Kamis, 14 Juni 2012

KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS TERMASUK KEBIJAKAN NASIONAL



Yang menjadi sumber masalah Kebijakan Konversi Minyak Tanah Ke Gas adalah sudah hampir setahun  minyak tanah menjadi barang langka yang selalu diperebutkan. Kelangkaan ini diakibatkan adanya kebijakan pemerintahyang akan mengganti minyak tanah dengan gas elpiji yang lebih ekonomis yangdapat menghemat pengeluaran negara sampai Rp. 30 triliun. Dalam jangka panjang, program ini lebih menjamin pasokan kebutuhan energi rumah tangga, jauh lebih terjamin menggunakan gas elpiji daripada menggantungkan pada BBM, khususnya minyak tanah.Kebijakan yang diambil pemerintah salah satunya dengan konversi minyak tanah ke gas elpiji. Hal ini erat kaitannya dengan naiknya harga minyak dunia yang mencapai semakin hari semakin mahal. Oleh karena itu pemerintah ingin menghemat anggaran pemerintah melalui subsidi minyak tanah yang dikonversikan ke gas elpiji.
Terjadi permasalahan ketika kebijakan ini diterapkan dimasyarakat, yaitu adanya kecelakaan-kecelakaan disebabkan meledaknya tabung gas baik itu yang ukuran 3 kg, 12 kg, dan 50 kg. Tidak lain disebabkan kecerobohan pengguna maupun akibat kebocoran tabung gas. Permasalahan lebih serius terjadi. Dengan adanya konversi minyak tanah ke penggunaan elpiji, ternyata hal ini bukan solusi bijak dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap energi alam yang sulit untuk diperbaharui .Kemungkinan besar pemerintah suatu saat akan mencari lagi pengganti LPG ketika harga gas bumi ini naik melebihi harga minyak tanah. Apalagi kebijakan konversi ini berlangsung singkat, banyak masyarakat terutama masyarakat miskin yang tidak terbiasa menggunakan bahan bakar gas dipaksa untuk menggunakannya. Terutama bagi mereka yang bermukim di wilayah pedesaan dan masyarakat perkotaan berusia lanjut. Sejak adanya kebijakan konversi itu, minyak tanah menghilang dari pasar. Kalaupun ada, harganya sangat tinggi, sehingga mereka tak sanggup membelinya. Sementara itu, kalau mau beli gas, mereka harus membeli 3 kg atau satu tabung yang harganya berkisar Rp 15 ribu. Kondisi ini tampaknya belum diperhatikan pemerintah. Bagi rakyat kecil, membeli bahan bakar Rp 15 ribu sangat memberatkan, karena penghasilan mereka tiap hari hanya cukup untuk makan sehari, bahkan terkadang kurang.
Penyusunan tujuan dan nilai sesuai prioritas

Masyarakat Indonesia merupakan salah satu masyarakat dunia yang memiliki ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat tinggi. Baik itu untuk keperluan rumah tangga, transportasi maupun industri. Sehingga wajar bila negara berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya yang bersifat primer ini dengan memberikan subsidi terhadap pembelian BBM. Tahun 2007 hingga 2010 merupakan tahun dimana pemerintah gencar-gencarnya melakukan sosialisasi penggunanan gas Liquefied Petroleum Gas (LPG/elpiji) bagi konsumsi rumah tangga dan industri kecil sekaligus membagikan kompor gas beserta tabung gas elpiji yang berisi 3 kg secara gratis kepada masyarakat. Penyusunan tujuan dan nilai sesuai prioritas yang dapat diambil pemerintah dari konversi minyak tanah ke elpiji adalah :
1.      Mengurangi kerawanan penyalahgunaan minyak tanah (minyak tanah oplosan)
 2.  Mengurangi polusi udara di rumah/dapur.
3.  Menghemat waktu memasak dan perawatan alat memasak.
4. Dapat mengalokasikan minyak tanah untuk bahan bakar yang lebih komersil (misalnya   bahan bakar pesawat/avtur).
5. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Penyusunan tujuan alternatif dan Pengembangan dan penilaian alternatif
kebijakan menyangkut proses pembuatan keputusan untuk penentuan tujuan dan cara atau alternatif terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi menurut pendapat saya, kebijakan konversi minyak ke gas bukanlah hal yang buruk, tetapi malah merupakan cara agar lebih baik lagi. Karena konversi ini juga merupakan penghematan subsidi BBM dan semua kalangan masyarakat dari yang kelas menengah sampai bawah dapat menikmati konversi gas ini dan tujuan dan target dari program ini sudahlah tepat sasaran, yaitu masyarakat kelas menengah ke bawah dan bertujuan untuk menghemat pamakaian BBM. Konversi penggunaan minyak tanah memang harus dilaksanakan secara berkesinambungan mengingat masih tingginya permintaan dan ketergantungan nasional terhadap BBM.

Cara alternatif lainnya dengan
1.      Menghemat pemakaian BBM terutama minyak tanah.
2.      Mengawasi pendistribusian minyak tanah ke daerah – daerah agar tidak terjadi penimbunan dan kelangkaan minyak tanah.
3.      Mengalokasikan subsidi yang besar untuk penghematan BBM.

Pengembangan dan penilaian alternatifnya adalah semua hal yang sudah dijelaskan diatas bisa dilakukan dan dilaksanakan dengan cara ada partisipasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk menghemat BBM. Karena BBM itu termasuk sumber daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbaharui maka dalam pemaikaian dan penggunaanya harus digunakan dengan baik. Agar tidak terjadi kelangkaan BBM dan pemerintah bisa menghemat BBM dengan baik.
Membandingkan konsekuensi alternatif
1.      Konversi minyak tanah ke LPG.
 Konsekuensinya dari konversi minyak tanah ke LPG adalah sebagai berikut ini :
a.       Terjadinya ledakan tabung gas karena banyak faktor bisa faktor alat dan faktor manusiawi.
b.      Terjadi penyelewengan dan penimbunan LPG.

2.      Menghemat pemakaian BBM terutama minyak tanah.
 Konsekuensinya dari menghemat pemakaian BBM adalah sebagai berikut ini :
a.       Terjadi banyak penimbunan BBM terutama minyak tanah.
b.      Terjadi kelangkaan BBM terutama minyak tanah.

3.      Mengalokasikan subsidi yang besar untuk penghematan BBM
Konsekuensinya dari menghemat pemakaian BBM adalah sebagai berikut ini :
a.       Terjadinya korupsi subsidi anggaran untuk penghematan BBM.
b.      Butuh dana besar untuk alokasi penghematan BBM.


          Memilih alternatif kebijakan rasional
1.      Konversi minyak tanah ke LPG.
2.      Menghemat pemakaian BBM terutama minyak tanah.
3.      Mengalokasikan subsidi yang besar untuk penghematan BBM

diantara ketiga alternatif yang sudah disebutkan diatas yang bisa dipilih semua tetapi alternatif yang bisa dipilih dan sangat rasional adalah konversi minyak tanah ke gas karena Program konversi minyak tanah dengan elpiji tabung 3 kilogram yang dimulai pelaksanaannya pada tahun 2007, dapat dikatakan telah berjalan sukses dan berhasil mendapat respons positif dari masyarakat. Respon positif masyarakat terhadap program tersebut dapat dibuktikan dengan telah “dipergunakannya” sebanyak 44.149.757* tabung elpiji 3kg (*sumber data dari Pertamina) yang dipakai oleh sekitar 44,149 juta kepala keluarga atau rumah tangga yang telah mendapatkan paket gratis berupa kompor dan tabung elpiji 3 kg dari pemerintah, dan hal ini juga berarti bahwa telah terjadi peralihan penggunaan bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas elpiji. Dengan peralihan penggunaan minyak tanah ke elpiji, setidaknya tercapai penghematan pengeluaran bagi seluruh masyarakat yang telah menggunakan elpiji tabung 3 kg. Keberhasilan program konversi minyak tanah dengan elpiji 3 kg dapat pula di tenggarai antara lain dengan belum pernah terjadinya kasus adanya masyarakat yang ramai-ramai mengembalikan paket kompor dan tabung elpiji 3 kg yang telah mereka terima ke Pemerintah atau Pertamina. Sampai saat ini kebijakan konversi minyak tanah ke gas sudah terealisasi.




KLIK SALAH SATU LINK UNTUK MENGUNDUH FILENYA 
comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar