.
Status Lamaran
Status pelamar ialah apakah yang
bersangkutan sekarang bekerka atau tidak. Dengan kata lain, formulir lamaran
juga menayakan berbagai hal seperti tujuan pelamar, waktu kapan pelamar dapat
mulai bekerja apabila lamarannya diterima, jenis pekerjaan atau jabatan yang
dilamar, kesediaan ditempatkan pada posisi yang berbeda dari yang dilamar,
jumlah imbalan yang diharapkan, jadwal jam kerja yang aksebtabel bagi yang
bersangkutan serta kesedihan untuk ditempatkan dilokasi lain yang tidak sama
dengan domisilinya sekarang.
Keahlian dan Keterampilan
Secara umum dapat dikatakan bahwa
tingkat pendidikan seseorang dan pelatihan yang pernah diikutinya mencerminkan
kemampuan intelektual dan jenis keterampilan yang dimiliki oleh orang yang
bersangkutan. Memang secara tradisional, jenis dan tingkat pendidikan
seseoranglah yang digunakan oleh para pencari tenaga kerja baru untuk menilai
kemampuan para pelamar.
Riwayat pengalaman.
Hampir
semua formulir lamaran mengandung pertanyaan yang menyangkut pengalaman pelamar
yang bersangkutan, memberikan keterangan mengenai semua pekerjaan yang pernah
dilakukannya dimulai dengan pekerjaan terakhir dan dengan penelusuran yang
rinci diberikan informasi hingga ke pekerjaannya yang pertama.
Latar Belakang kemiliteran.
Banyak organisasi yang memasukan
pertanyaan tentang latar belakang kemiliteran para pelamar, terutama apabila
lowongan yang tersedia menuntut sifat-sifat tertentu seperti loyalitas,
disiplin pribadi yang tinggi, ketegasan dan sifat-sifat lain yang sejenis yang
biasanya ditanamkan dalam latihan kemiliteran.
Penghargaan dan Tanda jasa
Tidak jarang organisasi menggali
pula informasi tentang piagam penghargaan dan tanda jasa yang pernah diterima
oleh pelamar. Organisasi yang akan memperkerjakannya memiliki lebih banyak
bahan berharga untuk mengambil keputusan memperkerjakan dan menempatkannya pada
kedudukan atau jabatan tertentu.
Kegemaran atau Hobi
Informasi lain dapat menyangkut
kegiatan seseorang dalam berbagai organisasi social, seperti paguyuban dan
sejenisnya, dimana pelamar menjadi anggota karena keanggotaan dalam berbagai
organisasi social seperti itu dapat merupakan indicator dari tinggi rendahnya
kepekaan social pelamar yang bersangkutan
Referensi
Bagian terakhir suatu formulir
lamaran adalah referensi. Pada bagian ini pelamar diminta memberikan nam,
alamat, pekerjaan dan jabatan orag-orang tertentu yang mengenal pelamar dengan
baik.
BAB V
SELEKSI PEGAWAI
Proses seleksi pegawai merupakan
salah satu bagian yang teramat penting dalam keseluruhan proses manajemen
sumber daya manusia. Dikatakan demikian karena apakah dalam organisasi terdapat
sekelompok pegawai yang memenuhi tuntutan organisasional atau tidak sangat
tergantung pada cermat tidaknya proses seleksi itu dilakukan
FAKTOR-FAKTOR YANG
HARUS DIPERHITUNGKAN
Telah umum dimaklumi bahwa proses
seleksi bukanlah kegiatan yang yang berdiri sendiri. Artinya dalam melakukan
kegiatan seleksi berbagai masukan perlu pula diperhitungkan dan
dipertimbangkan. Misalnya, proses seleksi tidak mungkin dilakukan tanpa
mempertimbangkan informasi tentang analisis pekerjaan karena dalam analisis
pekerjaan karena dalam analisis pekerjaan itu tergambar uraian pekerjaan yang
akan dilakukan, berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pegawai yang
melakukan pekerjaan tersebut dan standart prestasi kerja yang harus dicapai.
Hasil rekrutmen juga merupakan
factor yang tidak bisa tidak harus diperhitungkan. Artinya, jenis dan sifat
berbagai langkah yang harus diambil dalam proses seleksi tergantung pada hasil
rekrutmen.
Di samping itu, dalam menentukan
jenis dan langkah-langkah dalam proses seleksi, empat macam tantangan perlu
diperhatikan dan dihadapi oleh para petugas seleksi, yaitu:
a. Penawaran
tenaga kerja,
b. Tantangan
etis,
c. Tantangan
organisasional, dan
d. Kesamaan
kesempatan memperoleh pekerjaan
Penawaran Tenaga Kerja
Secara
umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak jumlah pelamar untuk diseleksi,
semakin baik bagi organisasi karena dengan demikian semakin besar jaminan bahwa
pelamar yang terseleksi dan diterima menjadi pegawai benar-benar merupakan tenaga
kerja yang paling memenuhi berbagai persyaratan yang telah ditentukan bagi
pekerjaan yang akan dilakukan. Akan tetapi bukanlah merupakan hal yang mustahil
bahwa jumlah pelamar kurang dari yang diharapkan. Ada dua kemungkinan mengapa
bisa terjadi demikian. Pertama, karena imbalan yang rendah karena sifat
pekerjaan yang tergolong pada pekerjaan yang tergolong pada pekerjaan yang
berada pada anak tangga terendah dalam hierarki organisasi. Kedua, karena sifat
pekerjaannya yang menuntut spesialisasi tinggi sehingga tidak banyak pencari
kerja yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan meskipun imbalannya cukup
tinggi pula.
Faktor Etika
Memegang teguh norma-norma etika
menuntut antara lain disiplin pribadi yang tinggi, kejujuran yang tidak
tergoyahkan, Intergritas karakter serta obyektivitas yang didasarkan pada
criteria yang rasional. Hal ini sangat penting karena tidak mustahil perekrut
dihadapkan pada berbagai macam godaan, seperti menerima hadiah, disogok oleh
pelamar, mengatrol nilai seleksi dari pelamar yang mempunyai hubungan darah
atau kaitannya primordial lainnya atau hal-hal yang mengakibatkan seorang
oerekrut mengambil keputusan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
bagan subyektif.
Kiatnya nampaknya terletak pada
kemampuan perekrut untuk memegang teguh norma-norma etika organisasi sambil
memperhitungkan nilai-nilai social budaya masyarakat di mana dia hidup dan
berkarya.
Faktor Internal
Organisasi
Factor internal lain yang harus
diperhitungkan adalah kebijaksanaan atau strategi organisasi mengenai arah perjalanan organisasi di masa yang akan
datang. Misalnya, apakah organisasi merencanakan perluasan usaha, baik dalam
arti produk yang dihasilkan maupun dalam arti wilayah kerjanya, yang pada
gilirannya menuntut tersediannya tenaga kerja baru. Sebaliknya, mungkin pula
organisasi memutuskan untuk menciutkan kegiatannya. Dalam hal demikian jelas
bahwa bukan penambahan tenaga yang terjadi, tetapi sebaliknya.
Faktor Kesamaan
Kesempitan
Diberbagai Negara atau masyarakat,
masih saja terdapat praktek-praktek pemanfaatan sumber daya manusia yang
sifatnya diskriminatif. Ada kalanya praktek yang diskriminatif itu didasarkan
atas warna kulit, atau daerah asal, atau latar belakang social. Dengan
perkataan lain, terhadap sekelompok warga masyarakat yang didefisinisikan
sebagai minoritas diberlakukan pembatasn yang diidentifikasikan sebagai
minoritas diberlakukan pembatasan-pembatasan tertentu sehingga mereka tidak
memperoleh kesempatan yang sama dengan warga masyarakat lain untuk memperoleh
pekerjaan. Secara etika moral tentunya praktek yang diskriminatif tersebut
tidak dapat dibenarkan. Tidak ada alas an apapun yang membenarkan tindakan dan
praktek demikian.
LANGKAH-LANGKAH
DALAM PROSES SELEKSI
Langkah-langkah
yang biasanya ditempuh dalam proses seleksi ialah:
a. Penerimaan
surat lamaran.
Organisasi
pamakai tenaga kerja menempuh langkah ini guna memperoleh kesan pertama tentang
pelamar melalui pengamatan tentang penampilan, sikap dan factor-faktor lain
yang dipandang relevan. Tentunya suatu titik temu akan diperoleh apabila kedua
belah pihak mempunyai kesan positif tentang satu sama lain. Jika demikian
halnya, perekrutan akan mengambil langkah berikutnya.
b. Penyelenggaraan
ujian,
Berbagai
ujian diselenggarakan dan dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang onyektif
dan dengan tingkat akurasi yang tinggi tentang cocok tidaknya pelamar dengan
jabatan atau pekerjaan yang akan dipercayakan kepadanya.
Pada
dasarnya terdapat tiga jenis tes yang ditempuh oleh para pelamar, yaitu:
1.
Tes Psikologi
Tes psikologi
dimaksudkan untuk mengukur berbagai actor kepribadian dan diperuntukkan bagi
upaya mencocokan kepribadian pelamar dengan pekerjaan yang tepat baginya. Tes
psikologi lainnya adalah tes yang mengukur kreativitas dan daya nalar
seseorang.
2.
Tes yang menguji
pengetahuan pelamar
Sebagaimana halnya
dengan tes psikologi, dewasa ini terdapat beraneka ragam tes yang dimaksudkan
untuk mengukur pengetahuan pelamar tentang berbagai hal. Misalnya, ada tes yang
mengukur pengetahuan seseorang tentang teori dan praktek kepemimpinan, tes yang
mengukur kemampuan atau pemahaman seseorang tentang ruang waktu, angka-angka
dan kecekatan menangkap makna petunjuk verbal dan lain sebagainya.
3.
Tes pelaksanaan
pekerjaan
Diproyekaikan untuk
melaksanakan berbagai kegiatan operasional diselenggarakan berbagai jenis tes
seperti tes kemampuan koordinasi fisik bagi mereka yang kerja di bengkel atau
pabrik, tes yang mengkuru kemampuan seseorang calon juru tulis mengingt
angka-angka dan nama-nama.
c. Wawancara
seleksi
Wawancara sebagai alat
seleksi sering dipandang sebagai langkah yang cukup penting. Karena dipandang
sebagai langkah yang penting, penggunaannya pun paling sering dan paling
meluas. Wawancara sebagai alat seleksi merupakan pembicaraan formal antara
perekrut dengan pelamar.
d. Pengecekan
latar belakang pelamar dan surat-surat referensinya,
Salah satu langkah yang
biasa diambil dalam keseluruhan proges seleksi ialah mengharuskan pelamar
melengkapi dokumen lamarannya dengan surat-surat referensi. Surat-surat
referensi dimaksudkan untuk melengkapi informasi tentang diri pelamar seperti
kemampuan intelektual, sikap, nilai yang dianut, perilaku dan hal-hal lain yang
dipandang relevan.
e. Evaluasi
kesehatan,
Evaluasi medis yang
pada dasarnya dimaksudkan untuk menjamin bahwa pelamar berada dalam kondisi
fisik yang sehat.
Berbagai tujuan yang
ingin dicapai dengan evaluasi medis seperti ini, antara lain ialah:
a. Menjamin
bahwa pelamar tidak menderita sesuatu penyakit kronis, apalagi menular.
b. Memeproleh
informasi apakah secara fisik pelamar mampu menghadapi tantangan dan tekanan
tugas pekerjaannya,
c. Memperoleh
yang harus dibayar, terutama dalam hal organisasilah yang membayar premi
tersebut bagi para karyawannya, suatu praktik yang terdapat dalam banyak
organisasi pemakai tenaga kerja.
f. Wawancara
oleh manajer yang akan menjadi atasan langsungnya,
Dalam manajemen sumber
daya manusia dewasa ini semakin dirasakan pentingnya keterlibatan para penyelia
yang akan menjadi atasan langsung pelamar dalam proses seleksi. Bahkan dalam
banyak organisasi kecenderungan kuat dewasa ini adalah memberikan wewenang dan
kata terakhir kepada para penyelia untuk memutuskan siapa di antar para pelamar
yang diterima dan siapa yang ditolak.
g. Keputusan
atas lamaran.
Langah terakhir dalam
proses seleksi ialah pengambilan keputusan tentang lamaran yang masuk. Dengan
selesainya proses seleksi, langkah berikutnya adalah penempatan pegawai yang
merupakan topik pembahasan dalam bab berikut.
BAB VI
PENEMPATAN
PEGAWAI
Salah satu cara yang segera daspat ditempuh
ialah menunjukkan sikap penerimaan yang ikslas sambil menegaskan bahwa pegawai
baru itu diharapkan akan menjadi pekerja yang produktif, loyal kepada
organisasi dan kepada teman sekerja serta berperilaku positif, sekaligus
memberikan kesan bahwa organisasi akan berusaha memnuhi keentingan pegawai yang
bersangkutan.
Yang dimaksud dengan proses sosialisasi adalah
usaha sadar yang dilakukan oleh organisasi melalui para pejabat dan petugas
pengelola sumber daya manusia serta atasan langsung para pegawai baru yang
ditujukan pada pemahaman kultur organisasi, nilai-nilai organisasional yang
dianut.
PROGRAM
PENGENALAN
Salah satu teknik yang sangat lumrah digunakan
untuk mencoba mengurangi jumlah pegawai baru yang minta berhenti adalah dengan
menyelenggarakan program pengenalan, yang juga dikenal luas sebagai program
orientasi.
Titik tolak yang tepat untuk menyusun suatu
program pengenalan ialah pandangan yang mengatakan bahwa para pegawai baru pada
dasarnya ingin diterima sebagai “anggota baru” dari suatu keluarga besar.
Aspek Organisasi
Tujuh
topic yang relevan diperkenalkan sebagai berikut:
1.
Sejarah organisasi.
Keberadaan
suatu organisasi tidak dapat dilepaskan dari sejarahnya.
2. Struktur
dan tipe organisasi
3. Nomenllatur
dan literature yang digunakan
4. Pengenalan
para pejabat
5. Tata
ruang dan tata letak fasilitas kerja
6. Berbagai
ketentuan normative
Salah
satu segi peraturan yang harus diketahui oleh setiap pegawai baru adalah
pengenaan sanksi disiplin dalam hal hal anggota organisasi melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang normative.
7.
Produk organisasi
Kepentingan Pegawai baru
Yang
dimaksud dengan kepentingan pegawai baru adalah
1.
Penghasilan
2. Jam
kerja
3. Hak curi
4. Fasilitas
yang disediakan
5. Pendidikan
dan pelatihan
6.
Perihal pension
Keterangan
1.
Penghasilan
Yang
dimaksud dengan penghasilan di sini ialah “take-home pay” yaitu uang yang
diteimanya pada setiap hari gaji.
2. Jam
kerja
Denga
variasi pengaturan jam kerja, pada umumnya jam kerja yang berlaku ialah empat
puluh jam setiap minggu.
3. Hak cuti
Setiap
pekerja berhak cuti dalam setiap tahun kerja. Biasanya hak cuti adalah selama
dua belas hari kerja.
4. Fasilitas
yang disediakan oleh organisasi
Fasilitas
yang disediakan berbagai organisasi bagi para pekerja sangat bervariasi.
Misalnya mengenai asuransi. Fasilitas lain adalah antar jemput.
5. Pendidikan
dan pelatihan
Berbagai
teori motivasi memberi petunjuk bahwa setiap orang ingin mengembangkan
kemampuan-kemampuan efektif.
6. Perihal
pensiun
Segi-segi
kebijakan penisun yang relevan diberikan mencakup
1. Usia
pension
2. Hal-hak
seorang pegawai yang berhenti dengan hak pension seperti jumlah penghasilan
serta cara menghitungnya,
3. Kewajiban
pegawai selama aktif menjadi pegawai seperti keharusan menabung untuk dana
pension.
Ruang Lingkup Tugas
Ada aspek lain dari penekanan kuat
tentang keperluan ini, yaitu bahwa dalam diri pegawai baru itu harus segera
tertanam keyakinan bahwa ia melakukan sesuatu yang penting bagi organisasi dan
bahwa ia akan mendapat perlakuan sebagai individu dengan jati diri yang khas
dan tidak akan “tenggelam dalam arus pekerjaan yang anonym.
Perkenalan
Pihak-pihak yang perlu segera dikenalnya antara
lian atasasan langsungnya dari siapa ia akan menrima perintah atau instruksi
dan kepada siapa dia melapor, rekan-rekan sekerjanya dalam satu satuan kerja
dimana ia akan ditempatkan, para pejabat dan petugas di bagian pendidikan dan
pelatihan dan, kaalu ada, kepada orang yang berperan memberikan konseling,
orang yang akan dibutuhkannya untuk berkonsultasi dan memina nasehat.
PENEMPATAN
Menurut pandangan ini jiak seluruh proses telah
ditempuh danlamaran diterima, akhirnya seseorang memeperoleh status sebagai
pegawai dan ditempatkan pada posisi tertentu utnuk melaksanakan tugas atau
pekerjaan tertentu pula.
Promosi
Telah umum diketahui bahwa promosi adalah
apabila seorang pegawai dipindahkan dari satu pekerjan ke pekerjaan lain yang
tanggung jawabnya lebih besar degnan gaji yang besar juga.
Organisasi
pada umunya menggunakan dua kriteria utama dalam mempertimbangkan seseorang
untuk dipromosikan yaitu prestasi kerja dan senioriotas.
Alih Tugas
Dalam rangka penempatan alih tugas dapat
mengambil dalah satu dari dua.
Manfat
dari alih tugas:
1. Pengalaman
baru
2. Cakrawala
pandangan yang lebihluas
3. Tidak
terjadinya kebosanan atau kejenuhan
4. Perolehan
pengetahuan dan keterampilan baru
5. Perolehan
perspektif baru mengenai kehidupan organisasional
6. Persiapan
untuk mrenghadapi tugas baru
7. Motivasi
dan kepuasan kerja yang lebih tinggi berkat tantangan dan situasi baru yang
dihadapi.
Demosi
Demosi
dikaitkan dengan pengenaan sanksi disiplin karena berbagai alasan:
1. Penilaian
negative oleh atasan karena prestasikerja yang kurang memuaskan
2. Perilaku
pegawai yang disfungsional, seperti tyingka kemangkiran yang tinggi
PEMUSATAN
HUBUNGAN KERJA
Yang dimaksud dengan pemusatan hubungan kerja
aalah apabila ikatan formal antara organisasi selaku pemakai tenaga kerja dan
karyawan terputus. Penyebabnya :
1. Alasan
pribadi pegawai tertentu
2. Karena
pegawai dikenakan sanksi disipplin yang sifatnya berat
3. Karena
faktor ekonomi seperti resesi, depresi atau stagfasli
4. Kebijaksanaan
organisasi untuk mengurangi kegiatannya yang pada gilirannya menimbulkan
keharusan untuk mengurangi jumlah pegawai.
Bentuk
pemusatan hubungan kerja
1. Pemberhentian
normal
Adalah apabila sezeorang
tidak lagi bekerja pada organisasi karena berhenti atas permintaan sendiri,
berhenti karena usia pensiun dank arena meninggal dunia.
2. Pemberhentiuan
tidak atas permintaan sendiri
-
Menurunnya kegiatan
organisasi yang cukup gawat sehingag organisasi terpaksa mengurangi jumlah
karyawannya
Pengenaan
sanksi yang berat yang berakibat pada pemutusan hubungan kerja.
Dalam hal emikian pengenaan
sanksi berat tersebut dapat mengambil satu dari sua bentuk:
1. Pegawai
yang dikenakan sanksi disiplin berat itu diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri
2. Pemberhentan
dengan tidak hormat/dipecat.
BAB VII
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA
Alasan
yang sangat fundamental untuk mengatakan bahwa baik untuk menghadapi tuntutan
tugas sekarang maupun dan terutama untuk menjawab tantangan masa depan,
pengembangan sumber daya manusia merupakan keharusan mutlak. Singkatnya,
kemampuan pegawai baru yang digabung dengan program pengenalan dan pelatihan
tertentu belum sepenuhnya menjamin hilangnya kesenjangan antara kemampuan kerja dan tuntutan tugas. Di sinilah letak
pentingnya pengembangan sumber daya manusia. Dikalangan petugas atau petugas
yang mengolola sumber daya manusia sering terdapat persepsi yang membedakan pelatihan dan pengembangan. Perbedaan
tersebut pada intinya mengatakan bahwa pelatihan dimaksudkan untuk membantu
meningkatkan kemampuan para pegawai melaksanakan tugas sekarang, sedangkan
pengembangan lebih berorientasi pada peningkatan produktivitas kerja para
pekerja di masa depan.
Organisasi
terdapat paling sedikit tujuh manfaat penyelenggaraan program pelatihan dan
pengembangan, yaitu:
1. Meningkatkan
produktivitas kerja organisasi
2. Terwujudnya
hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan
3. Terjadinya
proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat
4. Meningkatakan
semangat kerja
5. Mendorong
sikap keterbukaan manajemen
6. Memperlancar
jalannya komunikasi
7. Penyelesaian
konflik secara fungsional
Pengalaman
dan penelitian menunjukkan adanya paling sedikit sepuluh manfaat bagi para
karyawan suatau organisasi, yaitu:
1. Pegawai
membuat keputusan dengan lebih baik
2. Kemampuan
para pekerja menyelesaiakan pelbagai masalah yang dihadapinya
3. Terjadinya
internalisasi dan operasionalisasi faktor – faktor motivasional
4. Timbul
dorongan pada diri para pekerja untuk terus meningkatakan kemampuan kerjanya
5. Kemampuan
pegawai untuk mengatasi stres, frustasi, dan konflik
6. Tersedianya
informasi berbagai program yang dapat dimanfaatkan oleh para pegawai
7. Meningkatnya
kepuasan kerja
8. Semakin
besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang
9. Makin
besarnya tekad pekerja untuk lebih mandiri
10. Mengurangi
ketakutan menghadapi tugas – tugas baru di masa depan
LANGKAH – LANGKAH UNTUK
DITEMPUH
Berbagai
manfaat pelatihan dan pengembangan dapat dipetik semaksimal mungkin, berbagai
langkah perlu ditempuh. Para pakar pelatihan dan penegmbangan pada umumnya
sudah sependapat bahwa langkah – langkah dimaksud terdiri dari tujuh langkah,
yaitu:
a. Penentuan
kebutuhan
b. Penentuan
sasaran
c. Penetapan
isi program
d. Indentifikasi
prinsip – prinsip belajar
e. Pelaksanaan
program
f. Identifikasi
manfaat
g. Penilaian
pelaksanaan program
BAB VIII
PERENCANAAN KARIER
Jika
seseorang berbicara mengenai karier dalam kehidupan organisasional, biasanya
yang dimaksud ialah keseluruhan pekerjaan yang dilakukan dan jabatan yang
dipangku oleh seseorang selama dia berkarya. Yang jelas bahwa prestasi kerja,
pengalaman, pelatihan dan pengembangan ternyata berperan penting dalam menempuh
berbagai jalur karier yang dapat ditempuh oleh seseorang.
Agar
mengetahui pola karier yang terbuka baginya, seorang pekerja perlu memahami
tiga hal. Pertama, ialah sasaran karier yang ingin dicapai. Kedua, ialah
perencanaan karier dalam arti keterlibatan seseorang dalam pemilihan jalur dan
sasaran kariernya. Ketiga, kesedian mengambil langkah – langkah yang diperlukan
dalam rangka pengembangan karier sambil berkarya.
Jika
para pegawai melihat dan menilai bahwa prospek kariernya dalam organisasi
cerah, mereka akan terdorong untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya
sebagai persiapan menerima tugas yang lebih berat dan tanggung jawab yang lebih
besar di kemudian hari.
Agar
dapat menentukan jalur karier, tujuan karier dan pengembangan karier yang dapat
mereka tempuh, para pegawai perlu mempertimbangkan lima faktor, yaitu:
1. Perlakuan
yang adil dalam karier
2. Keperdulian
para atasan langsung
3. Informasi
tentang berbagai peluang promosi
4. Minat
untuk dipromosikan
5. Tingkat
kepuasan
Pemahaman
berbagai faktor di atas akan memungkinkan bagian kepegawaian berperan aktif
dalam perencanaan karier para anggota organisasi.
PERANAN BAGIAN KEPEGAWAIAN
Terdapat
tiga kelompok orang dalam suatu organisasi yang berkepentingan dan terlibat
dalam perencanaan karier para pegawai, yaitu para spesialisyang mengelola
sumber daya manusia, para manajer dan penyelia serta para pegawai yang
bersangkutan sendiri.
Pihak
ketiga yang terlibat dalam perencanaan karier adalah pekerja yang bersangkutan
sendiri. Masalahnya ialah banyak di antara para pekerja yang tidak memahami
seluk beluk dan teknik perencanaan karier.
Peranan
bagian kepegawaian tersebut pada umumnya dimainkan dengan menempuh tiga
cara, yaitu menyelenggarakan pendidikan
tentang perencanaan karier, penyebarluasan informasi tentang pengembangan
karier dan konseling.
PENGEMBANGAN KARIER
Bagian
pengelola sumber daya manusia dapat turut berperan dalam kegiatan pengembangan
, sesungguhnya yang paling bertanggung jawab adalah pekerja yang bersangkutan
sendiri karena dialah yang paling berkepentingan dan dia pulalah yang kelak
akan memetik dan menikmati hasilnya.
Jika
seseorang sudah siap memikul tanggung jawab demikian, tujuh hal perlu mendapat
perhatiannya, yaitu:
1. Preestasi
kerja yang memuaskan
2. Pengenalan
oleh pihak lain
3. Kesetiaan
pada organisasi
4. Pemanfaatan
mentor dan sponsor
5. Dukungan
para bawahan
6. Pemanfaatan
kesempatan untuk bertumbuh
7. Berhenti
atas permintaan dan kemauan sendiri
Dukungan
Bagian Kepegawaian
Persepsi
seorang pekerja tentang kemungkinan meniyi karier dalam satu organisasi akan
sangat diwarnai oleh padangan samapai sejauh mana kebutuhan dan kepentinagan
pribadinya itu akan terpenuhi. Sesungguhnya persepsi itulah yang menjadi dasar
keputusan seseorang apakah akan terus berkarya dalam berorganisasi tertentu
ataukah pindah ke organisasi yang lain dimana kepentingan pribadinya itu
diperhitungkan akan lebih terjamin.
Agar
berbagai sasaran tercapai, para manajer mutlak perlu memberikan dukungan kepada
program yang diselenggarakan oleh bagian kepegawaian dan bagian pendidikan dan
pelatihan. Salah satu teknik pemberian dukungan tersebut ialah dengan
menggunakan pendekatan “satu anak tangga kebawah” dalam praktek, pendekatan
seperti itu berarti bahwa manajemen puncak memberikan dukungan pada para
bawahan langsungnya yang kemudian melanjutkan dengan pemberian dukungan kepada
para manajer dibawahnya lagi.
Jelaslah
bahwa organisasi sendirilah yang dirugikan apabila para manajer tidak sepenuh
hati mendukung pengembangan karier p[ada bawahannya melalui program yang
diselenggarakan atau disponsori oleh bagian kepegawaian.
Dilihat
dari sudut pandang para pegawai, segi penting lainnya dari perencanaan karier
adalah sistem umpan balik, terutama bagi mereka yang setelah mengikuti program
pengembangan karier tertentu ternyata tidak dipromosikan.
Agar
semuanya itu semua terwujud, para pegawai harus yakin bahwa penilaian atas
[restasi kerja mereka dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan rasional
serta diterapkan secara obyektif.
BAB
IX
PENILAIAN
PRESTASI KERJA
Pentingnya penilaian prestasi kerjayang rasional dan diterapkan
secara objektif terlihat pada dua kepentingan, yaitu kepentingan pegawai yang
bersangkutan dan kepentingan organisasi.
1.
Bagi
para pegawai
Penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai
hal seperti kemampuan, keletihan, kekurangan dan potensinya yang pada
gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan
kariernya.
2.
Bagi
organisasi
Hasil penilaian prestasi kerja bagi pegawai sangat penting arti dan
peranannya dalam pengam bilan keputusan tentang berbagai hal, seperti
identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi,
program pengenalan, penempatan, promosi, system imbalan dan berbagai aspek lain
dari keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia secara efektif.
Penilaian prestasi kerja dilakukan oleh atasan, banyak manajer yang
berpendapat bahwa peniaian prestasi kerja pada bawahan cukup diserahkan pada
atasan langsung masing-masing pegawai dan penilaian pun dilakukan secara
informal. Dengan demikianjelas bahwa dalam melakukan penilaian prestasi kerja
antar pegawai harus terdapat interaksi positif dan kontinu antara para pejabat
pimpinan dan bagian pegawai.
Teori manajemen sumber daya manusia memberi petunjuk bahwa terdapat
tiga kelemahan dalam argumentasi tersebut.
a)
Tanpa
kriteria yang relatif seragam, gaya penilaian akan sangat beraneka ragam dengan
kemungkinan interpretasi yang beda-beda.
b)
Tidak
ada jaminan bahwa atasan penilai mendasarkan penilaiannya pada criteria yang
objektif. Dengan perkataan lain, penilaian sangat bersifat sangat subyekti
c)
Hasil
penilaian sangat mungkin tidak terdokumentasikan dengan baik, padahal hasil
penilaian tersebut harus merupakan bagian dari keseluruhan dokumen kepegawaian
pegawai yang dinilai.
Yang dimaksud
dengan system penilaian prestasi kerja
ialah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai
dimana terdapat beberapa faktor, yaitu:
1.
Yang
dinilai adalah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak
luput dari berbagai kelemahan dan kekukarangan,
2.
Penilaian
yang dilakukan pada serangkaian tolak ukur
tertentu yang realistic, berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta
criteria yang diterapkan dan diterapkan secara obyektif.
3.
Hasil
penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan tiga maksud,
yaitu:
a.
Dalam
hal penilaian tersebut positif, menjadi dorongan kuat pegawai yang bersangkutan
untuk lebih berprestasi lagi dimasa yang akan dating sehingga kesempatan meniti
karir lebih terbuka baginya.
b.
Dalam
hal penilitian tersebut bersifat negatif, pegawai yang bersangkutan mengetahui
kelemahannya dan dengan demikian dapat mengambil berbagai langkah yang
diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut.
c.
Jika
seorang merasa mendapat penilaian yang tidak objektif, kepadanya diberikan
kesemptan untuk mengajukan keberatannya sehingga pada akhirnya ia dapat
memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnya.
4.
Hasil
penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan secara rapi dalam
arsip kepegawaian setiap orang sehingga tidak ada informasi hilang, baik yang
sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawai.
5.
Hasil
penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu dipertimbangkan
dalam setiap keputusan yang diambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti
promosi, alih tugas, alih wilayah, demosi maupun dalam .memberhentikan tidak
atas permintaan sendiri.
Pengalaman banyak organisasi menunjukkan bahwa suatu system
penilaian prestasi kerja yang baik sangat bermanfaat untuk berbagai
kepentingan, seperti:
1.
Mendorong
peningkatan prestasi kerja
2.
Sebagai
bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan
3.
Untuk
kepentingan mutasi pegawai
4.
Guna
menyusun program pendidikan dan pelatihan
5.
Mambantu
para pegawai menentukan rencana kariernya
Ø PERSIAPAN SISTEM PENILAIAN PRESTASI KERJA
Suatu
sistem yang praktis adalah cara penilaian yang dipahami dan diterima oleh pihak
penilai dan yang dinilai. Adapun aspek penting lainnya dari suatu system
penilaian prestasi kerja adalah standar yang jelas. Sasaran utama dari standar
tersebut ialah teridentifikasinya unsure-unsur kritikal suatu pekerjaan. Ada
juga kepentingan lain untuk diperhatikan dalam mampersiapkan suatu penilaian
system prestasi kerja adalah adanya takaran-takaran yang digunakan untuk
mengukur prestasi kerja seseorang. Dalam penggunaan takaran harus diperhatikan
harus diperhatikan faktor subyektifitas dan obyektifitas. Agar bisa menghindari
penilaian secara obyektifitas dan subyektifitas, maka berikut dijelaskan
mengenai faktor yang dapat mengakibatkan seseorang bertindak subyektif:
1.
Apa
yang ada dalam literatur disebut sebagai “halo effect”. Maksudnya bahwa opini
seseorang mengenai orang lain
berpengaruh terhadap penilaian yang dilakukannya.
2.
Menghindari
penilaian yang bersifat ekstrim dalam arti ada bawahan yang dinilai sangat
positif atau sangat negative.
3.
Bersikap
lunak “murah hati”
4.
Bersikap
keras dan pelit
Ø PENILAIAN PRESTASI KERJA DIMASA LALU
Berukut
metode-metode yang digunakan dalam menilai prestasi kerja masa lalu.
1.
Metode
“skala peringat”
2.
Metode
“checklist”
3.
Metode
pilihan terarahmetode insiden kritikal
4.
Skala
peringatan yang dikaitkan dengan prilaku
5.
Metode
evaluasi lapangan
6.
Tes
dan observasi
7.
Pendekatan-pendekatan
yang bersifat komparatif
Ø PENILAIAN DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN
Teknik
penilaian prestasi kerja yang berorientasi kedepan ada empat, diantaranya
sebagai berikut:
1.
Penilaian
diri sendiri
Teknik
agar pegawai melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri itu secara subyektif,
penjelasan antara lain:
a.
Apa
tugas pokoknya
b.
Pengetahuan
dan keterampilan yang dituntu oleh tugas
c.
Kaitan
tugasnya dengan tugas-tugas orang lain
d.
Dalam
hal apa pegawai yang bersangkutan merasa berhasil
e.
Kesulitan
yang dihadapi
f.
Langkah-langkah
perbaikan apa yang perlu ditempuh.
2.
Manajemen
berdasarkan sasaran
Dasar filsafati
dari penggunaan teknik ini ialah bahwa apabila seorang pegawai dilibatkan dalam
menentukan sendiri sasaran yang hendak dicapainya, sebagai bagian dari sasaran
kelompok yang pada gilirannya merupakan bagian dari sasaran organisasi sebagai
keseluruhan pegawai tersebut akan memiliki rasa tanggungjawab yang lebih besar
untuk mencapai sasaran tersebut, dibandingkan dengan apabila sasaran itu
ditentukan dari atas pejabat pimpinan. Dalam prakteknya, penggunaan teknik ini
bahwa seorang pegawai bersama atasan langsungnya menetapkan sasaran prestasi
kerja dalam suatu kurun waktu tertentu dimasa depan. Artinya, kedua belah pihak
mencapai kesepakatan tentang hasil apa yang diharapkan tercapai daan
ukuran-ukuran obyektif apa yang akan digunakan.
3.
Penilaian
Psikologikal
Pada umumnya
keterlibatan para ahli psikologi dalam penilaian pegawai adalah dalam bentuk identifikasi
berbagai potensi pegawai, tidak terutama untuk melakukan penilaian atas
prestasi kerja dimasa lalu.
Hasil penilaian
yang dilakukan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan pegawai tertentu yang
diperkirakan layak untuk dipertimbangkan untuk dipromosikan. Atau dapat pula
berupa penilaian yang bersifat umum sehingga apabila ada kesempatan untuk
promosi dimasa depan, sudah tersedia calon-calon yang dipersiapkan intuk itu.
Dalam melakukan tugasnya, para ahli psikologi dapat menggunakan teknik seperti wawancara, bebagai tes psikologi,
diskusi dengan para penyelia dan peninjauan atas hasil penilaian lain yang
telah digunakan oleh orang-orang lain dalam organisasi,
4.
Pusat-pusat
penilaian
Teknik
ini digunakan untuk menilai potensi para manajer tingkat menengah yang
diperkirakan memiliki potensi untuk memiliki jabatan manajerial yang lebih
tinggi dalam organisasi dimasa depan. Scenario penggunaannya adalah sebagai
berikut:
a.
Organisasi
yang akan melakukan penilaian membentuk suatu pusat penilaian yang lokasinya
bukan di tempat pekerjaan dan berbagai pihak yang terlibat pergi ke pusat
tersebut atas biaya organisasi seperti dalam hal transportasi, penginapan dan
makan.
b.
Yang
pergi ke pusat penilaian itu adalah para pegawai yang dinilai, atasan
langsungnya, para pejabat bagian kepegawaian dan para ahli psikologi.
c.
Dengan
menggunakan format dan pola penilaian yang sudah baku penilaian dilakukan oleh
banyak penilai yang berbagai berikutnya antara lain adalah wawancara, tes
psikologi, pengecekan latar belakang, penilaian rekan sekerja, diskusi kelompok
tanpa pemimpin diskusi, penilaian hasil diskusi, penilaian oleh atasan
langsung, dan simulasi penyelenggaraan sehari-hari.
d.
Khusus
dalam simulasi, pegawai yang dinilai diharuskan terlibat dalam berbagai
“permainan” seperti dalam hal pengambilan
keputusan, permainan manajemen dengan menggunakan computer, latihan “kotak
masuk” dan kegiatan-kegiatan lain dimana pegawai yang bersangkutan terlibat
dalam pelaksanaan pekerjaannya sehri-hari.
e.
Selama
para pegawai yang dinilai berada di pusat penilaian, mereka dinilai oleh para
ahli psikologi dan manajer yang lebih tinggi kedudukannya dalam organisasi
dengan sorot perhatian ditujukan pada faktor-faktor kekuatan, kelemahan dan
potensi para pegawai yang dinilai.
f.
Setelah
merasa berada dipusat penilaian tersebut hampir berakhir, para penilai
mengumpulkan hasil penilaian yang dilakukan sendiri-sendiri dan mendiskusikan berbagai hasil penilaian yang
telah dilakukan hingga memperoleh konsensus tentang kemampuan dan potensi
pegawai yang dinilai itu.
BAB
X
SISTEM
IMBALAN
Masalah imbalan dipandang sebagai salah satu tantangan yang harus
dihadapi oleh manajemen suatu organisasi. Dikatakan merupakan tantangan karena
imblan oleh para pekerja tidak lagi dipandang semata-mata sebagai alat pemuasan
kebutuhan materinya, akan tetapi sudah dikaitkan dengan harkat dan martabat
manusia. Ini berarti bahwa dalam mengembangkan dan menerapkan suatu sistem
imbalan tertentu, kepentingan organisasi dan kepentingan pekerja mutlak perlu
diperhatikan.
- Kepentingan
para pekerja
Dalam
arti bahwa kompetensi yang diterimanya atas jasa ynag diberikan kepada
organisasikepada organisasi harus memungkinnkannya mempertahankan harkat dan
martabat sebagi insan yang terhormat. Tegasnya kompetnis tersebut
memungkinkannya memperrahankan taraf hidup yang wajar dan layak serta hidup mandiri tanpa menggantungkan pemenuhan
kebutuhannya pada orang lain.
- Kepentingan
para Organisasi
Dalam
arti bahwa melalui pengerahan kemmpuan, pengetahuan, keterampilan, waktu dan
tenaga para pekerjanya, organisasi dapat mencapai tujuan dan sasarannya yang
paada gilirannya memungkinkan organisasi tidak hanya sekedar mempertahankan
eksistensnya, melainkan juga untuk bertumbuh dan berkembanga, baik dalam arti
kuantitatif maupun kualitatif.
Apabila suatu organisasi tidak mampu mengembangkan menrapkan suatu
sistem imbalan yang memuaskan, organisasi bukan hanya kehilangan tenaga-tenaga
terampil dan berkemampuan tinggi, akan tetapi juga akan kalah bersaing di
pasaran tenaga kerja.
PERANAN BAGIAN
KEPEGAWAIAN
Bagian kepegawaian memikul tanggungjawab utama untuk mengembangkan
sistem imbalan bagi suatu organisasi yang diterapkan secara seragam diseluruh
jajaran organisasi. Agar mencapai sasaran serta didasarkan pada berbagai
prinsip seperti keadilan, kewajaran, dan kesetaraan, perlu selalu diperhatikan
bahwa sistem imbalan itu harus merupakan instrumen yang ampuh untuk berbagai
kepentingan.
-
Pertama, sistem
imbalan harus mempunyai daya tarik bagi tenga kerja yang berkwalitas tinggi
untuk bergabung dengan organisasi. Artinya, karena setiap organisasi bersaing
dengan organisasinya di pasaran kerja, kompensasi yang dutawarkan seyogianya bisa menraik bagi para pencari lapangan
pekerjaan yang memiliki kemampuan, keterampilan dan pengetahuan tinggi.
-
Kedua, sistem
imbalan harus merupakan daya tarik kuat untuk mempertahankna tenaga kerja yang
sudah berkarya dalam organisasi.
-
Ketiga, sistem
imbalan yang mengandung prinsip keadilan.
Prinsip keadilan ialah bahwa secara internal para pegawai yang
melaksanakan tugas sejenis mendapatkan imbalan yang sama pula.
-
Keempat,menghargai
prilaku positif
-
Kelima, pengendalian
pembiayaan
-
Keenam, kepatuhan
kepada peraturan undang-undang
-
Ketujuh, terciptanya
administrasi pengupahan dan penggajian yang berdaya guna dan berhasil guna.
SISTEM IMBALAN YANG EFEKTIF
Dalam usaha mengembangkan suatu sistem imbalan, para spesialisasi
dibidang manajemen sumber daya menusia perlumelakukan empat hal:
1.
Melakukan
analisis pekerjaan. Artinya perlu disusun deskripsi jabatan, uaraian pekerjaan
dan standar pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi.
2.
Melakukan
penilaian pekerjaan dikaitkan dengan keadilan internal.
3.
Melakukan
survai berbagai sistem imbalan yang berlaku guna memeproleh bahan yang
berkaitan dengan keadilan eksternal..
4.
Menentukan
“harga” setiap pekerjaan dihubungkan dengan “harga” pekerjaan sejenis di tempat
lain.
Penilaian
pekerjaan dengan sistem
Ø Penilian pekerjaan ialah prosedur yang sistematik untuk menentukan
nilai relatif dari berbagai pekerjaan dalam suatu organisasi.
Ø Tujuannya adalah untuk menentukan pekerjaan mana yang dibayar lebih
tinggi atau lebih rendah dari pekerjaan-pekerjaan lain.
Ø Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan, antaralain adalah:
Ø Besar kecilnya tanggunggjawab pelaksanannya
Ø Pengetahuan atau keterampilan yang dituntut
Ø Berat ringannya upaya yang harus dikerahkan
Ø Kondisi pekerjaan yang harus dipenuhi
Berikut dalah beberapa metode yang digunakan untuk penilaian
pekerjaan:
1.
Penentuan
tingkat pekerjaan
Metode
ini sangat sederhana dan karenya banyak digunakan, meskipun sebenarnya metode
ini mempunyai kelemahan dasar, dalam arti bahwa secara relatif tidak
menggambarkan secara tepat nilai suatu pekerjaan dibandingkan pekerjaan lain.
Artinya peringkt pekerjaan hanya bersifat umum meskipun para naggota panitia
penilai mungkin saja memepertimbangkan berbagai faktor seperti berat ringannya
tanggungjawab, kterampilan yang dituntut, usaha yang hasrus dibuat dan kondisi
setiap pekerjanya.
2.
Klasifikasi
pekerjaan
Netode
ini sedikit lebih canggih, meskipun tidak selalu lebih akurat, dari metode
sebelumnya. Metode ini dikenal dengan istilah “ golongan jabatan”. Menggunakan
metode ini berarti membuat diskripsi tentang berbagai pekerjaan yang harus
dilakukan dalam organisasi, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling
rumit, juga mulai pekerjaan yang bersifat teknis operasional hingga tugas
pekerjaan yang bersifat manajerial
3.
Metide
perbandinganfaktor-faktor kritikal
Metode
ini cukup populer karena hasinya dipandang cukup obyektif.
Penggunaan
metode ini melibatkan lima langkah, yaitu:
a.
Penentuan
faktor-faktor kritikal
b.
Penentuan
pekerjaan-pekerjaan kunci
c.
Penentuan
tingkat gaji bagi setiap komponen yang dipandang kritikal
d.
Pembandingan
satu faktor tertentu pada berbagai pekerjaan
e.
Penilaian
pekerjaan-pekerjaan lainnya
4.
Sistem
point
Metode
ini paling banyak digunakan dibandingkan dengan metode lainnya yang dikenal
dalam teori penggajian dan pengupahan.
Penggunaan
metode ini melibatkan enam langkah, yaitu :
a.
Menentukan
faktor-faktor kritikal
b.
Menentukan
tingkat faktor-faktor kritikal tersebut
c.
Alokasi
poin pada faktor-faktor kritikal yang dididentifikasikan
d.
Alokasi
poin pada masing-masing tingkat
e.
Pengembangan
pedoman bagi setiap poin
f.
Penerapan
sistem poin yang ditetapkan
SURVAI UPAH DAN GAJI
Dalam pengembangan dan menerapkan suau sistem imbalan adalah
prisnsip keadilan. Prinsip keadilan adalah imbalan yang diterima oleh seorang
pekerja didasarkan pada paling sedikit
tiga hal, yaitu :
1.
Para
pegawai yang melakukan tugas sejenis, dalam arti faktor-faktor kritikalnya
relatif sama, memperoleh imbalan yang
sama pula. Inilah yang dimaksud dengan “keadilan internal.”
2.
Para
pegawai dalam suatu organisasi menerima imbalan yang sama dengan para pegawai
lain dalam organisasi lain yang terlibat dalam kegiatan sejenis dalam suatu
wilayah kerja yang sama. “keadilan eksternal”
3.
Keaddilan
yang diterima para pegawai berbeda pada jumlah dan tingkat yang wajar, dalam
arti dapat meyakin taraf hidup yang layak bagi diri sendiri dan orang-orang
yang menjadi tanggungannya.
Dalam melakukan survai tentang pengupahan dan penggajian, suatu hal
yang perlu mendapatkan perhatian adalah adanya jaminan bahwa nomenklatur dan
titelatur yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai jabatan jangan sampai
mempunyai arti yang berbeda-beda.
Hasil survai
itulah yang dijadikan dasar untuk menentukan nilai berbagai pekerjan dalam
suatu organisasi. Harga atau nilai suatu pekerjaan dapat ditentukan dengan dua
pendekatan, yaiut:
Ø Pendekatan relatif
Dalam
arti nilainya ditentukan oleh pringkat pekerjaan tersebut, dibandingkan dengan
berbagai pekerjaan lain dalam organisasi yang bersangkutan.
Ø Pendekatan absolut
Nilai
ditentukan tingkat upah atau gaji bagi pelaksana pekerja tertentu dipasaran
kerja, yaitu luar organisasi yang bersangkutan.
FAKTOR-FAKTOR YNAG MEMPENGARUHI SISTEM IMBALAN
Faktor-faktor
tersebut diidentifiksiikan sebagai berikut:
1.
Tingkat
upah dan gaji yang berlaku
2.
Tuntutan
serikat pekerja
3.
Produktivitas
4.
Kebijakan
organisasi mengenai upah dan gaji
5.
Peraturan
perundang-undangan
SISTEN INSENTIF
Berbagai sistem insentif yang dikenal dapat digolongkan menjadi dua kelompok utama, yaitu sistem
insentif pada tingkat individual dan pada ttingkat kelompok.
Ø Sistem individual : “piecework”, bonus produksi, komisi, kurva
“kematangan” dan insentif bagi para eksekutif.
Ø Sistem kelompok : insentif produksi, bagi keutungan dan pengurangan
biaya.
Penjelasan adalah sebagai berikut:
Ø “piecework”
Merupakan
salah satu teknik yang lurah digunakan untuk mendorong para karyawan
meningkatkan produktivitas kerjanya adalah dengan jalan memberikan insenit
finansial berdasarkan jumlah hasil pekeraan karyawan yang dinyatakan dalam unit
produksi.
Ø Bonus
Insentif
dalam bentuk bonus diberikan pada karyawan yang mampu bekerja sedemikian rupa
sehingga tingkat produksi yang baku terlampaui.
Ø Komisi
Pada
dasarnya ada dua bentuk dalam sistem ini:
a.
Para
karyawan memperoleh gaji pokok, tetapi penghasilannya dapat bertambah dengan
bonus yang diterimannya karena keberhasilan melakukan tugas.
b.
Karyawan
memperoleh penghasilan semata-mata berupa komisi.
Ø Kurva “kematangan”
Dalam praktek penggunaan kurva ini bahwa apabila ada tenaga profesional yang karena masa kerja dan
golongan pangkat serta gaji tidak bisa mencapai pangkat dan gaji lebih tinggi
lagi, maka dibuat kurva prestasi kerja.
Ø Insentif bagi eksekutif
Sisntem
insentif papun yang diterapkan bagi para eksekutif yang jelas ialah bahwa
sistem tersebut dikaitkan dengan prestasi organisasi, bukan atas prestasi
karyawan atau satuan kerja tertententu saja.
Ø Rencana Insentif kelompok
Penghargaan
atas keberhasilan kolektif, itulah yang dimksud dengan rencana insentif kelompok
yang bentuknya daapat berupa:
a.
Rencana
insentif produksi
Rencana ini biasanya bersifat jangka pendek, seperti dalam hal
perusahaan mempunyai ersaingan ketat pada suatu kurun waktu tertentu.
Salah satu kebaikan sistem ini adalah bahwa jika adaa karyawan yang
menunjukkan tingkat produktifitasnya yang tidak setinggi yang diharapkn,
karyawan lainnya akan menekannya supaya bekerja lebih produktif karena apabila
tidak, semua anggota kelompok tidak akan menerima bonus atau insentif ekstra.
b.
Rencana
bagi keuntungan
Sistem insentif ini berrti bahwa organisasi, dalam hal ini
organisasi niaga, membagikan keuntungan yang diperoleh perusahaan kepada para
pekerjanya.
Dua manft besar dari sistem ini ialah:
1)
Para
karyawan terdorong bekerja secara produktif karena apabila produktivitas kerja
berakibat pada keuntungan perusahaan, maka akan memperoleh penghasilan
tambahan.
2)
Secara
psikologis timbul rasa sepenanggungan seperasaan dengan pihak manajemen
karena para karyawan diikutsertakan
secara langsung dalam menikmati keberhasilan perusahaan meraih keuntungan.
c.
Rencana
pengurangan biaya
Dalam prakteknya banyak organisasi
mendorong anggotanya untuk mencari dan menemukan cara-cara yang dapat
digunakan untuk menghemat berbagai jenis biaya yang dikeluarkan, baik untuk kepentingan
produksi, pemasaran maupun dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan perkantoran.
PELAYANAN BAGI KARYAWAN
Harus diakui bahwa kesediaan memakai tenaga kerja untuk memberikan
penghasilan sampingan kepada para karyawannya didasarkan pula pada pemikiran
bahwa pada akhirnya organisasi pula yang menikmati manfaat pelayanan tersebut
seperti dalam bentuk :
a.
Pengurangan
kelelahan
b.
Pengurangan
atau bahkan pencegahan keresahan pegawai
c.
Pemenuhan
kepentingan pegawai
d.
Daya
tarik bagi tenaga kerja baru yang memiliki kualifikasi tinggi
e.
Pengurangan
keinginan pegawai pindah keorganisasi lain
f.
Pengurangan
upah lembur karena karyawan dapat menyelesaikan tugas-tuganya pada jam-jam
kerja biasa.
Contoh pelayanan yang diberikan organisasi adalah pemmbayaran premi
asuransi, pemebrian bantuan kepada para anggota organisasi dalam hal ada
anggota organisasi yang harus menggunakan jasa pengacara kaarena berbagai
alasan dan kepentingan.
Berikut contoh pelayanan dari organisasi, diantaranya :
a)
Jaminan
penghasilan
Jika karena berbagai alasan seorang karyawan diberhentikan dari
pekerjaan atau jabatanny, ia akan memperoleh pesangon tertentu yang jumlahnya
ditetapkan berdasarkan suatu rumus tertentu pula. Dengan demikian sumber
penghasilannya tidak serta merta “mengering”.
Jika pemberhentian itu bersifat sementara, maka para karyawan yang
diberhentikan itu pulalah yang pertama-tama dipanggil untuk bekerja kembali
apabila keadaaan sudah memungkinkan.
Jaminan lain adalah jaminan hari tua. Artinya, jika pada suatu
seketika karyawan berhenti bekerja karena sudah mencapai usia pensiun, ada
jaminan bahwa ia tetap mempunyai penghasilan tertentu berupa uang pensiun
meskipun jumlahnya berkurang dibandingkan dengan penghasilan yang bersangkutan
pada waktu masih aktif. Dana pensiun dapat terdiri dari dua komponen :
1)
Tabungan
karyawan yang dopotong dari penghasilannya selama aktif bekerja.
2)
Sumbangan
pemakai tenaga kerja ke dana pensiun tersebut
b)
Masa-masa
tidak bekerja
Semua
organisasi menganut kebijaksanaan bahwa ada waktu-waktu tertentu para pegawai tidak
bekerja, tetapi tetap memperoleh penghasilan.
Beberapa
contoh dari masa-masa itu ialah, waktu istirahat, waktu makan siang, izin tidak
masuk kerja karena sakit, cuti tahunan, cuti hamil dan melahirkan bagi kryawati
yang sudah menikah, harihari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah.
c)
Pengaturan
jadwal kerja
Secara
tradisional, jam kerja setiap minggu bagi seorang karyawan adalah empat
puluh jam, yang bisa mencakup enam kali kerja, tetapi mungkin pula hanya
dalam lima kali kerja. Ada pula yaitu penerapan
“flexitime”, penerapannya terletak pada fleksibilitas dalam kedatangan
dan pulangnya pegawai. Artinya keharusan bagi semua pegawai tiba ditempat
pekerjaan pada waktu yang sama dan pulang pada waktu yang sama pula.
JASA-JASA KEPEGAWAIAN
Tiga
bentuk jasa yang sudah umum diberikan ialah bentuan dana pendidikan, bantuan
keuangan dan bantuan sosial.
1.
Bentuan
dana pendidikan
Banyak
organisasi yang memberikan jasa baik berupa bantuan keuangan bagi karyawan yang
mengikuti program pendidikan dan pelatihan tertentu.
2.
Bantuan
keuangan
berbagai
jenis organisasi sering memberikan bantuan finansial bagi para karyawannya,
baik untuk kepentingan pemenuhan jangka pendek yang mendesak maupun untuk
kepentingan jangka panjang.
3.
Bantuan
lainnya
Pada
waktu sekarang ini banyak ditemui karyawan yang stress, untuk membantu para
karyawan yang stres itu banyak organisasi atau perusahaan yang memberikan
jasa-jasa baiknya dalam berbagai bentuk seperti bantuan pengobatan, konsultasi
psikologi, pembentukan klub olehraga dalam organisasi, lokakarya dalam
pengelolahan waktu dan berbagai bentuk lain.
BAB XI
PEMELIHARAAN HUBUNGAN DENGAN
KARYAWAN
Teori
sumber daya manusia memberi petunjukbahwa hal-hal yang pentig diprhatikan dalam
memelihara hubungan tersebut antara lain menyangkut motivasi dankepuasan kerja,
penanggulangan stres, konseling dan pengenaan sanksi disipliner, sistem
komunikasi, perubahan dan pengembangan organisasi serta meningkatkan mutu hidup
kekaryaan para pekerja.
SEKILAS TENTANG MOTIVASI
Begitu
penting teori motivasi diterapkan secara tepat sehingga makin banyak ilmuwan
yang menekuni kegiatan pengembangan teori tersebut. Berikut adalah beberapa
teorinya :
1. Teori
Abraham H. Maslow
Kebutuhan manusia digolongkan
sebagai rangkaian bukan sebagai hierarki. Diantaranya :
a. Kebutuhan
yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbu lagi diwaktu yang akan
datang.
b. Pemusan
berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
pendekatan kuanitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
c. Berbagai
kebutuhan tersebut tidak akan mensapai “titik jenuh” dalam arti tibanya tibanya
suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam
pemenuhan kebutuhan itu.
2. Teori
Claiton Alderfer
Teori Adlerfer dikenal
dengan akronim “ERG”.
E = Existence
R=Relatedness
G= Growth
Teori Adlerfer disimak
lebih lanjut akan terlihat bahwa :
a. Makin
tidak dipenuhinya suau kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk
memuaskannya.
b. Kuatnya
keinginan memuaskan kebutuhan “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan
yang “lebih rendah” elah dipuaskan.
c. Sebaliknya,
semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin tinggi
keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.
3. Teori
Herzbreg
Menurut teori ini, yang
dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal pendorong berprestasi yang
intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang.
Yang tergolong dalam
faktor motivasional adalahpekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih,
kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karir dan pengakuan orang lain.
4. Teori
keadilan
Inti teori ini terletak
pada pandangan bahwa manusia terdorong untukmenghilankan kesenjangan antara
usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dan imbalan yang diterimanya.
5. Teori
harapan
Menurut teori ini,
motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai oleh seseorang
dan perkiraan yang bersangkutan bahwa bahwa tindakannya akan pada hasil yang
diinginkannya. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan
jalan nampaknya terbuka untuk memeprolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
untuk memperolehnya.
6. Teori
Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Penting untuk
memperhatikan bahwa car-cara yang digunakan untuk memodifikasi perilaku tetap
memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan
dihormati.
7. Teori
Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Menurut model ini, motivasi seorang
karyawan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Termasuk dalam faktor-faktor internal adalah:
a. Persepsi
seseorang mengenai diri sendiri
b. Harga
diri
c. Harapan
pribadi
d. Kebutuhan
e. Keinginan
f. Kepuasan
kerja
g. Prestasi
kerja yang dihasilkan.
Sedangkan
faktor-faktor eksterna adalah:
a. Jenis
dan sifat pekerjaan
b. Kelompok
kerja di mana seseorang bergabung
c. Organisasi
tempat bekerja
d. Situasi
lingkungan pada umumnya
e. Sistem
imbalan ang berlaku dan cara penerapannya.
KEPUASAN
KERJA
Pemahaman
yang lebih tepat tentang kepuasan kerja dapat terwujud apabia analisis tentag kepuasan
kerja dikaitkan dengan prestasi kerja, tingkat kemangkiran, keinginan pindah,
usia pekerja, tingkat jabatan dan besar kecilnya organisasi.
1. Kepuasan
Kerja Dan Prestasi
Bahwa serorang merasa
puas dalam pekerjaannya karena yang bersangkutan menyadari bahwa yang
dicapainnya sudah maksimal. Dalam situasi demikian dia berusaha berprestasi
sebaik mungkin.
2. Kepuasan
Kerja Dan kemangkiran
Terdapat korelasi
antara keduanya, yaitu : bahwa karyawan yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya
akan rendah tingkat kemangkirannya. Sebaliknya karyawan yang rendah kepuasan
kerjanya akan cenderung tinggi tingkat kemangkiranya.
3. Kepuasan
Kerja Dan keinginan pindah
Salah satu penyebab
keinginan pindah adalah ketidakpuasan terhadap tempat bekerja. Sebab-sebab
ketidakpuasan antara lain seperti penghasilan rendah atau dirasakan kurang
memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak serasi, baik
dengan atasan atau rekan kerja, pekerjaan yang tidak sesuai dan berbagai faktor
lainnya.
4. Kepuasan
Kerja Dan usia pekerja
Korelasinya adalah
semakin lanjut usia karyawan, tingkat kepuasan kerjanya pun semakin tinggi.
5. Kepuasan
Kerja Dan tingkat jabatan
Korelasinya bahwa
semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu organisasi, pada umumnya tingkat
kepuasannya lebih tinggi pula.
6. Kepuasan
Kerja Dan besar kecilnya organisasi
Artinya, jika karena
besarnya organisasi para karyawan “terbenam” dalam masapekerjaan yang jumlahnya
besar sehingga jati diri dan identitasnya menjadi kabur.
MASALAH
STRES, KONELING DAN DISIPLIN PEGAWAI
1. Stres
Tres adalah merupakan
kondii ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan fikiran dan kondisi
fisik seseorang.
Ø Sumber-sumber
stres
a. Sumber
stres dari pekerjaan
Seperti : beban tugas
yang terlalu berat, desakan waktu, penyeliaan yang kurang baik, ikim kerja yang
menimbulkan rasa tidak aman, kurangnya informasi dari mpan balik tentang
prestasi kerja seseorang, ketidak eimbangan antara wewenang dan tanggungjawab,
ketidak jelasan peran karawan dalam keseluruhan kegiatan organnisasi, dan lain
sebagainya.
b. Situasi
lingkungan
Seperti: masalah
keuangan, perilaku negatif anak-anak, kehidupan keluarga yang tidak atau kurang
harmonis, pindah tempat tinggal, ada nggota keluarga yang meninggal,
kecelakaan.
Ø Upaya
untuk mengatasi stres
a. Merumuskan
kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan menghadapi berbagai stres
b. Menyampaikan
kebijaksanaan ersebut pada seluruh karyawan sehingga mereka mengetahui,kepada
siapa mereka meminta bantuan dan dalam bentuk apa mereka menghadapi stres
c. Melatih
para manajer dengan tjuan agar mereka peka terhadap timblnya gejala-gejala
stres dikalangan para bawahannya dan dapat mengambil langkah-langkah tertentu
sebelum stres it berdampak negatif terhadap prestasi kerja bawahannya
d. Melatih
karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber stres
e. Trus
membuka jalur komunikasi dengan para karyawan.
f. Memantau
terus-menerus kegiatan organisasi
g. Menyempurnakan
rancangan bangun tugas dan tata ruang kerja
h. Menyediakan
jasa bantuan bagi para karyawan apabila mereka mengalami stres
2. Koneling
pegawai
Konseling pegawai
adalah pemeliharaan hubngan yang seras dengan para karyawan, khususnya melalui
pemberian bantuan mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi baik yang
bersifat kedinasan maupun pribadi.
Fungsi kegiatan
konseling :
a. Pemberian
nasihat pada karyawan agar mereka menempuh cara-cara yang paling efektif untuk
menghadapi dan mengatas permasalahan yang dihadapinya.
b. Konseling
sebagai fungsi penguatan dalam arti mendorong para karyawan melanjutkan
usahanya mengatasi sendiri erhadap berbagai permasalahan
c. Koneling
harus mampu berperan sebagai wahana komunikasi dua arah yang efektif
d. Pemberian
kesempatan bagi parakaryawan untuk menyampaikan berbagai keluhannya kepada
seseorang yang mampu berlrilaku objektif.
e. Menumbuhkan
cara berfikir yang rasional dan jernih dalam menghadapi permasalahan di
kalangan karyawan.
f. Melakukan
reorientasi yang tepat sehingga pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri
menjadi lebih proporsional
.
3. Disiplin
pegawai
Terdapat dua disiplin
dalam organisasi, yaitu :
a. Pendidiplinan
prventif
Adalah tindakan yang
mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku yang
memenuhi standar yang telah ditentukan.
b. Pendidiplinan
korektif
Jika ada karyawan yang
nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentan yang berlaku
atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi
disipliner.
SISTEM
KOMUNIKASI PEGAWAI
Ada empat arus
komunikasi dalam oraganisasi :
1. Komunikasi
vertikal ke bawah
2. Komunikasi
vertikal ke atas
3. Komunikasi
vertikal horizontal
4. Komunikasi
vertikal diagonal
Bagi
para manajer ada sepuluh agar komunikasi kepada bawahannya mencapai hasil yang
diharapkan, yaitu :
a. Kesediaan
untuk tidak mendominasi pembicaraan
b. Mampu
menciptakan suasana yang tidak tegang
c. Menunjukkan
kepada “lawan bicara” bahwa pimpinan yang berangktan mau mendengar pihak lain
d. Menghilangkan
hal-hal yang dapat mengalihkan pehatian dari pembicaraan yang sedang
berlangsung
e. Mampu
menempatkan diri pada posisi orang lain
f. Sabar
g. Mampu
mengendalikan emosi
h. Mencegah
tombulnya suasana perdebatan
i.
Mengajukan berbagai
pertanyaan sebagai bukti perhatian yang diberikan
j.
Tidak mendominasi
pembicaraan
PERUBAHAN
DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
Perubahan
dapat terjadi karena du hal :
a. Perbahan
yang diprakarsai sendiri oleh organiasi. Misal : karena produktifitas menurun,
daya saing perlu ditingkatkan, karyawan pensiun, usaha organisasi meluas atau
menyempit, perubahan strategi organisasi.
b. Perubahan
terjadi sebagai tanggapan organisasi terhadap berbagai faktor eksternal.
PENGEMBANGAN
ORGANISASI
Ciri-ciri
pengembangan organisasi
1. Sorotan
perhatian ditujukan kepada organisasi sebagai keseluruhan agar mampu menghadapi
perubahan.
2. Pengembangan
organisasi mengutamakan interaksi positif antara berbagai satuan kerja dalam
organisasi.
3. Pengembangan
organisasi pada umumnya menggunakan “agen pengubah” yang berperan untuk
mendorong dan mengkoordinasikan perubahan dalam suatu kelompok kerja.
4. Pengembangan
organisasi dikenal pula dengan sitilah “penyempurnaan organisasi melalui
penelitian” karena kegiatan pengembangan organisasi menekankan pentingnya
kemampuan memecahkan masalah.
5. Pengembangan
organisasi berupa proses belajar elalui pengalaman.
6. Pengembangan
organisasi melibatkan kelompok.
7. Umpan
balik
Proses pengembangan
organisasi
1. Melakukan
diagnosa pendahuluan
2. Pengumpulan
data
3. Umpan
balik dan tindak lanjut
4. Penyusunan
rencana pemecahan masalah
5. Pembinaan
tim
6. Kerjasama
antar kelompok
7. Penilaian
hasil yang dicapai
MUTU
KEHIDUPAN BERKARYA
Mutu
kehidupan berkarya sebagai upaya ynag sistematik dalam kehidupan yang
organisasional melalui kepada para karyawan
diberikan kesempatan untuk turut berperan menentukan cara mereka bekerja
dan sumbangan yang mereka berikan kepada organisasi dalam rangka pencapaian
tujuan dan berbagai sasarannya.
BAB XII
PEMELIHARAAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
Salah
satu hubungan antara organisasi dengan para anggotanya menyangkut apa yang
lazim dikenal dengan istilah hubungan industrial. Hubungan yang serasi dan
harmonis antara manajemen dengan para pekerja yang terdapat dalam organisasi
perlu ditumbuhkan demi kepentingan semua pihak dalam organisasi. Kekurang
berhasilan memelihara hubungan yang serasi dan harmonis akan merugikan banyak
pihak.
Dalam
tulisan ini istilah industrial digunakan dalam arti umum, yaitu hubungan formal
yang terdapat antara kelompok manajemen dan kelompok pekerja yang terdapat
dalam suatu organisasi. Istilah lainnya “hubungan kerja”. Dalam penggunaan
sehari-hari “hubungan kerja” mencakup segala jenis organisasi, sedangkan “hubungan
industrial” dipakai dalam organisasi niaga.
Pihak
yang berkepentingan dalam organisasi untuk mencapai tujuan dan sasarannya
dikenal dengan “stakeholders”, karena setiap pihak mempertaruhkan sesuatu demi
kepentingan organisasi. Pihak-pihak tersebut ialah :
Pertama : Manajemen
– dalam organisasi niaga modern biasanya merupakan kelompok profesional yang
bukan lagi pemilik organisasi – mempertaruhkan waktu, pengetahuan, keahlian,
keterampilan, dan reputasi profesionalnya demi kepentingan yang luas bahkan
negara.
Kedua :
anggota organisasi dengan pemanfaatan waktu, pengetahuan, keterampilan dan
tenaga melakukan tugas-tugas yang dipercayakan oleh organisasi kepadanya. Baik
bersifat material, mental, psikologis, sosial dan intelektual dalam
mempertahankan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Ketiga :
para pemilik modal dan pemegang saham – bagi organisasi niaga – yang telah
menanamkan sebagian hartanya dengan harapan modal yang ditanam akan memberikan
keuntungan yang layak, misalnya dalam bentuk deviden.
Keempat :
kelompok masyarakat yang menjadi konsumen barang atau jasa yang dihasilkan oleh
organisasi dan yang mengharapkan penyedia barang dan jasa tidak mengalami
gangguan yang nantinya akan mempengaruhi kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhannya.
Kelima :
pemasok bahan baku atau bahan penolong yang diperlukan oleh organisasi dalam
menghasilkan barang atau jasa.
Keenam :
para distributor dan agen. Organisasi niaga – yang besar – tidak menjual
langsung ke konsumen. Oleh karena iti distributor dan agen mempertaruhkan
kepentingannya dalam keberhasilan organisasi “ induknya”.
Ketujuh :
jaringan pemerintah. Pemerintah mempunyai hak, wewenang dan tanggung jawab
untuk meningkatkan mutu hidup dari seluruh warganya. Tidak dapat disangkal
bahwa pemerintah sangat berkepentingan dalam keberhasilan organisasi-organisasi
yang terdapat dalam masyarakat.
Dilihat
dari persepsi yang sempit, yaitu kepentingan organisasi dan kepentingan
karyawan saja – pemeliharaan hubungan kerja yang serasi sangat penting, karena
kontinuitas produksi terjamin, suasana kerja menggairahkan sehingga organisasi
mampu mencapai tujuannya dan pemuasaan kebutuhan pekerja terjamin.
Jelaslah
ditinjau dari sudut pandangan yang sempit, yaitu kepentingan internal suatu
organisasi, maupun dilihat dari sudut pandang yang luas, yaitu kepentingan
umum, khususnya kepentingan stakeholders,
bagi manajemen dan pekerja sesungguhnya tidak ada pilihan lain kecuali
menumbuhkan hubungan yang serasi. Terganggunga hubungan industrial mempunyai
resonansi yang kuat yang bersifat luas.
Dalam
konteks demikianlah pemeliharaan industrial dibahas. Cakupan materi yang
dibahas meliputi :
a. Tinjauan
singkat mengenai pertumbuhan gerakan buruh,
b. Tahap-tahap
dalam hubungan kerja,
c. Arbitrasi
dan peranan pemerintah dalam penyelesaian pertikaian perburuhan.
PERKEMBANGAN
GERAKAN BURUH SEPINTAS KILAS
Dapat
dikatakan masyarakat pra industrial tidak terdapat pemeliharaan hubungan
industrial karena pada umumnya mereka adalah petani yang menggunakan teknik dan
metode yang sama atau turun temurun. Artinya, dibandingkan dengan masyarakat
industri relatif statik. Kegiatan diluar pertanianpun sangat sedikit
dipengaruhi oleh teknologi.
Berbarengan
dengan roda sejara, dinamika manusia melahirkan fenimena sosial dan ekonomi.
Salah satunya tmbulnya kota-kota yang bermula di Inggris sekitar abad
kesebelas. Dinamika kehidupan di daerah perkotaan melahirkan apa yang dikenal
sebagai gilda.
Gilda
yang pertama adalah gilda pedagang yang bertugas mengatur lalu lintas
perdagangan di satu wilayah tertentu, biasanya dalam sistem monopoli yang
diperoleh atas “kemurahan hati raja”. Hanya gildalah yang boleh berdagang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh gilda yang
bersangkutan.
Sesuia
dengan dinamika masyarakat, jumlah kota pun semakin banyak. Akibatnya ialah
gilda-gilda menjurus pada berbagai bidang spesialisasi, seperti gilda
pertenunan, makanan, alat penerangan, dll.
Pada
masa itu perekonomian dikendalikan oleh tiga pihak, yaitu pemerintah daerah,
para konsumen dan gilda. Tapi gildalah yang paling dominan perannya. Dengan
dominannya itu, berkembang pula hubungan yang sangat penting artinya tata
kehidupan kemasyarakatan dijamin bahwa :
a. Jumlah
orang yang menguasai keterampilan tertentu disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat setempat;
b. Mutu
barang atau jasa dapat dipertahankan sesuai dengan keinginan konsumen atau
pelanggan;
c. Harga
yang harus dibayar konsumen bersifat wajar dan adil;
d. Organisasi
yang mengasilkan barang dan jasa memperoleh keuntungan yang sesuai dengan
ketentuan yang disepakati bersama antara tiga pihak diatas.
Hal
ketiga dan keempat diatas mempunyai hubungan yang erat karena apabila seseorang
menjual barang atau jasa hasil karyanya, sudah identik dengan upah jerih
payahnya sebab semua faktor biaya, bahan dan tenaga sesuia harga jualnya. Yang
menarik diperhatikan adalah jika terjadi pelanggaran standar upah, harga, mutu,
dan tenaga yang telah disepakati, orang yang melanggar diancam hukuman, yaitu
dikeluarkannya orang tersebut dari keanggotaan gilda.
Sistem
gilda memungkinkan setiap pekerja meninggalkan tempat bekerjanya dan memulai
usaha sendiri apabila ia telah diakui sebagai orang yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan sehingga ia mampu menghasilkan barang dan jasa yang mutu dan
harganya sama dengan tuntutan konsumen. Dengan kata lain, setiap karyawan
adalah calon anggota gilda.
Dampak Revolusi Industri
Terhadap Gerakan Buruh.
sejarah
mencatat bahwa timbulnya revolusi indutri membawa dua perubahan fundamental
dalam perekonomian pekerja, yaitu :
1. Perubahan
dalam produksi barang dan jasa yang beralih dari tangan perseorangan ke tangan
perusahaan,
2. Beralihnya
pengelolaan ekonomi dari sistem feodal dan perorangan yang sifatnya statik
menjadi sistem yang sifatnya “impersonal” dan dinamik.
Dalam
usaha menghasilkan barang terjadi perubahan yang penting karena seseorang
menghasilkan sendiri produksinya. Akan tetapi era setelah revolusi industri,
dihasilkan oleh perusahaan. Tenaga kerjapun akan terdiri dari berbagai kelompok
seperti kelompok manajemen dan para pekerja. Tergantung besar kecilnya
perusahaan. Kelompok manajemen terdiri dari manajemen puncak, manajemen tingkat
menengah, dan tingkat rendah. Para pekerjapun digolongkan ke berbagai kelompok
seperti pembuat, staf perkantoran, tenaga penjual, tenaga perencana, tenaga
peneliti, tenaga yang mengelola sumber daya manusia, tenaga kerja pengelola
keuangan, tenaga yang bergerak di bidang promosi, dll. Artinya kehidupan
organisasi sangat rumit. Mengahsilkan barang atau jasa tidap dapat diselesaikan
hanya oleh seseorang, tetapi oleh beberapa orang karena memerlukan spesialisasi
tertentu pula.
Perubahan
organisasional yang berlangsung setelah revolusi industri mempunyai tiga jenis
akibat langsung pada kehidupan pekerja. Pertama
: manfaat keterampila seorang pekerja kaitannya dengan pemuasan kebutuhan
terlihat apabila keterampilan itu disalurkan melalui organisasi. Kedua : di luar kemampuan seorang
pekerja untuk memiliki dan mengendalikan perusahaan. Berarti masuknya seorang
ke dalam perusahaan adalah sebagai pekerja, bukan pemilik. Ketiga : timbulnya spesialisasi dan mekanisasi mengakibatkan
mudahnya tenaga kerja diganti, baik oleh tenaga kerja yang lain atau mesin.
Perubahan
yang pertama berakibat pada keharusan dan tuntutan hidup seseorang untuk
menggabungkan diri dengan perusahaan untuk memuaskan kebutuhannya. Perubahan
kedua menyebabkan seseorang menjadi penerima dan bukan pemberi perintah.
Perubahan ketiga menumbuhkan pandangan bahwa seorang pekerja menjadi kurang
penting peranannya karena orang lain atau mesin mudah “mengambil alih”.
Perubahan
penting kedua sebagai salah satu akibat timbulnya revolusi industri ialah
lahirnya sistem pengelolaan perekonomian yang dinamik, mobil dan “impersonal”.
Perubahan itu kemudian melahirkan sistem kapitalisme dan teori “kekuatan
pasar”.
Latar Belakang Lahirnya
Serikat Pekerja.
Salah
satu akibat lahirnya revolusi industri ialah pesatnya pertumbuhan kota-kota
besar. Banyak orang pindak ke kota besar mencari nafkah sebagai pekerja. Dalah
hal seseorang tidak mempunyai keahlian yang dituntut oleh industri, ia menjadi
pengangguran. Jadi perusahaan tidak berkewajiban untuk memikirkan nasib para
karyawan.
Sejarah
mencatat kondisi seperti diatas tidak menggembirakan pekerja, yang pada
akhirnya menimbulka reaksi. Bentuk reaksi itu ialah tumbuhnya serikat-serikat
pekerja yang dilandasi kesadaran bahwa apabila para pekerja berjuang sendiri,
mereka akan berada di posisi yang lemah.
Alasan
mengapa para pekerja berkeinginan untuk memperjuangkan kepentingannya dalam
menghadapi manajemen dengan menggunakan saluran organisasional yang dikenal
dengan “serikat pekerja”. Pertama :
hasrat untuk diakui dalam arti bahwa dala organisasi serikat pekerja ia
mempunyai hak suara untuk menentukan nasibnya sendiri. Kedua : melalui serikat pekertja, mereka mempunyai kesempatan besar
untuk didengar pendapat dan masalahnya oleh manajemen. Ketiga : melalui berbagai kegiatan yang dilakukan serikat pekerja,
para karyawan dapat meningkatkan pengetahuannya dalam berbagai bidang diluar
tugasnya sehari-hari. Keempat :
melalui serikat pekerja integritas kepribadian seseorang dirasakan mendapat
pengakuan dan penghargaan yang wajar.
HAKIKAT
KEBERADAAN SERIKAT PEKERJA
Sering
terdapat persepsi yang tidak tepat mengenai hubugan industrial antara para
pekerja dengan manajemen, seolah-olah kepentingan mereka bertentangan. Persepsi
demikian yang sering mengakibatkan konflik.
Dalam
dunia usaha, negosiasi yang terjadi antara manajemen dan para pekrja harus
dilandasi oleh persepsi yang sama dan mempunyai itikad baik. Memang wajar
apabila masing-masing pihak memperkuat posisinya. Akan tetapi, dengan
menonjolkan keunggulan itu tidak akan tercapai penyelesaian yang menguntungkan.
Pentingnya Persamaan
Persepsi.
Dilihat
dari sudut pandang manajemen, usaha yang dilakukan organisasi haruslah dalam
rangkai terjaminnya hak-hak prerogarif manajemen untuk menjalankan roda
organisasi. Hak tersebut mencakup kebebasan manajemen menjalankan fungsinya dan
kewenangan mengambil keputusan yang dipandang terbaik.
Di
lain pihak, para pekerja berpendapat bahwa salah satu peranan penting serikat
pekerja adalah turut campur tangan dalam proses manajemen, khususnya dalam
proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentinga para pekerja.
Dapat
disimpulkan, yang menjadi sumber konflik antara manajemen dan para pekerja
adalah ketidaksepakatan tentang maksud keputusan manajerial, mengapa dan
bagaimana keputusan itu diambil.
Dalam
organisasi, ada dua jenis keputusan. Pertama,
serangkaian keputusan yang menjadi hak prerogatif salah satu pihak untuk
mengambilnya, hal ini manajemen dan para pekerja , tanpa campur tangan pihak
lain. kedua, bentuk dan jenis
berbagai keputusan yang dibuat bersama.
Pengamatan
menunjukkan semakin kuatnya serikat pekerja, yang mereka pandang merupakan
hal-hal yang harus diputuskan bersama. Di lain pihak, manajemen ingin memegang
teguh pendirian bahwa terdapat serangkaian hak dan wewenang tertentu yang harud
tetap ,enjadi “milik” manajemen.
Beberapa
hal yang dipandang pihak manajemen merupakan ruang lingkup hak dan wewenang
manajemen untuk memutuskan tanpa mengikutsertakan para karyawan, antara lain
adalah :
a. Penentuan
barang atau jasa apa yang akan dihasilkan,
b. Lokasi
perusahaan, lokasi pabrik jika ada,
c. Tata
ruang perusahaan dan pabrik,
d. Jenis-jenis
peralatan yang akan digunakan,
e. Metode
dan teknik produksi,
f. Pola
distibrusi,
g. Bahan
yang akan diolah, kecuali ada kaitannya dengan keselamatan atau kesehatan
pekerja,
h. Kebijaksanaan
di bidan keuangan dan prosedur pengelolaannya,
i.
Penetapan harga jual
barang atau jasa yang dihasilkan,
j.
Struktur organisasi dan
pemilihan tenaga-tenaga manajerial,
k. Uraian
tugas para karyawan untuk berbagai tingkat dan golongan pangkat serta jabatan,
l.
Standar produk yang
harud dipenuhi,
m. Jumlah
tenaga kerja yang akan diperkejakan,
n. Jadwal
kerja dan jadwal lembur,
o. Tata
cara pemeliharaan disiplin kerja dan pengenaan sanksi jika terjadi pelanggaran,
p. Mekanisme
pemeliharaan hubungan dengan pelanggan,
q. Tata
cara mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jika
terdapat perbedaan antara manajemen dan pekerja mengenai hal diatas, harus
diusahakan penyelesaiannya melaui dialog. Dengan sikpa demikian, dapat dicegah
timbulnya konflik.
Jelasnya
keberhasilan negosiasi antara para pekerja dan manajemen dipengaruhi oleh dua
hal, yaitu :
Pertama:
kesepakatan tentang keterlibatan pihak lain dalam proses pengambilan keputusan
dalam hal-hal dimana kepentingannya terlibat.
Kedua: kesediaan kedua belah pihak untuk
menempatkan diri pada posisi pihak lain dalam menginterpretasikan kepentingan
tersebut.
Jelaslah
bahwa hubungan akan cenderung tegang apabila masing-masing pihak secara kaku
mempertahankan apa yang dianggap sebagai hak-hak prerogatif yang menjurus ke
sifat konfrontasional.
TAHAP-TAHAP
DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL
Hubungan
industrial dalam organisasi pada umumnya dapat digolongkan kepada lima tahap
pertumbuhan, yaitu :
a. Tahap
konflik,
b. Tahap
pengakuan eksistensi,
c. Tahap
negosiasi,
d. Tahap
akomodasi,
e. Tahap
kerja sama.
Tahap Konflik
Pada
tahap ini timbulnya pertikaian yang serius antara manajemen dengan para
pekerja, manajemen akan mengambil langkah agar pertikaian tidak terselesaikan .
langkah lain yang mungkin diambil manajemen dalam tahap ini ialah melakukan
infiltrasi ke dalam organisasi serikat pekerja. Sikap dan tindakan demikian
bukanlah tindakan yang terpuji karena perilaku manajerial mengingkari
pentingnya proses give and take dalam
kehidupan organisasional.
Tahap Pengakuan
Eksestensi.
Pada
tahap ini manajemen membiarkan dan mengakui adanya serikat pekerja dalam
organisasi yang dipimpinnya, meskipun “terpaksa”. Artinya, manajemen
berhubungan dengan para wakil serikat pekerja untuk membicarakan hal-hal yang
menjadi penyebab pertikaian dalam hubungan industrial.
Pada
tahap ini, terdapat tiga pola tindakan manajemen vis a vis serikat pekerj, yaitu :
1. Apabila
tidak mendapat tekanan kuat, misalnya dari pemerintah atau pihak lain,
manajemen akan menolak memberikan jaminan keberadaan serikat pekerja dalam
organisasi.
2. Berusaha
untuk mendiskreditsasikanpara pimpinan serikat pekerja di mata para karyawan.
3. Jika
harus melakukan negosiasi, manajemen mebatasi ruang lingkup negosiasi itu pada
cakupan yang sesempit mungkin.
Jelas
tahap ini bukanlah tahap yang diinginkan, baik demi kepentingan organisasi
sebagai keseluruhan maupun dari sudut pandangan para pekerja sendiri.
Tahap Negosiasi
Pada
tahap ini, manajemen tetap memandang serikat pekerja sebagai faktor penghalang
dalam hubungan kerja antara manajemen dengan para pekerja. Hanya saja manajemen
menyadari kehadiran serikat pekerja merupakan kenyataan hidup industrial. Pada
tahap ini terlihat manajemen akan berusaha agar serikat pekerja berada di
posisi yang lemah dan defensif.
Jika
terjadi pertikaian, negosiasi akan berlangsung keras karena masing-masing pihak
akan mempertahankan pendirian dan haknya. Tahap ini manajemen tidak menggunakan
kekerasan untuk menyelesaikan pertikaian, tindakan yang mungkin ditempuh ialah
menyerahkan kegiatan produksi atau jasa yang biasanya dihasilkannya kepada organisasi
untuk sementara selama pemogokan, atau manajemen menimbun barang-barang untuk
dijual selama terjadinya pemogokan. Serikat pekerjapun akan mengambil
langkah-langkah yang efektif, seperti penyediaan dana yang cukup untuk menjamin
kesejahteraan para pekerja selama pertikaian.
Tahap Akomodatif.
Pada
tahap ini manajemen mempergunakan serikat pekerja sebagai saluran hubungan
antara manajemen dan para karyawan dan tidak lagi memandang serikat pekerja
sebagai penghalang dalam hubungan kerja antara pimpinan organisasi dengan para
anggotanya.
Manifestasi
dari hubungan akomodatif adalah dalam mengambil keputusan yang menyangkut
kepentingan para karyawan, dibicarakan terlebih dahulu dengen serikat pekerja
sebelum diputuskan.
Serikat
pekerja tidak lagi memandang loyalitas para karyawan kepada organisasi sebagai
tindakan negatif. Manajemen pun tidak lagi memandang keanggotaan para karyawan
dalam serikat pekerja sebagai hal yang merugikan organisasi.
Pada
tahap ini, dalam negosiasi ketidaksepahaman diselesaikan dengan semangat
toleransi. Meski kedua belah pihak tidak melakukan usaha yang sungguh-sungguh
untuk melenyapkan sumber konflik, akan tetapi penyelesaian selalu
memperhitungkan kepentingan kedua belah pihak.
Tahap Kerja Sama.
Tahap
kerja sama merupakan tahap yang ideal. Serikat pekerja turut serta aktif dalam
peningkatan efektifitas, efisiensi dan produktifitas semangat para karyawan.
Kerja sama didasarkan pada dua asumsi, yaitu :
Pertama: kedua belah pihak sama-sama memperoleh
keuntungan bila organisasi meraih
berbagai keberhasilan.
Kedua:
para karyawan berada dalam posisi
yang memungkinkan mereka mengamati proses produksi serta dapat mendeteksi
berbagai kelemahan dan saran-saran dalam proses produksi.
Kegairahan
para karyawan trus dipupuk dengan pendekatan. Pendekatan pertama ialah
manajemen seyogianya membuang pendapat bahwa para karyawan dibayar untuk
bekerja dan bukan untuk berpikir. Pendekatan kedua ialah menekankan bahwa
peningkatan efisiensi, efektifitas, produktifitas dan semangat kerja tidak
mengakibatkan berkurangnya pendapatan karyawan.
Hubungan
industrial atas semangat kerja sama hanya pada pemberian kesempatan para
karyawan untuk memberikan saran-saran tentang cara kerja yang efisien, efektif
dan produktif. Hubungan tersebut mencakup berbagai prinsip, seperti :
a. Saling
menghargai,
b. Saling
menghormati,
c. Saling
mendukung,
d. Berusaha
menempatkan diri pada posisi pihak lain,
e. Melakukan
tindakan yang saling menguntungkan.
ARBITRASI
Arbitrasi
adalah “dengar pendapat” dan pentuan suatu hal yang dipermasalahkan kedua belah
pihak yang bertentangan oleh beberapa orang yang dipilih kedua belah pihak
untuk mencarikan penyelesaian. Esensialia dari arbitrasi adalah bersifat
sukarela dalam arti bahwa kedua belah pihak yang bersengketa sepakat untuk
meminta bantuan arbitrator, kecuali diharuskan oleh pemerintah. Keputusan
arbitrator bersifat mengikat dan harus ditaati kedua belah pihak.
Arbitrasi
digunakan dalam tiga hal bidang utama, yaitu perdagangan, hubungan antar negara
dan hubungan industrial. Faktor perselisihan yang memerlukan arbitrasi seperti
:
a. Upah
dan gaji,
b. Jam
kerja,
c. Syarat-syarat
kerja,
d. Kesejahteraan
sosial para karyawan, dll.
Arbitrasi
bertujuan agar dalam organisasi terdapat hubungan kerja yang serasi dan
mencegah konflik. Dalam hal terjadinya perselisihan antara pekerja dan
manajemen , dua langkah yang ditempuh. Pertama:
kedua belah pihak berusaha menyelesaikan sendiri perselisihan yang terjadi
melalui negosiasi. Kedua: apabila
kedua pihak tidak berhasil menyelesaikan pertikaian sendiri, penyelesaian
diserahkan ke arbitrator untuk mencarikan jalan kluar.
PERANAN
PEMERINTAH DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN ATAU PERTIKAIAN PERBURUHAN
Pemerintah
selalu berkepentingan dalam penyelesaian perselisihan secara damai. Pemerintah
mempunyai wewenang untuk mengatur semua segi kehidupan berorganisasi,
bermasyarakat dan bernegara. Peranan pemerintah dalam perselisihan perburuhan
pada hakikatnya berkisar pada :
a. Menetapkan
berbagai peraturan perundang-undangan tentang hubungan industrial dalam negara
yang bersangkutan dan cara penyelesaiannya dalam hubungan industrial;
b. Mengawasi
pelaksanaan berbagai peraturan perundang-undangan tersebut;
c. Mencegah
timbulnya perselisihan atau pertikaian perburuhan;
d. Bertindak
selaku mediator apabila pertikaian terjadi sehingga diperoleh perselisihan.
Serangkaian
peraturan perundang-undangan tentang hubungan industrial disertai ketentuan dan
penyelesaian dijadikan pegangan, baik
para pekerja, pekerja serikat, manajemen maupun arbitrator.Peranan pemerintah
sebagai mediator misalnya dalam mengusulkan arbitrator kepada kedua belah pihak
yang bersengketa, dan proses arbitrasi diharapkan lancar.
BAB XIII
AUDIT KEPEGAWAIAN
Telah
umum bahwa dalam bidang teknis operasional kegiatan audit, antara lain melalui
pelaksanaan fungsi pengawasan, untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan
terselenggara secara optimal.
Apabila
audit diselenggarakan dan penilaian atas audit dilakukan dengan tepat,
permasalahan dapat dideteksi dengan dini. Audit juga memberikan sumbangan dalam
pemeliharaan hubungan yang serasi antara kepegawaian dengan para manajer
ternikal dan fungsional.
Pentingnya
melakukan audit kepegawaian daoat disoroti dari tiga sudut pandangan. Pertama, untuk kepentingan pemenuhan
berbagai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, seperti telah dimaklumi salah satu komponen biaya yang harus
dipikul oleh setiap organisasi adalah imbalan yang diberikan kepada para
pekerja. Suatu audit mengenai sistem imbalan yang diterapkan perlu dilakukan
karena :
a. Apabila
jumlah dan jenis imbalan yang diberikan kepada para pekerja terlalu besar,
beban finansial dapat menjadi sedemikian rupa beratnya sehingga mungkin tidak
dapat dipikul oleh organisasi;
b. Sebaliknya
apabila jumlah dan jenis imbalan terlalu kecil, banyak dampak negatif yang
timbul seperti ketidakpuasan pegawai, tuntutan perbaikan nasib,dll.
Ketiga,
karena kegiatan kepegawaian pasti berpengaruh terhadap seluruh aspek kekaryaan
para pegawai, berbagai kegiatan tersebut mutlak di audit guna menjamin :
a. Agar
seluruh kegiatan satuan kerja tersebut mendororng cara kerja yang efisien,
efektif dan produktif,
b. Antar
hubungan antar pekerja, antar satuan kerja dan antara pekerja dengan kelompok
manajemen serasi;
c. Agar
berbagai kebijaksanaan yang dirumuskan dan dilaksanakan memperkaya mutu dan
kekaryaan para pekerja dalam organisasi.
Agar
audit kepegawaian mencapai sasarannya, perlu dipahami berbagai manfaat yang
dapat dipetik, seperti:
1. Identifikasi
yang tepat tentang sumbangan dan harus diberikan oleh bagian kepegawaian kepada
organisasi dalam usaha mencapai tujuan dan sasarannya;
2. Menumbuhkan
citra profesional dari bagian kepegawaian, bukan hanya merumuskan kebijakan
yang tepat, tetapi juga menjembatani kepentingan para pekerja dengan
kepentingan organisasi sebagai keseluruhan;
3. Mendorong
para pejabat dan petugas pengelola sumber daya manusia yang meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
4. Kejelasan
tugas, wewenang dan tanggung jawab bagian kepegawaian agar tidak terjadi
tumpang tindih.
5. Mendorong
keseragaman penerapan berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
6.
Meningkatkan kemampuan
kepegawaian bersikap proaktif dalam
arti mampu mengantisipasi kemungkinan timbulnya permasalahan yang mengambil
langkah-langkah yang diperlukan sebelum permasalahan kritis.
7.
Menjamin ketaatan
organisasi beserta seluruh komponennya kepada peraturan perundang-undangan yang
diterbitkan pemerintah yang berwenang yang berlaku bagi organisasi yang
bersangkutan.
8.
Turut serta memikirkan
dan berperan dalam meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas
seluruh pekerja.
9.
Menciptakan iklim kerja
sedemikian rupa sehingga para anggota organisasi, termasuk yang berkarya di
kepegawaian, siap secara teknikal dan mental menerima perubahan yang terjadi.
10.
Menjamin sistem
informasi kepegawaian selalu mutakhir, akurat, dan dapat dipercaya, mudah
digunakan untuk rekrutmen, perencanaan karier, pembinaan pegawai, dan
pengembangan sumber daya manusia.
Supaya
audit kepegawaian mencapai sasarannya, kepentingan tiga pihak harus terjamin,
yaitu:
a. Kepentingan
bagian kepegawaian dalam rangka penyelenggaraan fungsinya,
b. Kepentingan
para manajer fungsional dan operasional yang bertanggung jawab dan menjalankan
kebijaksanaan organisasi,
c. Kepentingan
para karyawan, baik yang sifatnya finansial maupun segi-segi kakaryaan lainnya.
Dengan
perkataan lain, audit kepegawaian harus komprehensif. Berarti harus mencakup :
1. Sistem
informasi manajemen kepegawaian yang memberi kejelasan tentang perkiraan
permintaan dan penawaran tenaga kerja, inventarisasi pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan, bagan pergantian pegawai, dll.
2. Pengadaan
tenaga kerja dan pengembangannya yang meliputi berbagai aspek seperti
sumber-sumber rekrutmen, tenaga baru, jumlah lamaran, prosedur seleksi yang
digunakan, kegaiatan pelatihan,dll.
3. Pengawasan
dan penilaian organisasi di bidang sumber daya manusia. Apa yang dilakukan oleh
organisasi dalam mengawasi dan menilai berbagai kegiatan manajemen sumber daya
manusia juga perlu diaudit.
PENELITIAN
SEBAGAI ALAT AUDIT KEPEGAWAIAN
Instrumen
audit yang lumrah digunakan adalah penelitian, yang dimaksud penelitian terapan
karena hasilnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan prestasi kerja bagian
kepegawaian. Pengalaman banyak organisasi menunjukkan bahwa terdapat lima
pendekatan penelitian yang biasanya digunakan, yaitu :
a. Pendekatan
perbandingan,
b. Pendekatan
penggunaan konsultan,
c. Pendekatan
statistikal,
d. Pendekatan
ketaatan, dan
e. Pendekatan
“MBO”.
Pendekatan Perbandingan.
Penelitian
menentukan suatu satuan kerja tertentu yang dinilai berprestasi tinggi sebagai
model yang diteliti sebagai perbandingan. Data yang diperoleh seperti tingkat
pemangkiran, kepuasan kerja, masa jabatan, tingkat penghasilan, dll. Memberi
petunjuk masalah yang perlu dipecahkan, kebijaksanaan yang perlu ditinjau dan
prosedur yang perlu disempurnakan.
Pendekatan Konsultan.
Pendekatan
perbandingan sering digunakan audit. Karena berbagai pertimbangan, manajemen
menggunakan jasa konsultan untuk melakukan audit kepegawaian. Konsultan dapat
menentukan sendiri standar prestasi tertentu untuk kemudian dibandingkan dengan
situasi nyata dalam organisasi yang diteliti.
Jika
organisasi menggunakan jasa konsultan, ada empat hal yang perlu diperhatikan.
Pertama: agar konsultan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, kerangka
tugasnya harus dibuat seeksplisit mungkin. Kedua: manajemen puncak harus dapat menjamin
bahwa akses terhadap informasi yang diperlukan benar-benar terbuka. Ketiga:
sebelum menjalankan tugasnya, konsultan perlu menjalani suatu program orientasi
sehingga mereka betul-betul mengenal organisasi dilihat dari segi seperti
filsafatnya, tujuan dan sasarannya,dll. Keempat: manajemen puncak perlu
menyadari bahwa betapapun tingginya kemampuan kerja konsultan, peranannya tetap
terbatas, yaitu mengusulkan langkah-langkah perbaikan- sedangkan keputusan
untuk bertindak tidak tetap berada ditangan manajemen.
Pendekatan Statistikal.
Dewasa
ini penelitian dengan pendekatan statistikal semakin populer. Tim audit
kepegawaian dapat menggali informasi yang sudah dimiliki oleh organisasi dan
melakukan analisis yang diperlukan yang hasilnya dalam angka-angka.
Misalnya
organisasi yang mempunyai 40 karyawan dalam waktu satu bulan menunjukkan gambar
tingkat kemangkiran sebagai berikut:
Jumlah karyawan
yang mangkir = 16 x
100 = 4%
Jumlah karyawan yang
mestinya 400
Masuk kerja
Kepentingan lain,
misalnya mengenai pergantian pegawai sebagai berikut :
Jumlah
yang berhenti =
20 x
100 = 5%
Jumlah karyawan 400
Dari data tersebut dapat ditarik
kesimpulan apakah tingkat kemangkiran dan perpindahan pegawai terlalu rendah,
wajar atau terlalu tinggi dan kemudian atas dasar kesimpulan tersebut mengambil
langkah-langkah tertentu.
Pendekatan Ketaatan.
Kiranya tidak akan merupakan pernyataan
klies apabila ditekankan ketaatan organisasi-organisai dan satuan-satuan kerja
di dalamnya kepada peraturan perundang-undangan merupakan salah satu kunci
keberhasilan organisasi. Maksudunya agar manajemen puncak mengetahui betul
praktek-praktek di lapangan.
Pendekatan “MBO”.
MBO (Management By Objecttive) adalah
suatu cara terbaik untuk melibatkan para karyawan dalam proses pengambilan
keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. Penerapan “MBO” didasarkan pada
prinsip “satu langkah ke bawah” dengan skenario sebagai berikut:
1. Karena
sorotan perhatian dalam “MBO” adalah sasaran dan cara mencapainya, pada mulanya
pada tingkat manajemen puncak dibahas dan ditetapkan sasaran yang ingin dicapai
oleh organisasi sebagai keseluruhan.
2. Berdasarkan
prinsip “satu langkah ke bawah” masing-masing anggota manajemen puncak,
misalnya seorang direktur bersama para manajer yang menjadi bawahan
langsungnya, membahas dan menetapkan sasaran departemental yang ingin dicapai
oleh satuan kerja yang dipimpin oleh direktur yang bersangkutan.
3. Masing-masing
manajer mengumpulkan para manajer yang lebih rendah, misalnya membicarakan
dengan mereka serta menetapkan sasaran yang dicapai oleh satuan kerja yang
lebih kecil lagi.
4. Demikian
seterusnya hingga pada tingkat individual yang juga mengambil keputusan sendiri
tentang sasaran yang ingin dicapai.
Jika peneliti menggunakan pendekatan ini
dalam melakukan audit kepegawaian yang terjadi ialah bahwa para peneliti
membandingkan hasil yang nyatanya dicapai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
Yang menjadi objek adalah berbagai kegiatan di bidang kepegawaian. Hasil
penelitian dijadikan bahan untuk mengambil langkah-langkah perbaikan apabila
diperlukan.
BERBAGAI
INSTRUMEN PENELITIAN
Kegiatan
audit kepegawaian diselenggarakan dengan melakukan kegiatan pengumpulan data,
atau penelitian. Agar sasaran penelitian benar-benar tercapai, ada empat teknik
yang digunakan, ialah wawancara, kuesioner, arsip, kepegawaian, dan informasi
eksternal.
Wawancara.
Teknik
ini merupakan teknik yang paling populer dalam pengumpulan informasi, termasuk
informasi dalam rangka menyelenggarakan audit kepegawaian. Untuk kepentingan
audit kepegawaian, wawancara diselenggarakan dengan dua pihak, yaitu :
a. Para
manajer dan karyawan dalam organisasi,
b. Para
karyawan yang sudah mengambil keputusan berhenti dan pindah bekerja ke
organisasi lain.
Ada tiga hal maksud
penyelenggaraan wawancara, yaitu : pertama:
untuk menggali informasi tentang berbagai alesan mengapa mereka memutuskan
berhenti dan pindah ke organisasi lain. kedua:
berusaha memperoleh masukan tentang hal-hal yang menurut pendapat mereka perlu
diperbaiki tanpa berusaha mengubah keputusan berhenti. Ketiga: agar karyawan yang berhenti itu tidak bersikap negatif
terhadap organisasi yang segere akan ditinggalkan.
Kuesioner.
Kuesioner
diarahkan pada penggalian informasi tentang sikap para obyek penelitian.
Manfaat teknik ini ialah responden tidak diharuskan mengungkapkan
identitasnya-bersifat anonom – jawabannya yang diperoleh pada umumnya lebih
bersifat obyektif dan dinyatakan secara terus terang. Manfaat lainnya ialah
dapat dicapai jumlah responde yang relatif besar.
Kelemahan
teknik ini ialah kemungkinan jawaban yang tidak rasional atau tidak obyektif,
karena kerahasiaan identitas respondennya. Yang kedua, kemungkinan rendahnya
presentase responden yang mengisi dan mengembalikan kuesioner kepada peneliti.
Kelemahan yang ketiga ialah interpretasi responden yang tidak tepat tentang
makna pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.
Beberapa
contoh pertanyaan yang menyangkut pekerjaan para responden ialah :
a. Segi-segi
pekerjaan yang dapat berakibat pada sikap positif,
b. Segi-segi
pekerjaan yang dapat berakibat pada tumbuhnya sikap negatif,
c. Perbaikan-perbaikan
yang dirasakan diperlukan.
Contoh-contoh
pertanyaan tentang atasan adalah :
a. Obyektif
tidaknya atasan dalam memperlakukan bawahan,
b. Gaya
manajerial yang digunakan, apakah otoriter, paternalistik, demokratik, dll.
c. Pengetahuan
teknikal para penyelia,
d. Orientasi
penyelia, apakah orientasi tugas atau orientasi manusia atau kemampuan yang
menggabungkan keduanya.
Mengenai
para pengelola sumber daya manusia dapat ditanyakan antara lain :
a. Baik
tidaknya organisasi sebagai tempat berkarya,
b. Prospek
bertumbuh dan berkembang berdasarkan berbagai kebijaksanaan yang berlaku,
c. Tersedia
tidaknya jalur menyampaiakan keluhan, masalah dan saran di luar jalur “atasan langsung”,
d. Tersedia
tidaknya informasi mengenai organisasi seperti yang menyangkut pertumbuhannya,
arah perkembangannya, dan berbagai masalah yang dihadapinya,
e. keterbukaan
para pengelola sumber daya manusia,
f. kepekaan
para pengelola sumber daya manusia terhadap kepentingan para pekerja seperti
dalah hal kepuasan kerja, kondisi lingkungan pekerjaan, tingkat penghasilan dan
kesejahteraan pegawai.
Arsip Kepegawaian.
Perlu
dicatat, tidak semua informasi dapat digali menggunakan teknik diatas. Maka
peneliti menggunakan teknik data lainnya. Salah satunya dengan mempelajari
dokumen kepegawaian. Apabila dokumen kepegawaian dikelola dengan baik, berbagai
informasi dapat digali dari dalamnya.
Informasi Eksternal.
Sumber-sumber
utama informasi eksternal yang dapat digali ialah instansi pemerintah, kamar
dagang dan industri dan berbagai asosiasi.instansi pemerintah secara fungsional
menangani ketenagakerjaan merupakan sumber informasi yang penting. Sumber
informasi lain ialah kamar dagang dan industri karena organisasi tersebut
biasanya mengumpulkan dan menerbitkan berbagai informasi yang menyangkut
beberapa aspek ketenagakerjaan untuk diketahui dan dimanfaatkan oleh para
anggotanya.
LAPORAN
AUDIT
Semua
jenis penelitian agar mempunyai makna operasional, semua hasil analisis yang
dilakukan harus dtuangkan dalam suatu laporan. Ada beberapa hal penting yang
harus diperhatikan dalam format suatu laporan, seperti :
1. format
apapun yang digunakan, laporan harus tersusun secara sistematik sehingga mudah
dipahami oleh berbagai pihak berkepentingan.
2. Bahasa
yang digunakan haruslah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan interpretasi
yabg tidak tepat.
3. Informasi
yang terdapat dalam laporan harus memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan
dan dapat dipercaya.
4. Laporan
audit yang disusun harus bersifat faktual. Artinya dalam laporan tergambar
bukan hanya praktek-praktek, tetapi juga hal-hal perbaikan dan penyempurnaan.
5. Laporan
audit, meskipun sifatnya “melihat belakang”, bahan yang terdapat di dalamnya
harus dapat digunakan untuk berbagai kepentingan manajemen sumber daya manusia
di masa depan.
Suatu
audit yang memenuhi persyaratan diatas, harus berguna untuk paling sedikit
empat kelompok orang dalam organisasi, yaitu :
a. Para
manajer teknikal dan fungsional,
b. Para
pejabat dan petugas bagian kepegawaian yang menangani segi-segi tertentu
manajemen sumber daya manusia,
c. Manajer
sumber daya manusia, dan
d. Para
karyawan dalam organisasi.
Bagi
para manajer teknikal dan fungsional, isi laporan bermanfaat dalam arti dari
audit yang dilakukan dapat diketahui hal-hal yang sudah dilaksanakan oleh
bagian kepegawaian dengan baik, sekaligus melihat kekurangan yang masih ada.
Bagi
ara pejabat dan petugas bagian kepegawaian yang menangani segi-segi tertentu
manajemen sumber daya manusia, isi laporan audit kepegawaian sangat bermanfaat.
Artinya, manfaat itu sangat ideal bagi kepentingan perencanaan ketenagakerjaan,
rekrutmen, seleksi, perencanaan karier, sistem imbalan, pendidikan dan
pelatihan dan pemeliharaan hubungan industrial yang serasi.
Bagi
manajer sumber daya manusia informal dalam laporan audit kepegawian itu juga
sangat bermanfaat, bukan hanya untuk kepentingan penilaian atas hal-hal yanh
sudah terjadi, yang jauh lebih penting untuk menumbuhkan sikap yang proaktif,
yang berorientasi ke masa depan. Sikap proaktif dimaksud juga harus terwujud
dalam dua hal lain, yaitu:
a. Penghargaan
yang tepat terhadap harkat dan martabat para anggota organisasi,
b. Memantapkan
pendekatan kesisteman dalam mengelola organisasi,
Dala
arti bahwa bagaimanapun pembagian kerja dilakukan, seluruh satuan kerja dalam
organisasi harus memelihara hubungan saling keterkaitan dan ketergantungan
sehingga apapun yang dilakukan, organisasi bergerak sebagai kesatuan yang utuh.
Akhirnya,
para pekerja memperoleh manfaat yang diperoleh bermuara pada peningkatan mutu
hidup para pekerja sesuai dengan harkat dan martabatnya. Itulah sebabnya secara
tegas dinyatakan “ benang merah” yang terlihat dari seluruh pembahasan teori
dan praktek manajemen sumber daya manusia ialah bahwa semua organisasi harus
memandang dan memperlakukan manusia sebagai unsur yang terpenting dalam semua
aspek segi kehidupan organisasional.
sangat membantu
BalasHapusmas, ini tulisannya gak bisa di copy ya? file ny jg gak bisa didownload. makasih sblm nya.
BalasHapuscara copy nya gmn?
BalasHapus